webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urban
Not enough ratings
409 Chs

Sneak Out 2

"Aku Elise, dan kau–"

"Aku tidak perlu tahu namamu. Aku hanya butuh barang yang kau miliki," sahut William.

"Firasatku berkata kau akan sering menemuiku setelah aku memberikan barang milikku," ujar Elise; penari striptease yang sedang merayu William.

"Jangan terlalu percaya diri. Aku bisa mendapatkan barang dari yang lain kalau kau tidak mau memberikannya," timpal William.

"Hmm, baiklah. Sepertinya kau sudah sangat tidak sabar. Kalau begitu aku akan memanggilmu Foxy. Bagaimana?"

"Terdengar seperti nama seekor anjing."

"Itu karena kau tidak mau menyebutkan namamu." Elise kemudian bangkit dari pangkuan William dan berjalan keluar meninggalkan ruangan khusus tersebut.

William menghela nafas panjang setelah Elise pergi meninggalkannya. Ia lalu membuka sekaleng bir yang ada di meja di hadapannya dan langsung meminumnya. Beberapa saat kemudian, Elise kembali dengan menggunakan mantel panjang berbulu.

"Kenapa kau sekarang memakai mantel?" Tanya William keheranan.