webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urban
Not enough ratings
409 Chs

La Vie Doit Continuer 7

Suasana apartemen William masih sepi ketika ia tiba di apartemennya. Lampu-lampu apartemennya masih dimatikan. William segera meletakkan tas kertas yang ia bawa di meja makan lalu berjalan ke kamarnya. Ia kemudian ke ruang ganti untuk membongkar kopernya. Setelah itu ia kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

Tidak lama kemudian, William keluar dari kamar mandinya. Ia lalu mengenakan kaos putih polos dengan celana piyama kotak-kotak dan berjalan keluar meninggalkan kamarnya. William duduk di ruang tengah sembari menikmati wine dan membaca buku Le Petit Prince yang ia ambil dari bekas kamar Luca.

Di beberapa bagian buku yang ia baca, William melihat beberapa halamannya yang dicoret oleh Luca. Entah itu coretan berupa gambar, tulisan atau sekedar goresan pensil warna. William tertawa pelan tiap kali melihat coretan-coretan tangan Luca. Tanpa sadar mata William terasa panas mengingat semua kenangannya bersama Luca. Ia akhirnya menutup buku yang ada di tangannya dan meminum wine-nya.