webnovel

What's On Felix's Mind

"Nak, kau harus ingat. Kau adalah penerus dari keluarga Navarro. Keluarga kita adalah keluarga terpandang di kota ini, jangan pernah lupakan itu."

"Baik ayah..."

Kata-kata itu yang terus ditanamkan dalam pikiran Felix. Lahir di sebuah keluarga terpandang membuatnya sudah harus menanggung beban sedari kecil. Dia harus menjad anak yang sempurna. Menjadikan ayahnya sebagai pedoman, dia belajar untuk menjadi penerus yang pantas untuk keluarganya.

Segala sesuatu di dalam hidupnya sudah diatur dengan sangat rapih ooleh ayahnya. Dia hanya perlu mengikutinya saja. Tidak ada pilihan lain selain mengikuti pilihan ayahnya.

Felix tidak memiliki teman. Ayahnya berkata, dia tidak membutuhkannya. Jika pun ada itu harus ayahnya yang menentukan. Seperti Qiana, Felix sudah lama mengenal Qiana. Keluarga mereka adalah rekan kerja, jadi mereka sering bertemu dan secara tidak langsung menjadi teman.

Felix tidak pernah mengeluh, dia terus fokus pada pelajaran atau prestasinya. Agar dia dapat menjadi anak yang sempurna bagi keluarganya.

Suatu hari, saat dia sedang berada di perpustakaan kota. Supirnya menelepon dan berkata kalau dia harus mengantarkan dokumen penting ayahnya, jadi kemungkinan dia akan telat untuk menjemput Felix. Tapi Felix mengatakan pada supirnya kalau dia akan pulang sendiri. Lagipula dia sudah terbiasa pulang sendiri. Jarak dari perpustakaan kota ke rumahnya tidak terlalu jauh.

Saat jalan pulang, Felix melewati taman kota. Biasanya kalau dia ada waktu senggang dia akan duduk di taman itu sambil memandangi danau kecil disana.

Melirik jam di tangannya, dia masih sempat untuk duduk sebentar di taman itu. Maka dia mencari bangku terdekat dan duduk disana. Dia memandangi pemandangan di taman itu, sungguh indah dan menyegarkan. Membuat hatinya tenang. Tapi tiba-tiba pandangannya tertuju pada air mancur yang ada di tengah taman bunga. Itu adalah air mancur yang diseting menggunakan waktu, jadi dalam waktu tertentu air akan menyembur keluar dari masing-masing lubang pipa yang ditanam di dalam tanah.

Yang menarik perhatiannya bukanlah air mancur itu, tapi dia mellihat seorang gadis yang berdiri ditengah-tengah lingkaran air mancur itu. Felix tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya. Meskipun dia tidak mempunyai teman, tapi dia lumayan mengenal orang-orang yang tinggal disekitar taman kota itu.

Felix penasaran, berjalan hendak menghampiri gadis itu. Dia berdiri tepat di luar lingkaran air mancur itu. "Apa yang sedang kau lakukan disitu?"

Gadis itu menoleh, mendengar suara Felix. Dia tidak menjawab hanya menatap Felix. "Hei... nanti kau bisa basah kuyup..." gadis itu tetap tidak mempedulikan peringatan dari Felix.

Felix memutuskan untuk menarik gadis itu keluar. Tiba-tiba air menyembur keluar membasahi mereka berdua. Felix segera berlari keluar dari lingkaran air mancur. Tapi gadis itu tidak beranjak dari tempatnya. Dia malah terlihat sangat menikmati air yang menguyurnya. Gadis itu terlihat sangat senang dan itu membuat Felix bingung.

Air sudah berhenti menyembur, gadis itu masih berdiri disana. Raut wajah bahagia masih terlihat diwajah gadis itu meskipun tubuhnya basah kuyup. Hal itu membuat Felix penasaran, jadi dia juga ikut berdiri di dalam lingkaran air mancur itu. Menunggu hingga air itu kembali menyembur. Saat air mancur itu menyembur dan mengenai dirinya. Benar saja ada perasaan senang yang dirasakan Felix. Ini hal baru baginya tapi sepertinya dia sangat menyukainya. Dia ikut menikmati bermain air mancur bersama gadis itu.

"Elea... ayo nak, mobilnya sudah selesai diperbaiiki." terlihat seorang wanita paruh baya memanggil gadis itu.

"Nak...?? Kenapa kau sampai basah seperti itu? Nanti kau bisa sakit." ujar wanita itu lagi seraya menyuruhnya keluar dari air mancur itu. Gadis itu kembali tersenyum sambil menghampiri wanita yang sepertinya adalah ibunya.

Wanita itu memegang beberapa lembar brosur. "Lihatlah nak, ibu sudah menemukan sekolah yang cocok untukmu." ucap ibunya. Mereka pun berjalan menjauhi air mancur itu menuju mobil box pindahan mereka yang diparkir di samping taman. Mobil itu baru saja selesai diperbaiki. Saat mereka hendak menaiki mobil box itu, salah satu brosur yang dipegang oleh ibunya tertiup angin terbang menghampiri Felix yang masih berdiri di air mancur itu. Felix mengambil brosur itu, brosur yang bertuliskan Quinn High School.

Untuk pertama kali dalam hidupnya. Felix memiliki keinginannya sendiri. Dia ingin masuk ke sekolah itu dan ingin bertemu lagi dengan gadis itu.

Dengan susah payah, Felix berusaha untuk membujuk ayahnya agar dia dapat bersekolah di sekolah itu. Awalnya ayahnya tidak terlalu setuju. Quinn High School adalah sekolah tua di kota Halstead dan juga merupakan salah satu sekolah unggulan. Tapi ayahnya sudah memiliki pilihan lain.

Felix tidak menyerah begitu saja, dia terus membujuk ayahnya dan memberikan beberapa alasan yang mungkin dapat membuat ayahnya merubah pilihannya. Dia bahkan memberanikan diri untuk meminta ijin ayahnya agar dia dapat tinggal sendiri di lingkungan dekat sekolah itu. Alasannya klasik, yaitu agar dia dapat belajar mandiri dan mampu untuk mengurus dirinya sendiri.

Dengan begitu banyak pertimbangan. Ayahnya akhirnya menyetujui semua permintaan Felix. Felix senang bukan kepalang, akhirnya dia bisa merasakan sebuah kehidupan baru. Dan dia bisa merasakan sedikit kebebasan yang selama ini tidak berani untuk dia inginkan.

Masuk ke Quinn High School, Felix benar-benar bertemu kembali dengan gadis itu. Elea nama gadis itu, meskipun dia tidak mengenali Felix. Tapi Felix masih ingat dengannya.

Diam-diam Felix terus memperhatikan Elea, memperhatikan setiap tingkahnya yang tanpa Felix sadari hal itu membuatnya tersenyum dan menimbulkan rasa bahagia di hatinya.

Hingga Felix akhirnya memutuskan untuk mendekati Elea. Hal itu tidak terlalu sulit untuk Felix, awalnya Elea sempat bingung dan menghindarinya. Tapi melihat Felix yang menunjukkan ketulusannya, membuat Elea akhirnya membuka hatinya. Meskipun teman-temannya sempat tidak setuju karena suatu alasan menyangkut penyakit yang dimiliki Elea.

Selain berusaha untuk menyakinkan teman-teman Elea, dia juga berusaha menyakin ibunya Elea. Bahwa dia akan berusaha untuk terus menjaga Elea. Dan semua usaha itu terbayar dengan manis. Dia mendapatkan semua restu dan dukungan untuk menjalin hubungan dengan Elea.

Saat itulah dia merasakan kebahagiaan baru yang belum pernah dia rasakan. Dan dia berjanji akan terus menjaganya, agar tidak hilang dari hidupnya.

*

*

*

"Lix... Hentikan..." Elea berusaha untuk menjauhkan wajah Felix darinya dan juga berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Felix. Dengan sekuat tenaga, dia akhirnya bisa mendorong tubuh Felix.

"Kenapa Elea??? Apa kau tidak mencintai aku???"

"Felix, kau sedang mabuk. Kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan sekarang."

"Aku sangat sadar Lea... Begitu sadarnya, hingga aku baru tahu ternyata kau tidak memiliki perasaan yang sama denganku..."

"Felix, kenapa kau berpikir seperti seperti itu? Sudahlah, aku akan pulang dan kau istirahatlah. Kita akan bicara lagi jika kau sudah lebih baikan."

"Tidak!!! jangan pergi, kita akan bicara sekarang!!! Jika tidak sekarang, tidak akan ada waktu yang lainnya!" teriak Felix sembari menghalangi Elea yang hendak pergi, dia kembali memeluk erat tubuh Elea.

"Lix... jangan seperti ini... kau membuatku takut..."

"Kenapa kau takut padaku Lea? Aku ini... aku ini kekasihmu yang sangat mencintaimu..." Felix menatap mata Elea, kesedihan tersirat dengan sangat jelas diwajah Felix. Lalu Felix menatap turun ke arah bibir Elea. Tanpa aba-aba Felix langsung meraup bibir itu, menciumnya dengan kasar.

Elea tentu saja kaget, dia berontak sekuat tenaga ingin melepaskan diri. Dengan kuat dia memalingkan wajahnya hingga ciuman dari Felix terlepas. "Felix!!! Ingat janjimu padaku... kau sudah berjanji dan jangan ingkari itu...!!!"

Felix tidak memperdulikan peringatan dari Elea, dirinya sudah tidak terkendali lagi. Dia tidak mau melepaskan Elea meskipun Elea sudah berteriak minta dilepaskan. Dirinya bahkan semakin gencar meraup bibir Elea.