webnovel

Let's Pick A Fight

Memasuki minggu ujian kenaikan, para murid menyibukkan diri mereka masing-masing untuk bersiap mengikuti ujian.

Sama halnya dengan Elea dan teman-temannya. Mereka memutuskan untuk berkumpul di taman samping sekolah sebelum ujian dimulai atau sesudah ujian selesai, belajar bersama dan mengulang materi bersama. Saling mengingatkan jika ada bahasan materi yang terlewat.

Bob dan Geya sudah lebih dulu tiba di tempat berkumpul mereka, sedengkan Elea tadi pergi ke kantin dulu untuk membeli beberapa camilan dan minuman.

Di tengah perjalanannya, langkah Elea terhenti oleh segerombolan murid yang sengaja menghadangnya. "Lihat siapa ini? Si Absurd yang berasa jadi Cinderella." ucap salah satu dari mereka.

Elea memalingkan wajahhnya, memutar malas bola matanya. "Aku tidak ada urusan denganmu Cole. Menyingkir agar aku bisa lewat." Elea berujar malas, dia benar-benar tidak mau menghabiskan waktunya untuk gadis-gadis didepannya itu.

"Heh!! Kau pikir kau siapa? Bicara seperti itu pada Qiana." Ucap salah satu pengikut Qiana. Membuat Qiana mendecih dan memandang remeh Elea yang berdiri didepannya.

Qiana Rosalind Cole, siswi cantik yang seangkatan dengan Elea. Mendapat julukan 'Pick Me Girl', yah karena kecantikannya yang menarik banyak orang tapi mempunyai kepribadian yang tidak terlalu baik. Elea sebenarnya tidak pernah punya masalah dengan Qiana. Tetapi Qiana merasa tidak terima jika Felix lebih memilih Elea daripada dia. Itu membuatnya secara tidak langsung tidak menyukai Elea bahkan membencinya.

"Lihat dirimu Galen, tidak ada sedikitpun yang menarik darimu." Ucap Qiana memandangi Elea dari atas kebawah dan kebalikannya. "Entah apa yang membuat Felix menyukaimu, atau mungkin dia hanya kasihan pada dirimu yang bodoh." ucapnya lagi.

Elea menghela nafas panjang lalu menatap wajah Qiana. "Setahuku nilai ujianku jauh lebih tinggi darimu Cole, bahkan tidak ada satupun dari kalian berlima yang mendekati peringkatku. Lalu siapa yang sebenarnya harus kau panggil bodoh?"

Qiana dan pengikutnya tersentak mendengar jawaban Elea. Merasa tidak terima, Qiana mengambil salah satu minuman yang ada di tangan Elea dan hendak menyiramnya ke Elea. Elea yang merespon dengan cepat dapat menghindarinya. Dan siraman Qiana itu tepat menegenai wajah orang yang berdiri tidak jauh di belakang Elea. Dan sialnya orang itu adalah salah seorang guru yang awalnya hendak mendekati mereka karena penasaran apa yang sedang terjadi. Guru itupun berteriak dengan wajah merah penuh amarah.

Elea yang mendengar teriakan itu tanpa memalingkan wajahnya langsung melarikan diri dari tempat kejadian. Sedangkan Qiana dan pengikutnya tidak dapat berkutik karena guru tersebut sudah melihat wajah mereka, mau lari pun percuma malah nantinya hukumannya tambah berat.

Dengan nafas terengah-engah, akhirnya Elena tiba di tempat Bob dan Geya. "Kamu kekantin atau abis lari maraton sih? Kok sampe engap-engapan gitu? tanya Bob heran. Dia pun dengan sigap memapah Elea perlahan membantunya duduk di bangku taman dan memberikannya minum.

"Ada apa sih El, coba cerita ke kita." kali ini Geya yang bertanya. Dia merapatkan duduknya disebelah Elea dan menarik kepala Elea agar bersandar di bahunya.

Elea pun menceritakan seluruh kejadian yang baru saja menimpanya. Bob dan Geya langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ending dari cerita Elea. "Si Pick Me itu memang pantes ngedapetin itu." kata Bob masih tertawa membayangkan hukuman apa yang akan didapat Qiana dan pengikutnya.

"Sudah - sudah, dari pada bahas itu mending kita belajar lagi buat ujian jam terakhir nanti. Ayo.." Ajak Geya, mereka pun berhenti tertawa dan memulai sesi belajar mereka.

*

*

*

Hari terakhir ujian. Akhirnya sedikit perasaan lega didapat, meskipun masih harus menanti hasil ujian tapi setidaknya sedikit tekanan terlepas.

Karena ini hari terakhir, Elea tidak berkumpul dengan temannya. Bob sedang menemani Geya ke klub paduan suara, Rhino dan Jovita sedang sibuk menyiapkan acara pemilihan Student President Council berikutnya. Sedangkan Felix sedang mengikuti rapat untuk para calon Student Presindet.

Dan disinilah Elea berada, gedung paling sudut di sekolahnya, perpustakaan. Niatnya kesana untuk membaca buku sambil menunggu yang lainnya selesai dengan kegiatan mereka. Keadaan perpustakaan sangat sepi, karena ujian telah selesai jadi tidak banyak murid yang menghabiskan waktu di perpustakaan.

Elea berdiri sejenak di pintu perpustakaan, memikirkan buku apa yang ingin dia baca. Setelah beberapa saat dia akhirnya memutuskan apa yang ingin dia baca dan segera berjalan menuju rak dimana buku incarannya berada.

Langkah kakinya membawanya ke rak buku yang berada di pojokan. Manatap satu persatu buku yang ada dirak itu, hingga matanya menemukan buku apa yang dari tadi dicarinya 'Buku Sejarah Kota Halstead', sebuah buku sejarah tentang kota yang kini dia tinggali. Buku tebal itu diambilnya dan didekapnya erat didadanya. Merasa senang karena mendapatkan bacaan yang menarik baginya.

Elea hendak meninggalkan rak itu dan pergi menuju meja yang berada di tengah perpustakaan. Tapi baru beberapa langkah, Elea mendengar suara aneh dari balik rak yang ada disebelahnya. Langkahnya sempat terhenti, memastikan lagi apakah yang diterima oleh indra pendengarannya itu benar. Dan lagi-lagi dia mendengar suara aneh itu, rasa penasarannya semakin kuat. Didekatkannya telinganya ke rak tersebut, berusaha agar dapat mendengarkan lebih baik. Tanpa disadarinya buku yang menjadi tumpuan telinganya itu terdorong ke dapan dan alhasil buku itu terjatuh dan menarik perhatian dua orang yang sedari tadi berada di balik rak itu.

Elea terkejut, matanya membulat, dari selah buku yang terjatuh itu dapat dilihatnya dua orang murid laki-laki dan perempuan sedang berada dalam jarak yang sangat dekat. Murid perempuan itu nafasnya terlihat terengah-engah dengan ekspresi wajah yang tidak dimengerti oleh Elea. Sedangkan murid laki-laki itu pandangannya tajam melihat ke arah Elea dengan tangannya masih memeluk erat tubuh murid perempuan itu.

"Pemandangan apa yang aku lihat tadi?" batin Elea. Dia terdiam, merasa bersalah karena telah mengganggu juga merasa kesal kenapa dia harus melihat sesuatu yang menyakitkan matanya. Elea melihat murid laki-laki itu melepas pelukannya dan hendak menghampirinya. Dengan cepat Elea berusaha untuk kabur meninggalkan rak buku itu. Tapi pergerakannya kembali terhenti, murid laki-laki itu berhasil menangkap lengannya.

"Mau kemana kau?" ucap murid laki-laki itu sambil berusaha menarik lengan Elea.

Merasa kondisinya terancam, Elea reflek memukul wajah murid laki-laki itu dengan buku tebal yang masih dipegangnya. "Lepaskan!!!" teriak Elea.

Murid laki-laki itu tersungkur, memegangi kepalanya yang pusing karena terhantam buku tebal. Melihat itu memberikan Elea peluang untuk langsung kabur keluar dari perpustakaan menuju tempat yang dirasanya aman, ruang kelasnya.

Tiba di kelasnya, Elea sejenak duduk dibangkunya. Mengatur nafasnya, merasa sedikit tenang dia mengambil ponsel di dalam tasnya hendak mengabari teman-temannya kalau dia hendak pulang duluan, tidak lupa dia meminta tolong pada Bob untuk mewakilinya minta maaf kepada penjaga perpustakaan karena telah membawa buku tanpa izin. Elea tahu dengan pasti kalau temannya yang satu ini sangat berpengalaman untuk hal yang seperti itu. Meskipun konsekuensinya dia pasti akan dimarahi habis - habisan oleh Bob. Tapi yang terpenting sekarang dia harus segera pulang.

Setelah mengambil tasnya, dengan terburu-buru dia pergi meninggalkan gedung sekolahnya. Semua kegiatannya hari ini sudah selesai dan besok sudah mulai libur sekolah. Dia berencana untuk menghabiskan seluruh hari liburnya dirumah, tidak mau kemana-mana. Dia ingin menenangkan hatinya dulu, menyakinkan dirinya semua akan baik-baik saja. Setelah merasa lebih aman, baru dia akan keluar.

Dia bahkan sudah meminta tolong pada Geya untuk mengambil hasil ujiannya. Karena Elea yakin dia pasti naik tingkat meskipun dengan nilai pas-pasan, jadi dia tidak perlu hadir kesekolah.

Semua sudah terencana dengan baik diotaknya. Pokoknya selama libur ini dia akan bersembunyi bahkan kalau bisa menghilang sementara dari orang-orang yang tidak ingin ditemuinya.

Elea telah tiba di halte bus, duduk disana sambil menunggu bus tiba. Ditatapnya jalan yang tadi dia lewati, jalan menuju ke sekolah. Dia mengingat kembali apa saja yang telah terjadi dan langsung menggeleng kepalanya kuat.

"Kenapa hal-hal yang tidak mengenakan terus terjadi padaku dalam satu minggu ini? Hufh... menyebalkan." keluhnya dalam hati, lalu bus yang dia tunggu akhirnya tiba. Elea langsung naik ke dalam bus itu dan menempati bangku kosong yang ada di belakang. Dia kemudian menunduk dan melihat buku tebal yang dia bawa dari perpustakaan dipangkuannya.

"Hmm... setidaknya aku punya bacaan menarik selama libur nanti."