webnovel

Jealousy Jealousy ( Pt. 3 )

Janji kencan Elea dan Felix berantakan dan gagal. Terima kasih pada Sam jika bukan karena ulahnya mungkin waktu itu Elea dan Felix bisa menghabis waktu bersama dengan baik dan berakhir bahagia.

Tapi yang terjadi adalah, Felix memutuskan untuk mengantar Elea pulang saja, mereka tidak jadi jalan-jalan. Mood Felix sangat tidak bagus saat itu, dia tidak mau nantinya Elea yang malah jadi pelampiasan emosinya. Karena Felix tahu itu memang bukan salah Elea. Hatinya saat itu sangat kacau, dia tidak mau itu malah akan mempurburuk hubungan mereka.

Meski selama perjalan pulang, Felix tak hentinya meminta maaf dan Elea mengerti juga memaklumi sikap Felix saat itu. Tetap saja sesuatu masih mengganjal di hati dan pikiran Felix.

Apa yang Qiana katakan padanya, benar-benar mengusiknya dan dia tidak bisa menghentikan pikiran serta kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi antara dia dan Elea. Dia merasa sangat frustasi jika apa yang Qiana katakan itu benar, tidak bisa dia bayangkan jika Elea diambil darinya.

Baginya Elea adalah salah satu hal berharga yang dia miliki. Setelah bertemu dengan Elea, dia baru bisa merasakan apa itu bahagia. Bersama Elea juga dia bisa merasa bebas, terlepas dari kekangan yang selama ini terus menahannya. Karena sejak kecil Felix hanya tahu tujuan hidupnya adalah menjadi anak yang bisa dibanggakan oleh ayahnya, seorang anak yang sempurna di mata ayahnya. Dia akan melakukan apapun yang diperintahkan ayahnya tanpa ragu dan sangat patuh.

Hingga dia bertemu dengan Elea, melihat tingkah tidak masuk akal gadis itu. Awalnya dia hanya merasa kalau Elea itu hanya gadis aneh yang menarik. Tapi semakin dia perhatikan, Elea memang berbeda dengan para gadis yang selama ini dia temui dimana sebagian besar dari mereka hanya tertarik dengan latar belakang serta apa yang dia punya saja. Elea tidak seperti itu, membuat Felix tertarik padanya hingga jatuh hati pada segala hal yang Elea lakukan atau katakan. Felix merasa telah menemukan tujuan baru di dalam hidupnya. Elea menjadi bagian penting di dalam hidupnya. Dengan susah payah dia mendapatkan Elea, dia tidak bisa membiarkan orang lain merebutnya begitu saja.

*

*

Setelah kejadian hari itu, Elea merasa Felix menjadi lebih pendiam. Elea tidak tahu harus berbuat apa. Dia takut tindakan atau ucapannya malah makin memperburuk keadaan. Jadi dia juga hanya bisa membiarkan pacarnya itu saja, mungkin jika perasaannya sudah membaik dia akan kembali seperti biasa.

Tidak hanya dengan Elea, Felix bahkan menjadi lebih pendiam saat mereka sedang berkumpul dengan teman-teman Elea yang lain. Teman-teman Elea pikir mungkin itu hanya karena Felix kelelahan karena tetap harus mengikuti pelajaran tapi juga harus fokus pada kegiatan organisasinya. Jadi mereka tidak terlalu mempermasalahkan perubahan sikap Felix.

Elea tidak menceritakan pada teman-temannya apa yang terjadi di hari itu. Dia tidak mau mereka khawatir, lagipula itu adalah persoalan tentang dirinya dan Felix jadi dia pikir harus menyelesaikannya sendiri.

Tanpa Elea dan teman-temannya ketahui, dibalik sikap diam Felix. Dia memperhatikan setiap tindakan dan ucapan teman-teman Elea, terutama sikap Bob dan Rhino pada Elea. Felix benar-benar sudah terpengaruh pada ucapan Qiana. Dia mulai curiga, bukannya dia tidak percaya pada Elea tapi dia tidak bisa lagi percaya pada Bob dan Rhino. Dia juga bahkan mencurigai Christof.

Saat ini mereka berdua sedang berada di taman sekolah untuk makan siang bersama. Elea merasa sedikit aneh kenapa tiba-tiba Felix mengajaknya makan siang hanya berdua, biasanya mereka akan berkumpul dengan yang lainnya di kantin. Tapi Elea meemilih untuk tidak protes, mungkin Felix memang butuh waktu berdua dengannya saja.

"Kau harus makan ini Lea, aku perhatikan belakangan ini kau makan sedikit sekali." Ucap felix sambil menambahkan makanan ke box makanan Elea. Elea yang awalnya ingin menolak, karena box makanannya sudah penuh dan dia tidak yakin bisa menghabiskannya. Mengurungkan niatnya karena melihat senyuman tulus di wajah Felix. Senyum yang beberapa hari ini dia rindukan.

Elea pun segera menyantap makanannya. Tapi karena dia agak terburu-buru menelan makanannya, dia tersedak. Felix dengan cepat memberikannya minum.

"Lea... kamu tidak apa-apa? Pelan-pelan saja makannya." Elea langsung meneguk habis minuman itu, setelah merasa sedikit lega dia hanya mengangguk perlahan.

Felix baru sadar kalau dia tadi hanya membawa satu botol air minum dan itu sudah diminum oleh Elea tadi. Dia memutuskan untuk pergi membeli minum lagi. "Lea, kamu tunggu dulu ya, aku akan segera kembali."

Setelah Felix pergi, Elea meletakkan box makannya, mengelus dada yang masih sesak karena tersedak tadi. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang dingin dipipinya, dia menoleh dan melihat Sam yang menempelkan botol air dingin ke pipinya.

"Untukmu..." Sam menyodorkan botol itu ke Elea, tapi Elea langsung mendorong botol itu, menolaknya.

"Minumlah, kau butuh ini." Sam masih berkeras menyodorkan botol itu.

Elea hendak menolak lagi, tapi dadanya masih terasa sesak dan sakit. Jadi mau tidak mau dia mengambil botol itu dan hendak meminumnya. Tapi belum sempat Elea meminumnya, botol itu sudah direbut kembali darinya. Sontak Elea kaget, dia melihat Felix langsung membuang botol itu sembarangan dan langsung menyerahkan botol air minum yang baru saja dia beli ke Elea.

Elea yang masih kaget hanya diam, lalu Felix membukakan botol itu dan menyuruh Elea minum. Elea hanya menurut saja. Setelah melihat Elea meminum air itu, pandangan Felix langsung mengarah ke Sam yang masih tidak beranjak dari tempat dia berdiri tadi. Tatapannya sangat tajam, seolah jika ada daun yang jatuh di hadapannya daun itu akan langsung terbelah jadi dua. Sam juga membalas tatapan mata Felix, tidak kalah tajam.

"Apa yang Senior lakukan disini?" tanya Felix, berusaha terdengar sopan tapi terdapat nada mengusir di dalamnya.

Sam tidak menjawab pertanyaan Felix, dia malah kembali memperhatikan Elea yang sudah terlihat lebih baik setelah minum. Hal itu kembali memancing emosi Felix.

Elea yang melihat Felix sudah mengepalkan tangannya dan tampak marah itu. Apalagi Felix sudah mendekati Sam dan hendak meraih kerah baju Sam. Elea langsung bangun dan menarik tangan Felix, dia tidak mau kejadian kemarin terjadi lagi.

"Lix, tenanglah. Senior tadi hanya ingin membantu..." Ucapan Elea terhenti saat Felix menatapnya dengan ekspresi marah dan tidak percaya.

"Jadi sekarang kau mulai membelanya?"

Elea melepaskan tangan Felix, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Bukan seperti itu Lix... hanya saja..."

Felix tidak membiarkan Elea menyelesaikan kalimatnya. Dia langsung menarik tangan Elea hendak membawanya pergi dari tempat itu. Tapi kali ini Sam langsung menghalanginya, dia menahan tangan Elea yang satunya agar tidak pergi.

"Tidak baik pergi dengan emosi seperti itu." ujar Sam.

Felix menarik kasar Elea agar pegangan Sam terlepas. Elea takut, dia lagi-lagi melihat Felix yang bukan seperti Felix yang biasanya.

Felix mendorong tubuh Sam mundur. "Sejak kapan kau suka ikut campur dengan urusan orang lain Kendrick? Urus saja urusanmu sendiri dan tinggalkan kami!!."

Sam mendecih, dia malah maju mendekati Felix. "Jika itu tentang Galen, maka itu akan jadi urusanku." ucap sam seolah menantang Felix.

Melihat Felix dan Sam yang hendak berkelahi, Elea langsung berdiri diantara mereka berdua berusaha melerai. "Kumohon kalian jangan berkelahi, kita bisa bicarakan hal ini baik-baik."

Tapi ucapan Elea tidak digubris, Felix malah membawa Elea untuk kembali duduk memintanya untuk duduk saja disitu sebelum perhatiannya kembali kepada Sam yang masih menunjukkan tatapan menantang ke Felix.

Jika saja Bob dan Rhino tidak datang tepat waktu, Felix dan Sam mungkin sudah baku hantam.

"Kendrick, berhentilah membuat masalah." ucap Rhino sambil menahan dan menarik Sam agar menjauh dari Felix.

"Apa kau sudah mulai gila Navarro? kau mau saja termakan dalam permainan senior itu." Teriak Bob yang sudah berdiri di depan Felix sambil memegangi bahu Felix.

"Iya... aku sudah gila... aku tidak tahan dengan tingkahnya." Felix balas teriak sambil menunjuk ke arah Sam.

"Aku harus memberinya pelajaran..." lanjut Felix kembali berusaha untuk meraih Sam meskipun sudah dihalangi oleh Bob. Sam juga ikut maju hendak memukul Felix.

"Hentikan...!!!" kali ini Elea yang berteriak, membuat mereka yang ada dihadapannya berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Aku sudah tidak tahan berada disini." Elea menggenggam erat kepalanya, nafasnya mulai terlihat tersendat-sendat. Felix, Bob dan Rhino terkejut melihatnya. Mereka panik, penyakit Elea kambuh lagi.

Felix langsung berlari mendekati Elea, tapi Elea langsung mengangkat kedua tangannya menolak Felix untuk mendekat. "Tenangkan dirimu dulu..." ucap Elea masih dengan nafas yang terputus-putus.

Perlahan Elea bangun sambil memegangi dadanya yang terasa makin sesak. Bob otomatis langsung memegang tangan Elea membantunya berjalan, diikuti oleh Rhino yang juga membantunya dengan memegang bahu Elea. Mereka berdua mengajak Elea pergi.

Felix masih kaget dengan penolakan Elea tadi, dia cemas dengan kondisi Elea. Menyempatkan untuk menoleh ke arah Sam, "Kita belum selesai..." ucapnya lalu pergi menyusul Elea.

Sedangkan Sam disitu masih berdiri memperhatikan keepergian mereka. Sebuah seringai muncul diwajahnya. Semuanya sesuai dengan apa yang dia inginkan. Rencananya berjalan dengan mulus.