webnovel

Watashi wa shujinkōde wanai ( I'm Not The Main Character )

Katsuragi Arata, seorang murid kelas 2 SMA yang memiliki trauma pada saat dia masih duduk di bangku SMP. Karena Traumanya itu dia mulai menjauhi orang-orang disekitarnya dan tidak mau terlibat ke dalam masalah kehidupan orang lain. Dan sampai saat ini dia pun masih melakukan hal itu. Namun disaat tahun ajaran keduanya, dia bertemu dengan seorang perempuan yang akan merubah seluruh kehidupannya. Dia masih belum tahu bahwa pertemuan pertama mereka adalah awal dari seluruh semua masalah yang akan menimpanya. Ilustrasi by KAGAMI

Hasanarata · Urban
Not enough ratings
19 Chs

Chapter 9 - Rahasia Dari Dua Artis

Setelah Rina menemukan buku yang dia cari itu, dia pun bergegas pergi dari perpustakaan ini.

Dan juga saat ini pekerjaan ku telah selesai, apa salahnya jika aku melihat pekerjaan perempuan itu.

Ya.. hanya untuk menghabiskan waktu luang saja, daripada berdiri disini tanpa melakukan apapun.

Dan juga aku dengar gosip yang beredar tadi pagi tentang perempuan itu, tapi.. yang menjadi permasalahanya adalah kenapa dia menolaknya?.

Aku pun pergi ketempat Sakayanagi-san berada setelah menanyakan dimana Sakayanagi-san kepada penjaga perpustakaan yang bernama Kana Hanegawa itu.

Meskipun aku tidak membantu merapikan buku - buku yang dibawa oleh Sakayanagi-san itu, aku hanya bisa melihatnya dari belakang dan bersandar di bibir bawah jendela ini sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang sejuk.

Dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya tentang kejadian yang sedang menimpanya saat ini.

" Sakayanagi-san.. aku dengar Takagawa menyatakan perasaannya kepadamu, apa benar begitu?. "

Aku pun memulai pembicaraan dengan menanyakan hal yang sedang menjadi pembicaraan hangat di kelasku tadi, dan yang aku dengar adalah Ryuji Takagawa kemarin sore setelah pulang sekolah dia menyatakan perasaannya kepada Sakayanagi Natsumi.

Bukannya ia terima tapi Sakayanagi-san menolak perasaan tulus Takagawa itu.

Dan saat ini tangannya berhenti bergerak memasukkan buku - buku itu ke dalam rak nya, dan mungkin itu juga membuatnya terkejut karena pembahasan seperti ini sangatlah sensitif apalagi saat ini teman - teman nya sedang menjaga jarak dari Sakayanagi-san.

Itu yang aku tahu setelah mengamati nya sejak tadi pagi.

Tapi tidak untuk Takagawa dia sepertinya baik - baik saja sama seperti biasanya, dan dia pun bertingkah layaknya kemarin tidak terjadi apa - apa.

Atau jangan-jangan gosipnya diputar balikkan? Ah maksud ku adalah kemungkinan besar ada yang memutar balikkan gosip tersebut dan membuat mereka yang mendengarnya salah paham.

Kecemburuan atau bisa disebut iri termasuk salah satu tujuh dosa besar, maksudku berbicara seperti ini adalah semua termasuk tujuh dosa besar.

Itu semua terdapat di dalam tubuh manusia tak terkecuali aku.

Jadi singkatnya aku tidak begitu peduli dengan hal tersebut.

" Bagaimana kau tahu itu Katsuragi-kun, apa kau diberitahu oleh mereka?. "

Mungkin jika diperhatikan lagi kata 'Mereka' mungkin tertuju ke murid - murid yang ada dikelas ku

" Apa kau bercanda? Mana mungkin aku ikut dalam kehidupan yang kalian sebut kelompok itu, bagiku mereka adalah tokoh tambahan yang tidak berguna, tapi lain lagi kalau mereka berpengaruh di dalam kelas tersebut, aku akan menyebut mereka sebagai Tokoh Utama. " Aku pun menjelaskan tentang pendapat ku tentang mereka semua kepada Sakayanagi-san.

Tapi yang menjadi pertanyaan besarnya adalah kenapa aku memberitahu hal itu kepada Sakayanagi-san?.

Atau jangan-jangan karena aura dari gelar ketua kelas itu yang membuat ku mengatakan kepadanya?.

" Heh.. begitu ya, aku tidak mengenalmu begitu dalam tapi mungkin aku ini juga termasuk tokoh tambahan yang tidak berguna sama seperti yang lainnya bukan?. "

Ya, awalnya aku menganggap Sakayanagi-san sebagai tokoh tambahan yang tidak berguna tapi semenjak aku sedikit mengenalnya, aku menaikkan peringkatnya yaitu menjadi seorang tokoh utama.

Aku hanya bisa berharap kalau dia bisa bertemu dengan kisah yang dia impikan sama seperti pemilik status tokoh utama di mata ku.

Ya, hanya itu harapan ku.

" Tidak Sakayanagi-san.., bagiku kau adalah seorang tokoh utama yang harus bahagia sama seperti Tokoh Utama yang ada pada pandanganku, kau seharusnya seperti itu. "

Saat aku berkata seperti itu, Sakayanagi-san terdiam seperti sedang berpikir sesuatu, namun pada akhirnya dia mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar darinya.

" Kalau begitu.. menurut mu siapa yang akan membuat ku bahagia.. "

" Kalau tentang itu aku tidak tahu… " kataku dengan menjawab pertanyaan dari Sakayanagi-san.

Dan melanjutkan perkataan ku dengan banyak mempertimbangkan banyak segala hal dan akhirnya aku memutuskan untuk mengatakan nya.

" Aku kira kau dan Takagawa akan menjadi-- "

" Jangan menyebut namanya!!. "

Aku pun terkejut saat dia menyanggah perkataan ku dengan nada tinggi nya, dia sepertinya sedang kesal bahkan suaranya tidak ia tahan padahal ini perpustakaan.

Dia bukanlah Sakayanagi-san yang aku kenal, sebelumnya aku tidak pernah melihat dirinya dipenuhi dengan emosi seperti ini.

Jadi kemungkinan besarnya adalah terjadi sesuatu diantara mereka berdua, Sakayanagi-san dan Takagawa.. aku ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Setelah dia marah seperti itu aku tidak berani untuk menatapnya langsung meskipun dia masih menghadap ke arah lantai, aku saat ini hanya bisa mengalihkan pandangan ku ke arah luar jendela dan berpikir.

Jika seperti ini hanya Kuruna lah yang bisa mengobati luka nya, tapi yang membuatku menjadi penasaran adalah apa yang dilakukan Takagawa hingga bisa membuat Natsume semarah ini aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, tapi yang bisa aku lakukan untuknya hanya ada satu.

Yaitu meminta maaf kepadanya.

" Maafkan aku Sakayanagi-san, sepertinya kau sedang mencegah ku agar tidak mencampuri urusan mu lebih dalam lagi. " Dengan alasan yang tidak mendasar itu aku meminta maaf kepadanya dengan maksud agar obrolan ini tidak beralih lebih dalam lagi dari ini.

" Tidak... seharusnya aku yang meminta maaf karena tadi sempat membentak mu. " Dia pun langsung merespon permintaan maaf ku.

Sepertinya dia tahu apa yang telah ia perbuat itu bertentangan dengan sifat yang ia miliki, namun aku sama sekali tidak mempermasalahkannya karena itu semua hal alami yang biasanya terjadi saat hati dipenuhi dengan pikiran berlebihan.

" Tidak apa - apa, dari pada diam dan tak melakukan apapun itu malah lebih menyakitkan."

Ketika aku berbicara seperti itu Sakayanagi-san diam sejenak dan melanjutkan merapikan buku yang tengah ia bawa itu.

" Ya, kau benar. "

Dia sudah sedikit tenang, aku harus mencari sesuatu yang bisa membuat jarak kami berdua kembali dekat seperti saat sedang dengan Kuruna.

Jika Kuruna tahu kalau kami menjaga jarak bisa - bisa aku yang terkena marahnya, ini benar-benar merepotkan.

Namun suatu ide pun terpikirkan olehku, cara mendapatkan flag pertemanan kembali dengan Sakayanagi-san.

" Sakayanagi-san, sepertinya aku tidaklah pantas untuk meminta ini, tapi sebagai permintaan maaf ku karena telah membuat mu mengingat hal yang tidak diinginkan, aku mohon kepada mu.. bolehkah kau menjadi satu kelompok dengan ku saat kamp musim panas nanti?. "

" Eh?. "

Dari raut wajahnya sudah terlihat jelas dia lebih tenang sekarang daripada tadi dan aku juga sangat lega karena tidak membuat nya tertekan lagi tapi disaat Kuruna dibutuhkan dia sedang tidak ada disini, mungkin aku juga bisa mengurus masalah ini juga.

Tidak, aku tidak ingin ikut campur dalam masalah Sakayanagi-san karena aku sudah mempunyai hal yang harus aku lakukan, tujuan utamanya adalah Kashiwagi Rina tidak lain dan tidak lebih dari itu.

" Ya.., jika kau mau satu kelompok dengan ku.. aku tidak keberatan. " Katanya.

" Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah apa tidak apa - apa kau ikut kedalam kelompok ku? Jika kau tiba-tiba diajak oleh teman mu satu kelompok bagaimana?. "

" Tidak apa - apa... aku akan menolak mereka semua. "

Wah.. dia sangat serius dengan ini semua aku seperti nya sudah salah mengambil langkah.

" Kau yakin?. " Aku bertanya untuk memastikan apa baik - baik saja untuk menolak ajakan teman - teman nya itu.

" Ya. "

Baiklah.. aku tidak tahu jalan pikiran anak perempuan satu ini, Sakayanagi-san terlihat berbeda kali ini dari pada Sakayanagi-san yang lalu, saat masih kelas 1 dengannya dia terlihat sangat tidak peduli kepada ku bahkan nada bicaranya saat berbicara dengan ku saja dia terlihat ragu - ragu.

Aku memang benar-benar tidak tahu jalan pikiran anak perempuan,sungguh.

***

" Aku pulang…. "

Sepertinya itulah yang aku katakan tadi tapi saat ini ada seorang perempuan dengan rambut putihnya yang panjang itu didepan ku saat ini sedang terlihat kesal, dia bahkan tidak menjawab nya.

" Jadi.. ada apa perempuan yang imut di dunia ini terlihat kesal kepada kakaknya?. "

" Jangan membuat ku kesal lagi kakak.. kenapa kakak datang terlambat?."

Baiklah, ini pasti sedang terjadi sesuatu.

" Setidaknya kau bisa menjawab kepulangan ku bukan?. "

" Baiklah.. selama datang.. "

Humu, aku tahu adik ku sangatlah imut dia bagaikan pengobat hati ku ini, karena dia lah yang mau merawat kakaknya hingga besar seperti ini dan tak pernah mengeluh sedikitpun aku sangat senang.

" Kakak, aku mau berangkat ke tempat mama dan sepertinya aku tidak akan pulang hari ini. "

" Apa kau mau membantu membuat komik nya?. "

" Ya.. dia bilang sebentar lagi deadline pengumpulan dan dia butuh beberapa pekerja lagi untuk mengurus berbagai hal. "

" Oh begitu, baiklah hati - hati dijalan ya Shiori. "

" Ya, kakak jangan lupa makan yang sudah aku siapkan tadi dan jangan lupa kerja part time mu itu. "

" Baik - baik, aku tidak akan melupakan nya. "

Setelah dia memakai kedua sepatunya dan juga membawa sebuah bungkusan besar yang sepertinya itu adalah makanan untuk para pekerja ibu ku dan juga untuk ibu ku, dia pun keluar dari pintu yang ada dihadapan ku ini dengan melambaikan tangannya dan tersenyum ke arahku.

Dan akhirnya menghilang dari balik pintu tersebut.

" Ah.. aku lupa menanyakan nomor telepon milik Kuruna. "

Tapi biarlah, mungkin saat ini Kuruna sedang sibuk dan tak mau diganggu buktinya Shiori tidak bilang apa - apa soal Kuruna.

Yang jelas Kuruna tidak menelepon seharian ini, baiklah.. waktunya makan lalu bekerja.

Dan mungkin sudah saatnya aku belajar untuk mempersiapkan ujian yang akan datang, kemungkinan besar juga manajer ku ingin aku libur disaat seperti ini.

Saat ini aku berada di ruang makan keluarga, dan diatas meja sana terdapat makanan yang tadi Shiori buatkan untuk ku, aku sungguh senang dan saat aku mendekati makanan tersebut terlihat secarik kertas sedang tertindi oleh mangkuk nasi ku.

Otomatis aku mengambil dan membaca nya namun saat aku melihat isi dari kertas tersebut aku sangat senang karena di kertas ini tertulis nomor milik Kuruna.

Ah.. kau adik yang sangat perhatian ya Shiori.

Setelah mendapatkan nomor Kuruna aku pun menelepon ke arah nomor yang ada di kertas tersebut menggunakan smartphone milik ku, beberapa detik aku menunggu dan akhirnya tersambung.

" *Halo.. disini dengan keluarga Kurugaya*… "

Ini nomor telepon rumah yang ada disana ya, kapan Shiori meminta nya?.

" *Halo.. ini dengan siapa ya?* "

" Ah maaf, ini aku Arata.. "

" *Eh!? Arata-kun!? Kenapa kau bisa tahu nomor telepon rumah ku? Apa itu dari Shiori?*. "

" Ya, tepat yang kau katakan. "

" *Akhirnya aku bisa berbicara dengan mu Arata-kun*, kau tahu? *Aku sangat senang bisa mendengar suara mu malam ini*. "

" Aku juga.. "

Aku tidak tahu ekspresi apa yang ia tunjukkan saat sedang menelepon ku ini, tapi yang jelas sepertinya dia sangatlah senang.

" Bagaimana dengan keadaan nenekmu?. " Aku pun menyinggung soal keadaan neneknya yang sedang sakit disana.

" *Ah.. itu, nenekku sedang berada dirumah sakit*. "

" Jadi penyakit nya separah itu ya?. "

" *Ya... bisa dibilang dia sedang dalam keadaan kritis, tapi tenang saja.. aku akan kembali saat ujian nanti*. "

" Ya... aku akan menunggumu, yang terpenting saat ini adalah kesehatan nenekmu. "

" *Ya.. aku tahu, Arata-kun, bagaimana dengan pekerjaan paruh waktu mu? Apa kau akan membolos hari ini*. "

" Tentu saja tidak, tapi aku akan datang sedikit terlambat saja.. "

" *Tidak boleh Arata-kun, kau harus datang tepat waktu agar manajer mu bisa mempercayai mu seutuhnya dan mungkin saja kau akan dijadikan karyawan tetap dikemudian hari*. "

" Ya... mungkin juga bisa seperti itu. "

Setelah berbicara seperti itu aku pun duduk di lantai dengan menyandarkan tubuhku ke arah dinding, dan kemungkinan juga Kuruna sedang melakukan apa yang aku lakukan saat ini.

" Kuruna.. ada yang ingin aku tanyakan, apa saat kamp musim panas nanti kau bisa ikut?. "

Terdapat jeda saat Kuruna ingin menjawabnya namun dia pun menjawabnya setelah jeda beberapa detik itu.

" *Soal itu... aku tidak tahu apa bisa atau tidak, tapi kemungkinan besar aku akan ada disini setelah ujian selesai untuk menjaga nenek ku karena ayahku juga akan bekerja pada saat liburan musim panas*. "

" Oh begitu ya.. "

Tidak aku sangka kalau ayahnya akan bekerja disaat liburan musim panas, aku pun saat ini diam dan berpikir.

Apa yang harus dilakukan seorang kekasih disaat dalam keadaan seperti ini?.

Aku tidak ingin terlihat keren di depan mata Kuruna, aku hanya ingin membuat Kuruna bahagia dengan perasaan tulus dan tidak mau merepotkan diri sendiri, ya.. itulah yang harus aku pikirkan saat ini.

Tapi suatu ide muncul tiba-tiba di dalam kepala ku, ya.. mungkin itu bisa.

" Kuruna.. apa disana ada juga festival kembang api?. "

" *Ya… tentu saja ada*. "

"Baiklah sudah aku putuskan, kalau begitu, setelah ini semua berakhir.. aku akan pergi menemui mu dan melihat kembang api bersama mu nanti. "

" *Eh? Apa kau yakin Arata-kun? Disini perayaan nya tidak begitu besar sama seperti di kota lo, mungkin kau bisa kecewa nantinya*. "

" Tidak masalah.. asalkan dengan mu bagiku itu sudah cukup. "

Ya.. yang ingin aku lakukan saat musim panas nanti adalah bersama dengan Kuruna, tapi dilain sisi aku sangat ingin berada dirumah dan menikmati masa liburan ku dengan bermalas-malasan.

Tapi kemungkinan besar juga Kuruna juga ingin menghabiskan waktu bersama ku karena aku adalah kekasihnya.

Maka dari itu.. setidaknya aku bisa membahagiakan nya sedikit

" Aku akan melakukan yang terbaik Kuruna. "

" *Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu? Tapi.. aku sangat senang kalau kau akan datang kemari saat festival kembang api nanti, aku sangat senang, sudah dulu ya Arata-kun aku dan ibuku ingin pergi menjenguk nenek ku dirumah sakit menggantikan ayah untuk menjaganya, sampai jumpa Arata-kun*. "

" Ya, sampai jumpa.. Kuruna, aku mencintaimu. "

" *Aku juga*. "

Setelah telepon nya telah ditutup aku pun bergegas menuju ke kamar ku dan mengganti pakaian ku untuk bekerja paruh waktu, tempat dimana aku dan Kuruna dipertemukan pada saat malam hari itu.

Mungkin.. jika itu bukanlah aku yang ada disampingnya saat itu, kemungkinan besar aku tidak akan berubah sampai sejauh ini, aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan Kuruna.

Lalu hari demi hari pun berlalu dan pada akhirnya ujian semester awal telah didepan mata.

Namun..

Saat ini aku ada di apartemen seseorang, tidak begitu kecil dan tidak begitu besar di dalamnya hanya terdapat satu kasur dan dilengkapi dengan meja dan juga karpet disini.

Lalu tidak lupa dengan lemari kayu yang agak besar tengah berdiri tegak di pojok ruangan dan yang paling penting adalah tempat kamar mandinya.

Ya... saat ini aku berada di tempat kenalan dari Kashiwagi Rina dia adalah bodyguard kepercayaannya dan dia juga adalah orang yang merepotkan Kuruna di depan banyak orang, tapi kenapa aku harus bertemu dan bekerjasama dengannya?.

Beberapa detik kemudian seseorang keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk pendek dan melangkah ke lemari nya tanpa ada sedikit rasa malu.

Aku yang disuguhkan pemandangan seperti itu hanya bisa menutup mata dan tak berani melihat nya langsung mungkin jika orang lain yang ada diposisi ku kemungkinan besar dia akan diserang, kalian paham kan maksudku?.

" Tenang saja… aku tidak masalah kalau dilihat oleh anak kecil seperti mu. "

" Aku sudah SMA, dan yang menjadi pertanyaan ku adalah kenapa kau tidak membawa pakaian ganti mu kedalam kamar mandi? Bukankah kau sudah tahu kalau aku berada di dalam kamar mu?. "

" Aku tidak terbiasa dengan membawa pakaian kedalam kamar mandi, dan juga setelah mandi seperti ini biasanya aku akan bertelanjang dan bersantai sedikit, tapi saat ada bocah seperti mu aku mengurungkan kegiatan ku itu. "

" Kenapa kau malah membahas hal yang seperti itu? Apa kau sudah mengganti pakaian mu!? Jika belum selesai aku akan keluar dan menunggu mu. "

" Kau ini…. "

Setelah dia berkata seperti itu, dia tiba - tiba diam dan tak berbicara sedikit pun, aku pun sedikit lega kemungkinan besar dia saat ini kembali ke kamar mandi dan mengenakan pakaian nya.

Tapi..

Aku dikejutkan dengan 2 benda yang sangat lembut yang saat ini sedang menempel di punggung ku, hangat dan juga sedikit basah, lalu aku merasakan kedua tangan milik nya sedang menjelajahi tubuhku ini.

" Baiklah.. aku akan menganggap mu seorang laki - laki saat ini, jadi.. apa yang akan kau perbuat jika sudah seperti ini?. "

Dia berbicara didekat telinga ku dengan penuh gairah, aku tidak mau melakukan hal-hal yang aneh kepadanya, jika aku sampai tergoda oleh perkataan nya itu sama saja aku mengkhianati Kuruna.

Tapi dadanya sangatlah lembut dan mungkin miliknya lebih besar dari miliknya Kuruna.

*Glek* dengan menelan ludah ku sendiri aku menahan hasrat muda ku agar tidak meledak, jika aku sampai menyerang nya aku tidak akan bisa memaafkan diri ku sendiri apalagi jika Kuruna tahu kalau aku sedang didalam kondisi seperti ini, ayo lawan Katsuragi Arata..

" Ma-masami-san.. "

" Oh... Langsung memanggil dengan nama depan ya, ada apa Arata.. "

Entah kenapa dia malah memeluk ku dengan eratnya, aku hanya bisa menahan dan terus menahan, aku seperti seorang pembantu yang sedang disiksa oleh majikannya sendiri, aku harus keluar dari situasi ini.

" Bisakah kau melepaskan pelukan mu ini? Aku sudah tidak sanggup lagi. "

" Tidak sanggup? Ayolah.. serang aku sama seperti kebanyakan laki - laki yang pernah aku temui itu. "

Lampu hijau telah dinyalakan olehnya, tapi aku harus tetap menahan hasrat ku ini.

" Entah apa yang ada dipikiran mu tentang seorang laki-laki, tapi tidak semua laki-laki seperti yang kau temui itu melakukan hal yang kau pikirkan seperti yang kau bilang tadi itu. "

" Heh.. benarkah? Apa kau tidak tergoda sedikit pun. "

" Aku akui aku tergoda dengan apa yang kau lakukan, tapi.. aku tidak akan mengkhianati kekasih ku. "

Setelah mengatakan hal itu, Masami-san terdiam sejenak lalu dia pun melepaskan pelukannya dan menuju ke lemari nya kembali, aku pun bisa menarik napas dengan lega dan hanya bisa bersyukur kalau tadi tidak terjadi apa - apa.

" kau sama sekali tidak ada seru - serunya bocah.. "

" Bocah ya... aku lebih senang jika kau memanggilku dengan nama depan ku seperti tadi. "

" Baiklah - baiklah. "

Akhirnya aku bisa lepas dari situasi yang tidak pernah aku pikirkan akan terjadi di hari ini, jika aku ingin dekat dengan Kashiwagi Rina aku juga harus berhati-hati terhadap perempuan yang bernama Yohiko Masami ini.

" Hei Arata.. "

" Ya, ada apa Masami-san?. "

" Bisakah kau mengambilkan pakaian dalam ku di mesin cuci kamar mandi?. "

" Aku keluar!. "

Dan dengan cepat aku menuju luar apartemen nya ini, aku pun menghela napas lega setelah keluar dari kamarnya dan aku tidak menyangka bahwa apartemen sebesar ini adalah milik keluarga Kashiwagi.

Ya meskipun kamarnya sangat standar bagi orang kaya.

Aku ingin tahu seperti apa keluarga yang dia miliki, tapi bagian yang paling menyusahkan nya adalah bekerja di hari libur, padahal ini akhir pekan dan juga besok sekolah ujian tengah semester sudah dimulai, pekerjaan seorang artis ternyata sangat menyusahkan.

Tadi pagi - pagi sekali smartphone milikku berdering dan dilayar nya terdapat notifikasi 10 panggilan tak terjawab, dan aku pikir itu nomor milik Kuruna jadi aku telepon balik dan ternyata itu adalah nomor adik kelas ku yang bernama Kashiwagi Rina dan entah kenapa semangat pagi ku hilang begitu saja.

Ya dan pada akhirnya aku ada disini untuk membantu dirinya bekerja, walaupun hanya untuk mengawalinya sampai pekerjaannya selesai dan menurutku itu sangatlah muda.

Setelah beberapa menit menunggu di depan kamar Masami-san, aku dikejutkan oleh suara seseorang yang menyapa ku dari ujung tangga apartemen ini, dan aku melihat Kashiwagi Rina sedang berlari kecil ke arahku dengan membawa sebuah kotak yang ia bungkus dengan kain warna ungu itu.

" Selamat pagi senpai. "

Dia pun menyapa ku dengan senyuman nya yang indah itu, ya.. aku tidak menyangkalnya kalau Kashiwagi Rina ini mempunyai paras yang begitu cantik mungkin setara dengan Kuruna tapi jika kalian bertanya siapa yang tercantik diantaranya maka aku akan menjawab Kuruna.

Saat ini dia memakai gaun one piece berwarna putih dibalut dengan jaket sampai selutut berwarna coklat cerah, dan tidak lupa dengan gaya rambut yang ia uraikan.

Aku sungguh terperangah saat melihat kecantikan artid satu ini, ya.. aku tidak bisa membodohi diriku sendiri soal yang satu ini.

" Ya.. selamat pagi Rina, kenapa kau ada disini?. " Tanyaku.

" Ah.. itu, soalnya aku tadi membuat sarapan kebanyakan jadinya aku bawa makanan ini untuk dimakan bersama, Masami mungkin suka dengan ini. "

" Tidak perlu kau cantumkan kata 'mungkin' di dalamnya, sudah pasti kalau dia akan kegirangan saat mendengar hal ini, tapi ya itu bukanlah jawaban yang ingin aku tahu dari mu. "

" Hah? Lalu apa?. "

" Untuk apa kau datang kemari? Bukankah kami yang seharusnya menjemput mu?. "

Ya.. itu adalah tugas dasar dari para pengawal seperti aku dan Masami-san, tapi entah kenapa Rina datang kemari tanpa bilang apa - apa, seperti dia sudah terbiasa dengan melakukan aktivitas seperti ini.

" Aku sudah biasa datang duluan ketempat Masami-san, dan lagi pula dia itu suka tidak menjaga aturan makan nya, oleh sebab itu aku datang dan menyuruh nya makan makanan yang selalu aku bawa setiap hari ini. "

Dia sungguh bersinar di mata ku, mungkin ini adalah pancaran dari ketenaran nya selama ini, aku tidak bisa melihat nya.

Tapi tunggu, kenapa Rina yang seharusnya dikawal malah pergi sendirian kemari, bisa saja terjadi penculikan saat perjalanan kemari bukan? Sepertinya Masami-san dan aku telah gagal menjadi seorang pengawal pribadi nya.

Bolehkah aku pulang? Itulah yang aku katakan dalam hati ku yang telah merasakan kegagalan ini.

Lalu tanpa mempertanyakan persetujuan ku dia pun menarik tangan kanan ku ke arah kamar Masami-san yang tepat berada di sampingnya itu, aku pun sedikit terkejut dengan kelakuan nya yang sedikit berani ini, tapi biarlah.. sesekali aku bisa menjadi orang lain di dunia yang aku benci ini.

Saat Rina membuka pintu kamar Masami-san, kami berdua dikejutkan oleh Masami-san yang sedang memakai pakaian dalamnya dan dengan sedikit terkejut dia berkata.

" Ah.. rupanya kau sudah ada disini, masuklah.. " katanya tanpa ada rasa malu sedikitpun.

" Jangan dilihat Arata-senpai!!!. ".

Dan akhirnya kedua mata ku menjadi korban pada pagi hari yang cerah ini, ini sungguh.. hari yang buruk.

Setelah kejadian itu Rina selalu meminta maaf kepada ku sedangkan Masami-san hanya bisa menikmati makanan yang Rina tadi bawa, sungguh aku ingin pulang.

Setelah kami bertiga sarapan, kami pun masuk ke dalam mobil yang sama dengan Masami-san yang mengemudikannya, entah kenapa perasaanku tidak enak saat senyuman milik Masami-san ia tunjukkan setelah memegang kendali mobil ini, dia seperti ingin bilang: " lihatlah bagaimana aku mengemudikan mobil mewah ini. " Itulah yang aku rasakan.

Tapi setelah beberapa menit kami menempuh perjalanan, ternyata dia sama sekali tidak buruk dalam hal menyetir apa mungkin karena pekerjaannya yang selalu padat seperti ini?.

Aku dengar dari Mito-sensei bahwa Rina dan Rena sering absen apa mungkin karena pekerjaannya yang sering bertambah ya?.

Aku benar - benar tidak paham sama sekali, sebenarnya aku tidak ingin ikut campur dalam masalah hidup Kashiwagi Rina ini, tapi mau bagaimana lagi guru itu telah mengiming-imingi ku dengan ruangan pribadi di area sekolah SMA Hashigai hanya untuk diriku bersama Kuruna.

Aku pun melihat ke arah kaca belakang mobil dan mendapati Rina yang sedang mencuri pandangan ke arah ku lewat kaca tersebut, dan saat dia menyadari kalau aku memperhatikannya dia pun mengalihkan pandangannya dengan cepat.

Dan disitu aku mulai menyadari kalau si Kashiwagi ini, dia telah terjebak di dalam suatu lingkaran yang menurutku itu tidak akan pernah terjadi bila bersama ku, apa mungkin dia suka kepada ku?

Jikalau benar begitu aku hanya bisa menolak nya dan membiarkan nya untuk mencari cinta barunya.

Aku pun menghela napas setelah menyadari nya, dan lalu aku pun mengalihkan pandangan ku ke arah luar kaca mobil ini dan berpikir,

Satu saja sudah cukup buatku dan aku juga tidak ingin terlibat dalam percintaan yang berlebihan, setidaknya aku harus bisa menghindari semua itu dan juga kenapa mereka suka dengan ku? Aku juga tidak tahu apa yang Kuruna sukai dari ku ini.

" Aku sebenarnya tidak ingin tahu, tapi apa yang terjadi diantara kalian berdua?. "

Aku pun sontak terkejut dengan pertanyaan dari Masami-san, dan aku pun juga melihat kearah kaca belakang mobil dan melihat Rina tersipu malu dan itu membuat Masami-san bisa yakin kalau terjadi apa - apa bukan? Setidaknya kau bisa menjelaskan sesuatu agar dia tidak salah paham Rina.

" Apa yang kau maksud Masami-san? Tenang saja.. aku tidak akan merebut Rina dari mu lagi pula aku sudah mempunyai Kuruna. "

Aku pun menghela napas untuk sekian kalinya, dan tanggapan Masami-san hanya bilang "Oh" saja, dia benar-benar membuatku kesal dengan reaksinya itu.

" Aku juga tidak peduli jika kau mau mengambil nya atau tidak Arata, tapi memiliki 2 atau 3 kekasih itu bukanlah masalah kan?. "

Ini bukan *isekai* dimana poligami itu diperbolehkan apa kau tahu?.

Namun ucapannya itu membuatku bertambah kesal, aku ingin lompat keluar dari mobil yang membuatku sengsara ini.

" Bi-bicara apa kau ini Masami-san!! Aku dan Arata-senpai tidak memiliki hubungan spesial apapun. "

" Begitu kah? Jadi aku salah paham ya.. baiklah jika itu yang kau katakan aku tidak akan peduli lagi. "

Bagus Rina, kau memang adik kelas yang bisa diandalkan, sekarang aku harus benar-benar hati - hati kepada Masami-san untuk sesaat ini, dia mungkin melakukan ini semua dengan disengaja.

" Ji-jika Arata-senpai tidak keberatan memiliki 2 kekasih.. mungkin aku ingin mencalonkan diriku sebagai yang kedua. "

" Eh!?. "

" Rina-san?. "

Setelah dia menyadari apa yang ia ucapkan tadi, dia pun menutupi wajahnya dengan kedua tangan milik nya itu, dia benar--benar mengatakan nya, Apa yang kau inginkan dariku Rina?.

" Heh~~ baiklah itu seperti nya berita penting...Arata maukah kau datang kerumahnya Rina setelah ujian sekolah mu itu?. "

" Untuk apa aku datang kerumahnya?. "

" Ya sudah jelas bukan? Untuk pertunangan kalian. "

" Yang benar saja.. melakukan pertunangan secara spontan tanpa ada persetujuan dari kedua belah pihak tidak akan ada yang mau melakukan hal seperti itu. "

" Tu-tu-tu-tunangan dengan Arata-senpai!? Aku dengan Arata-senpai?!. "

Hoi Rina.. meskipun kau menutup mulut mu itu aku bisa mendengar kebahagiaan yang tidak bisa kau tahankan itu, dan juga candaan milik Masami-san sungguh berlebihan.

Setelah satu jam berlalu, kami bertiga saat ini tengah ada di ruang belakang stasiun televisi yang akan mewawancarai Rina, begitu banyak persiapan yang harus dilakukan para staff pertelevisian ini, aku yang hanya melihatnya hanya bisa berpikir bahwa mendapatkan beberapa uang di dunia kerja itu sangatlah sulit, apalagi jika kau sudah terbebani dengan namanya keluarga yang sedang kau tanggung jawabkan itu.

Lalu tak lama kemudian, Masami-san dengan Rina keluar dari pintu ruangan yang bertanda kan artis disebelah ku, Rina saat ini masih memakai pakaian yang tadi ia kenakan dan juga dia saat ini nampak berbeda setelah di make up, aku pun mengalihkan pandangan ku darinya dan entah kenapa tiba-tiba aku terpesona melihat kecantikan nya saat ini.

Ingatlah Katsuragi Arata, Kau sudah mempunyai Kuruna bukan?.

Lalu saat aku tengah mengendalikan pikiran ku tiba - tiba tangan kanan Rina menarik perlahan lengan jas hitam yang ku kenakan dan sontak membuat ku menoleh kearahnya.

" Apa tidak bagus?. "

" Menurutku itu cocok untuk mu. "

Nampaknya aku harus mengalah sekarang, dan juga aku harus secepatnya untuk mendapatkan kepercayaan dari Kashiwagi Rina ini.

" Interview?. " Aku bertanya dengan melihat ke ujung lorong yang pintunya terbuka dengan lebar berada di belakang ku.

" Ya. "

" Begitu ya… semangat lah aku akan mendoakan agar lancar dari sini. "

" Baik, terima kasih Arata-senpai. "

Lalu Rina pun melangkahkan kakinya ke arah pintu yang berada di ujung lorong ini. Aku hanya bisa melihat nya dari belakang dan berpikir, mungkin selama ini dia telah berjuang dengan keras.

Lantas bagaimana pendapat adiknya tentang kakaknya yang telah mengorbankan seluruh kehidupan nya hanya untuknya seorang?.

" Kashiwagi Rena… aku ingin bertemu dengan dia. "

Aku ingin tahu seperti apa sifat adiknya itu.

Setelah Rina menghilang dari balik pintu tersebut Masami-san memanggil ku ke dalam ruangan yang tadi Rina gunakan untuk merias dirinya, dan saat itu pula aku melihat Masami-san duduk di sofa panjang berwarna putih ke abu - abuan.

Saat Masami-san tahu kalau aku berada di dalam ruangan dia lalu mengisyaratkan aku untuk duduk di sebelah nya, aku pun menuruti apa yang Masami-san ingin lakukan dan akhirnya aku pun duduk di sebelah nya dengan Masami-san memegang minuman kalengan bersoda.

" Jadi? Ada apa kau memanggilku Masami-san. "

" Sebenarnya ini tidaklah penting. "Dia memainkan kaleng yang ia pegang dengan mengarahkan nya ke kanan dan ke kiri dengan perlahan.

" Apa yang kau rencanakan Katsuragi Arata-kun. "

Aku pun diam setelah ditanyai hal tersebut, memang benar saat ini yang harus aku waspadai adalah wanita yang berada ada di sampingku ini, Yohiko Masami-san.

Tunggu? Yohiko? Bukankah itu nama belakang Rina waktu di sekolah bukan? Apakah Rina adalah anak Masami-san?.

" Sebelum itu bolehkah aku bertanya?. " Dengan menyandarkan tubuh ku ke sofa tersebut aku bertanya kepada wanita yang ada disamping ku ini.

" Silahkan. " Itulah jawaban singkat nya.

" Apa hubungan mu dengan Rina, setahuku saat disekolah dia memakai nama belakang Yohiko sama seperti nama belakang mu, Apakah ada suatu hubungan diantara kalian berdua?. "

Seketika wanita yang ada disamping ku ini diam sejenak dan memandangi minuman nya itu, aku pun melihat tingkah lakunya dan sepertinya dia memiliki suatu hubungan tertentu dengan Rina.

" Sudah aku duga, dia seenaknya menamakan anak perempuannya itu. "

" ….. "

" Baiklah, untuk mu seperti nya tidaklah masalah karena kau sudah tahu kebenaran dari mereka berdua. "

Apakah dia ingin menceritakan kejadian masa lalunya mereka berdua? ( Rina dan Rena ), apa itu tidak apa - apa?.

" Apa ini soal Rina dan Rena?. " Aku pun bertanya untuk memastikan kemana arah pembicaraan ini.

" Ya, kau benar Arata. "

Setelah meneguk minuman nya untuk terakhir kalinya, dia pun menaruh minuman kalengan nya itu di meja yang ada di depannya tersebut.

" Apa kau tahu? Mereka berdua selalu dibanding - bandingkan oleh ibunya. "

" Dibanding - banding kan?. "

" Ya, mungkin dari sekian banyaknya orang hanya kau lah yang akan aku beritahu alasan dari Kashiwagi Rina yang menggantikan posisinya Rena dan alasan Kashiwagi Rena yang mempunyai kabar kenapa dia tiba-tiba pergi dari dunia hiburan. "

Ini informasi yang sangat penting bukan?, Apa kau yakin ingin membocorkan nya kepada anak laki-laki SMA yang ingin menjadi seorang tokoh sampingan di kehidupan nya ini?.

" Kenapa kau ingin membocorkan rahasia ini kepada murid SMA seperti ku ini?. "

" Aku.. sangat senang saat Rina tersenyum dan selama ini aku tidak pernah melihat ekspresinya yang seperti itu, saat didekat mu dia mengeluarkan banyak ekspresi yang jarang aku lihat darinya, maka dari itu.. aku sangat percaya bahwa kau tidak akan pernah membocorkan rahasia ini kepada orang lain. "

Alasan yang cukup sederhana untuk rahasia besar Kashiwagi Rena, apa ini tidak apa - apa?.

" Satu tahun yang lalu, bukan.. satu setengah tahun yang lalu Kashiwagi Rena mengalami kecelakaan dan membuatnya tidak bisa memasuki dunia hiburan lagi, ibunya menutupi berita ini dari semua media serta wartawan hingga menyewa seluruh rumah sakit itu hanya untuk tidak mengatakan bahwa Rena sedang tidak dirawat di rumah sakit. "

Menyewa rumah sakit hanya untuk menghindari berita kalau Rena kecelakaan ya, lalu kenapa ibunya menutup - nutupinya? Bukankah malah lebih mudah jika berita tentang kecelakaan Rena disebar luaskan?.

" Mungkin menurut mu ini sedikit aneh kenapa ibunya ini menutupi kalau anak nya itu telah kecelakaan dan koma untuk waktu yang lama, karena kecelakaan itu telah disengaja. "

" Disengaja ya.. konflik yang begitu murahan. "

Kesengajaan untuk membuat celaka keluarga Kashiwagi karena suatu kecemburuan.

Yang menjadi pertanyaan nya adalah kenapa orang itu ingin membuat Rena celaka? Apakah persaingan antara artis atau apa?.

" Mungkin ini semua bisa dikatakan konflik antar artis, tapi aku tidak menyangka kalau dia bisa melakukan hal sejauh itu hanya untuk menyingkirkan saingan nya, sampai - sampai ingin merenggut nyawa nya, itu tidak bisa dimaafkan. "

Terlihat kekesalan Masami-san sedang ia tahan dengan bukti tangan nya yang mengepal seketika setelah membicarakan hal itu.

Kalau benar itu disengaja lantas siapa yang ingin merenggut nyawa Kashiwagi Rena ini? Bukankah kalau hal ini ditutup - tutupi masalah nya akan bertambah rumit? Polisi juga tidak bisa mengadakan penyelidikan berlanjut.

Jika hal ini ditutupi hingga polisi juga tidak tahu maka Kashiwagi Rena saat ini masih dalam keadaan bahaya bukan?.

" Masami-san, kau mungkin sudah tahu bagaimana jika berita ini tidak disebarluaskan bukan?. " Aku pun mencoba memastikan apakah Masami-san mengerti situasi yang dihadapi mereka berdua saat ini.

" Ya... aku tahu betul. "

" Nyawa Rena masih terancam saat ini. " Kataku.

" Ya.. kau benar.. maka dari itu… rencana Dua Kashiwagi Rena ini dilakukan. "

Rencana dua Kashiwagi Rena?.

Kau tidak bercanda kan? Apa alasan Rina maju sebagai pengganti Rena disebabkan karena percobaan pembunuhan itu?.

Jika begitu saat ini nyawa Rina dalam bahaya bukan? Apa ini yang Masami-san sebut dibanding - bandingkan?.

Ibunya memilih anak pertama nya sebagai korban demi ketenaran anak keduanya? Sebenarnya apa yang bisa ia banggakan dari Kashiwagi Rena? Menurutku yang paling bekerja keras disini adalah Rina dilihat saja sudah tahu pasti bukan?.

Tapi tidak ada jaminan bahwa Rena yang akan menjadi sasaran secara tidak disengaja.

Lalu seketika Masami-san menghidupkan televisi yang ada di depan kami berdua dan disana terlihat bahwa Kashiwagi Rina sedang diwawancarai oleh pengisi acara tersebut, dia tersenyum dan terus tersenyum disaat ada lelucon dia tertawa, aku yang melihat nya sangat membuat ku muak dan ingin menarik Rina dari tempat yang dipenuhi oleh orang - orang itu.

Dia disana hanya bisa memaksakan dirinya untuk bisa mengikuti arus pembicaraan nya dan suasananya, dia terlalu memaksakan dirinya sendiri.

" Masami-san, adik Rina.. sekarang dia ada dimana?. "

" Hah? Untuk apa kau ingin tahu keberadaan nya?. "

" Sudah jelas bukan? Aku ingin bertemu dengan sang Artis yang asli. "

Di raut wajah Masami-san terlihat mencurigaiku meskipun begitu aku tetap ingin menemuinya, sejujurnya jika Masami-san mencurigaiku aku tidak masalah karena saat ini aku sedang diam - diam mendekati mereka berdua untuk kepentingan pribadiku.

Tidak.

Maksud ku ini demi kepentingan pribadi seorang guru yang selalu ikut campur ke dalam masalah hidup para muridnya.

Tidak perlu menunggu lama, Masami-san pun menjawab nya.

" Rotasi. "

" Rotasi? Apa maksudmu?. "

" Jam 12 siang, Rina dan Rena akan bergantian untuk menjadi seorang Artis, apa kau mau ikut untuk mengawasi nya?. "

Sudah aku duga, ternyata Masami-san sangat baik mungkin jika aku dan Masami-san bertemu dengan Kuruna dia mungkin akan terkejut dengan keakraban kami berdua.

" Aku ikut Masami-san. "

Setelah acara interview nya selesai kami pun berangkat menuju ketempat dimana tempat itu adalah tempat syuting iklan nya Rina, ya sama seperti tadi dia terlihat sangat serius untuk menjalani semua yang telah ada di daftar kerjaan nya hari ini.

Sebagai seorang kakak aku merasa rendah dihadapan perempuan yang satu ini, pasalnya pengorbanan nya yang begitu besar hanya demi keselamatan adik satu-satunya itu.

Tanpa mengharapkan apapun, dia dengan beraninya maju tanpa berpikir panjang.

Sedangkan aku, aku dari dulu tidak terlalu memperhatikan adik ku satu - satunya yang aku miliki.

Bila kuiingat lagi, mungkin saat ini aku merasa sedikit menyesal.