"Aku turun duluan, ya, Kak," ucap Andinen pada wanita itu.
"Iya. Sampai ketemu besok, Andinen," sahut si wanita ramah.
Kedua kaki itu dibawa melangkah memasuki rumah. Andinen langsung mendudukkan dirinya di sebuah sofa yang telah dimodifikasi itu. Andinen menambahkan busa lebih banyak agar sofa terasa lebih empuk.
"Baru hari pertama, tapi sudah selelah ini." Monolog Andinen sambil menyandarkan tubuhnya pada bantalan sofa. Netranya dibawa mengamati setiap sudut ruangan. Sepi. Tidak ada siapa pun di sana selain dirinya sendiri. Meskipun kontrakan itu kecil, tetapi terasa besar untuknya yang hanya tinggal sendiri.
Tanpa aba-aba, butiran air jatuh dari pelupuk matanya. Tinggal sendirian tidak semenyenangkan yang dibayangkan. Dia rindu bibi, juga Andra. Pria yang dicintainya. Melupakannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak pula semudah berucap sesumbar. Andinen tengah berusaha, tetapi tidak dapat dipungkiri jika ia belum bisa melupakan Andra.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com