webnovel

Geromobolan Pengemis Dari Bukit Tunggul (3)

Sebenarnya Jaya merasa enggan untuk melanjutkan pertarungan ini, tapi apa yang dikatakan si Dewa Pengemis adalah benar, mana mungkin dirinya akan mundur melarikan diri dari pertarungan itu, maka dengan terpaksa ia pun bersiap kembali. Di lain pihak, Galuh sudah dapat memperkirakan kehebatan lawannya ini, maka tak ayal lagi ia segera menyiapkan pukulan saktinya yakni "Pukulan Badai Laut Kidul" untuk mengalahkan Jaya!

Galuh berteriak nyaring, ia mendorongkan tangan kanannya kearah Jaya, menderulah angin putting beliung bergulung-gulung yang teramat dahsyat menerjang Jaya! Jaya yang sudah tahu tingkat tenaga dalam Galuh enggan untuk meladeni pukulan sakti tersebut, sebab ia tahu kalau ia meladeni adu tenaga dalam lagi, ia bisa mencederai Galuh, ia tidak tega untuk mencelakai Galuh lebh jauh.

Entah mengapa ada perasaan aneh di hati Jaya pada Galuh, apalagi ketika setiap kali ia melihat tahi lalat di bawah mata kanannya, maka ia memutuskan untuk menghindar saja, akan tetapi karena angin pukulan sakti dari Galuh itu sangat cepat dan berbahaya, maka ia terpaksa mengeluarkan "Ajian Tujuh Langkah Malaikat" yang ia dapat dari Kyai Supit Pramana untuk menghindari pukulan sakti itu, tubuhnya bergerak sangat cepat laksana angin, tapi meninggalkan bayangan di tempatnya semula, sehingga gerakannya seolah hanya baying-bayang saja!

Blarrr!!! Batu karang besar yang berada dibelakang Jaya hancur berkeping-keping diterjang Pukulan Badai Laut Kidulnya Galuh, penuh penasaran, gadis ini terus menembakan pukulan-pukulan saktinya tersebut, tapi tidak ada yang berhasil mengenai tubuh Jaya sedikitpun! Semua pengemis yang ada di sana terkesima oleh kehebatan Jaya menghindari semua tembakan pukulan sakti Galuh tersebut, si Dewa Pengemis tak terkecuali, meskipun matanya buta tapi ia dapat mengetahui kalau Jaya bisa terus menghindari pukulan sakti dari muridnya tersebut "Hmm... Ajian Tujuh Langkah Malaikat?" gumamnya.

Bukan main marahnya Galuh melihat Jaya hanya menghindari seluruh pukulan saktinya tersebut, "Hei laki-laki pengecut! Rupanya kau hanya becus lari saja! Ayo ladeni pukulanku!" makinya.

"Nona Galuh, aku bermaksud untuk menghabiskan tenaga dalammu agar kita bisa menghentikan pertarungan ini!" jawab Jaya.

"Kurang ajar!" geram Galuh. Galuh mengeluarkan ajian andalannya yang lagi "Ajian Hitut Semar", ia membuang gas dari bagian belakang tubuhnya, Pssstttt! Sekonyong-konyong gas dan asap belerang beracun menyelimuti tubuh Jaya, semua pengemis yang ada di sana pun buru-buru menutup jalan pernafasan mereka, Galuh menyeringai senang karena tembakan gasnya telak mengenai Jaya, tapi alangkah terkejutnya gadis ini melihat Jaya masih segar bugar tidak kurang suatu apa!

"Ajian Hitut Semar... Nona Galuh, aku lumayan lama berdiam di kawah Ratu Tangkuban Perahu sehingga tubuhku sudah terbiasa dengan asap gas belerang beracun!" ucap Jaya.

Si Dewa pengemis tersenyum mendengar ucapan Jaya itu, "Anak muda, kau kelewat menghina Galuh dan aku sebagai gurunya karena tidak mau meladeni Galuh! bagaimana kalau begini saja, kalian berdua berduelah lewat satu saja pukulan sakti kalian, yang menang akan dianggap sebagai pemenangnya, bagaimana?"

Jaya terdiam sejenak, apa yang dikatakan oleh Dewa Pengemis memang benar, maka untuk menghentikan pertikaian ini maka ia pun menyanggupinya. "Baiklah, aku setuju!"

Galuh tersenyum sinis mendapat jawaban dari Jaya tersebut "Bagus! Kuharap kau segera bersiap-siap untuk bertemu malaikat pencabut nyawa!" dia langsung mengangkat tangan kanannya bersiap untuk melepaskan pukulan "Telapak Kawah Tunggul" yang merupakan ilmu pukulan yang paling diandalkannya, sudah banyak jago-jago di tanah Pasundan ini yang menjadi korban dari keganasan pukulan ini!

Jaya pun bersiap, merapatkan kedua kakinya dan merentangkan kedua tangannya, menarik nafas dalam-dalam, dia mengumpulkan panas dari perutnya, ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya ke tangan kanannya, lalu mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi keatas sambil mengepal, tulang-tulangnya berteroktokan berbunyi dan giginya bergemelutuk, tangan kanannya mengeluarkan cahaya merah bagaikan bara api membara, hawa disekitarnya menjadi panas, tanda ia akan segera melepaskan pukulan pamungkasnya yang juga merupakan pukulan pamungkas padepokan Sirna Raga, yang tak lain adalah pukulan "Sirna Raga"!

Galuh Parwati atau si Dewi Pengemis mendorongkan tangan kanannya sambil berteriak menggeledek, selarik sinar putih yang disertai angin puting beliung yang sangat panas bergulung-gulung menyambar ke arah Jaya! Jaya Laksana pun mendorongkan tangan kanannya kemuka, satu lidah api besar disertai gelombang pusaran angin panas yang dahsyat melaju memapasi angin panas pukulan Galuh!

Blaarrrr!!!! Satu dentuman dahsyat terdengar dan menggetarkan bumi di Bukit Tunggul tersebut ketika dua pukulan sakti yang teramat dahsyat itu beradu! Jaya masih berdiri di tempatnya semula, ia tidak terluka hanya jantungnya saja yang berdegup kencang dan nafasnya agak sesak akibat bentrokan tenaga dalam pukulan sakti tadi, sementara Galuh jatuh terjengkang berguling-guling, ia lalu muntah darah, rupanya gadis ini mengalami luka dalam yang amat parah akibat bentrokan kedua pukulan tersebut! Beberapa pengemis segera menghampiri Galuh dan memberikan pertolongan pertama.

"Nona Galuh!" seru Jaya yang hendak berlari menghampiri Galuh, tapi si Dewa pengemis segera menahannya, "Berhenti!" Jaya pun berhenti lalu menoleh pada si Dewa Pengemis

"Anak Muda kau memang telah menang, akan tetapi aku tidak dapat menbiarkanmu begitu saja!"

Jaya menaikan alisnya "Maksudmu? Apakah kau akan mengingkari janji?"

Si Dewa Pengemis tersenyum kecut. "Anak Muda, kau memang telah menang tapi kau juga telah hampir membunuh muridku, maka aku tidak akan tinggal diam begitu saja!"

Baru saja Jaya hendak menjawab, si Dewa Pengemis sudah memainkan kecapinya lagi, ia memainkan lagu yang mengharu biru tapi terasa menyakitkan bagi telinga Jaya, saat itu juga angin ribut berseoran menerpa Jaya, suara kecapi itu semakin meninggi memekakan telinga Jaya, pemuda ini segera melipat gandakan tenaga dalamnya untuk bertahan, mengetahui lawannya melipat gandakan tenaga dalamnya, si Dewa Pengemis pun melipat gandakan tenaga dalamnya, kini selain angin ribut serta suara kecapi yang memekakan telinga, bumi yang dipijak oleh Jaya juga terasa bergetar hebat! Gempa Bumi yang dahsyat pun segera menggetarkan puncak Gunung Bukit Tunggul tersebut, itulah kehebatan dari ajian "Kecapi Sukma" yang hanya dimiliki oleh si Dewa Pengemis!

Jaya terus melipat gandakan tenaga dalamnya untuk bertahan, hingga kakinya amblas sebatas mata kaki ke bumi yang ia pijak! Merasa serangannya berhasil dibendung dengan baik oleh lawannya, si Dewa Pengemis menyentringkan kecapinya, keluarlah satu larik petir menyambar Jaya dari centringkan kecapi itu, Jaya kaget bukan kepalang! Kembali ia menggunakan "Ajian Tujuh Langkah Malaikat" untuk menghindari petir tersebut, si Dewa Pengemis terus mencentringkan kecapinya, belasan petir menyambar-nyambar Jaya, tapi pemuda ini berhasil menghindari semuanya!

Jaya keluarkan keringat dingin setelah berhasil menghindari semua sambaran petir yang keluar dari kecapi si Dewa Pengemis tadi, berdirilah bulu romanya ketika melihat semua batu karang yang hancur dan hangus terbakar oleh sambaran petir si Dewa Pengemis tadi, kalau Jaya kena sedikit saja, mungkin ia sudah tidak akan berada di alam ini lagi!

Mendapati semua serangannya dapat dihindari lawannya, Si Dewa Pengemis menghentikan serangannya. "Anak Muda, meskipun aku buta tapi aku dapat mengetahui bahwa tadi kau menggunakan jurus milik Kyai Pamenang dan Kyai Supit Pramana, apakah kau murid mereka berdua?"

Jaya kaget mendapati si Dewa Pengemis mengetahui jurus-jurusnya berasal dari kedua gurunya tersebut "Bagaimana anda bisa tahu kalau jurus itu berasal dari Kyai Pamenang dan Kyai Supit Pramana?"

Si Dewa Pengemis tertawa mengkehkeh, "Jangankan jurus-jurusmu, desahan nafasmu maupun butiran keringat di keningmu yang terluka di sebelah kanan yang kau tutupi dengan ikat kepala itu dapat aku rasakan dengan jelas!"

Jaya terkejut mendengar jawaban dari si Dewa Pengemis, bahkan ia dapat mengetahui kalau Jaya mempunyai luka di kening diatas mata sebelah kanannya. "Kau tidak usah terkejut anak muda, mata hati jauh lebih tajam daripada mata biasa! Sekarang katakan siapa dirimu dan apa hubungamu dengan Kyai Pamenang dan Kyai Supit Pramana!"

Jaya pun akhirnya memutuskan untuk menjawab apa adanya "Nama saya Jaya Laksana, saya adalah murid Kyai Pamenang dan Kyai Supit Pramana!"

"Begitu? Bagus! Setelah tadi aku menyaksikan pukulan pamungkas Kyai Pamenang yaitu Pukulan Sirna Raga, aku juga tahu kalau Kyai Supit Pramana memiliki pukulan pamungkas bernama Pukulan Gerhana Matahari! Nah aku ingin menjajal Pukulan Gerhana Matahari itu!" tantang si Dewa Pengemis.

"Maaf orang tua, aku tidak mau mengumbar pukulan itu sembarangan sesuai dengan amanat guruku!" tolak Jaya

"Kalau begitu mari kita adakan perjanjian, kalau kau bersedia mengeluarkan pukulan itu, apapun hasilnya aku berjanji akan melupakan kejadian hari ini!" tawar si Dewa Pengemis.

"Baiklah kalau begitu, kuharap tidak ada lagi ganjalan atau penyesalan di antara kita orang tua!" terima Jaya.

Jaya pun mengangkat tangan kanannya, tangan kanannya memancarkan cahaya emas kemerahan yang redup, hawa disekitar pemuda itu langsung berubah menjadi amat panas!

Si Dewa Pengemis juga bersiap-siap, ia memetik dawai-dawai di kecapinya, ia bersiap meladeni Pukulan Gerhana Matahari dengan Ajian "Pelangi Kematian" yang menjadi ajian pamungkasnya tersebut. Jaya Pun menembakan pukulan saktinya, udara disekitar sana sontak menjadi redup, sinar besar berwarna emas kemerahan mengeluarkan cahaya redup yang teramat sangat panas menggubu menerjang si Dewa Pengemis!

Si Dewa Pengemis pun menyentringkan kecapinya dengan segenap tenaga dalamnya, Sinar Pelangi yang teramat sangat dingin menerjang memapasi sinar emas kemerahan pukulan Jaya... Blarrrr!!! Ledakan yang sangat dahsyat terjadi! Seluruh Gunung Bukit Tunggul seolah dilanda gempa dahsyat! Tanah mencelat sampai tujuh meter, batu-batu karang yang berada disekitar tempat kedua pukulan sakti itu beradu hancur berantakan!

Jaya jatuh tersungkur lalu terbatuk-batuk mengeluarkan darah! Sementara si Dewa Pengemis pun jatuh dari tempat duduknya, ia pun terbatuk-batuk mengeluarkan darah! Mereka mengalami luka dalam yang sama akibat tingkat tenaga dalam mereka berdua berada di tingkatan yang sama! Mereka berdua pun langsung mengatur nafas dan mengalirkan tenaga dalam mereka ke jantung masing-masing agar jantung mereka tidak meledak!