"Berdamai sama semua ingatan itu, jalan satu-satunya."
"Gimana Raya bisa berdamai Mas Baaar, gak mungkin bisa! huwaa," pecah sudah tangisku, kututup wajahku dengan kedua tangan.
Mas Bara hanya menghela berat, seolah ikut pedih mendengar tangisanku. Babas juga diam tertunduk, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya meski biasanya dia cerewet.
"Gimana bisa Raya ada dirumah si Anj*ng itu?" Bimo kali ini membuka suaranya, serak suaranya karena menahan emosi sedikit terasa.
Babas menghela berat, seolah bersiap untuk bicara.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com