webnovel

7. Pria berjaket hitam

Seno membuang asal kopi yang di pegangnya dan berlarian mencari dokter yang sedang bertugas. "Dokter! Dokter!"  Teriaknya. 

"Ada apa pak?" Seorang dokter keluar menghampiri Seno yang terlihat sedang panik. 

"D-dokter, sepertinya te-terjadi sesuatu pada Naira." Ucap Seno terbata di sela-sela nafasnya yang terengah-engah. Dokter dan perawat yang mendengar hal itu langsung saja bergegas untuk mengecek keadaan Naira. 

Dari ke jauhan, dokter mendengar detak jantung Naira melambat. Mereka mempercepat langkah mereka untuk bergegas masuk keruang ICU. "Selly, siapkan alat defribrilator. Pasien sedang mengalami bradikardia!" Teriaknya kepada perawat yang bertugas mengasisteninya malam ini. "Bagaimana bisa selang oksigen pasien terlepas." Serunya lagi. Para petugas di ruang ICU menjadi kalang kabut saat detak jantung Naira tiba-tiba saja mengalami keterlambatan untuk berdetak, bahkan dokter menggungakan alat pacu jantung untuk mengembalikan irama detak jantung Naira agar bisa kembali normal. 

"Ayah, apa yang terjadi?" Rega yang melihat para petugas sedang panik di dalam ruang ICU, mengernyit bingung. Dia baru saja datang dengan membawa dua bungkus makanan untuk makan malamnya bersama sang ayah.

"Kamu baru datang Ga?" Tanya Seno terkejut. "Lalu, siapa tadi yang masuk keruangan Naira?" Tanyanya lagi dengan kedua alis yang saling bertautan karena bingung. 

"Apa maksud ayah, Rega baru saja datang membeli ini." Tangannya menunjukan dua bungkus nasi yang terbungkus rapi di dalam plastik. 

Seno hendak melayangkan pertanyaan lagi, namun dia urungkan ketika melihat dokter dan para perawat keluar dari ruang perawatan Naira. "Bagaimana keadaan Naira Dokter? " Tanyanya khawatir. 

"Pasien tadi sempat mengalami penurunan irama jantung." Tegasnya. "Bagaimana selang oksigen pasien bisa terlepas? Itu bisa sangat berbahaya bagi nyawa pasien." Imbuh dokter yang baru saja menangani Naira. 

"Saya tidak tahu dokter. Tadi saya pergi ke kantin sebentar untuk membeli kopi, tapi setelah saya kembali saya sempat melihat seseorang yang mencurigakan keluar dari ruangan ini dengan tergesa-gesa, dia mengenakan jaket berwarna hitam dengan topi yang senada." Seru Seno.

"Bapak yakin tidak salah lihat?"

"Tidak dokter. Awalnya saya kira dia putra saya Rega, tapi setelah saya panggil dia malah langsung lari menjauh." Tegasnya lagi. 

"Benarkah? Kalau benar begitu, saya akan memerintahkan petugas keamanan untuk memeriksa rekaman CCTV. Jika itu memang benar terjadi karena kelalaian Rumah Sakit, saya benar-benar minta maaf." Ucap dokter itu merasa bersalah. 

"Tidak apa-apa dokter, yang terpenting adalah Naira masih bisa selamat." jawab Seno. 

"Baiklah, saya akan memerintahkan para petugas keamanan untuk memperketat penjagaan." Titah dokter itu yang kemudian beranjak menuju ruangannya. 

"Ayah apa yang terjadi? Apa maksud ayah mengira aku sudah pulang tadi? Padahal aku baru saja sampai. Siapa yang ayah maksud dengan orang yang berjaket hitam?" Tanya Rega bertubi-tubi. 

"Kamu ini cerewet sekali! Sebenarnya kamu ini pria atau wanita?" Hardik Seno pada Putranya, Seno enggan menanggapi perkataan sang anak dan dia lebih memilih untuk melenggang masuk keruang khusus yang terhubung dengan ruang perawatan Naira.

"Hei, apa ayah meragukanku? Haruskah aku  membuktikannya sekarang juga di sini?" Rega mengikuti langkah sang ayah yang memasuki ruangan. 

Pletakk. "Aww, kenapa ayah menjitakku?" Seru Rega mengusap kepalanya yang terasa panas karena jitakan sang ayah. 

"Karena kau terlalu cerewet!" Sarkas Seno yang kini mendudukan bokongnya di atas sofa. 

Rega menatap wanita yang selama satu minggu ini dia jaga dari balik kaca ruang perawatan Naira. "Sebenarnya siapa gadis cantik ini ayah? Ayah bilang kalau dia tidak punya keluarga, lalu kenapa ada orang yang berniat mencelakainya? Apa dia mengalami banyak masalah selama hidupnya?" Seru Rega yang memandang wajah Naira. Pletak, "Kenapa ayah suka sekali menjitakku?" Lagi-lagi Rega mendapat jitakan sang ayah di keningnya. 

"Buang tatapan menjijikanmu itu! Jika pemiliknya tahu kami memandang wanitanya dengan tatapan kagum seperti itu, kamu akan mati dicincangnya! Gadis ini sangat spesial, meski dia hidup sebatang kara, tapi banyak orang yang sangat menyayanginya karena hatinya sangat baik. Apalagi kekasihnya yang begitu sangat mencintainya, bahkan keluarga kekasihnya sendiri pun lebih menyayanginya dari pada putranya sendiri!" Seno menatap sendu wajah Naira yang terlihat memucat. 

"Kalau dia punya kekasih yang sangat mencintainya, lalu kenapa kekasihnya tidak datang untuk menjemputnya? Apa dia mencampakannya?"

"Pelankan suaramu!! Di sini, dinding saja bisa jadi telinga yang bisa saja membahayakan nyawamu. Kau tahu, keluarga kekasihnya adalah orang besar." Ucapan Seno, dan hal itu sontak membuat Rega menutup mulutnya dengan kedua tangannya. 

"Erick sangat menyayanginya melebihi nyawanya sendiri. Jika dia tahu kekasihnya terbujur lemah seperti ini, pasti dia akan menggila dan mengamuk menghancurkan tempat ini!" ucap Seno lagi. 

"Bagaimana kalau dia tidak datang untuk menjemputnya Ayah? Apa aku boleh memilikinya?" Sebenarnya Rega hanya ingin menggoda sang ayah dan melihat reaksinya. Meski dia mengagumi wajah cantik Naira, tapi dia tidak serendah itu untuk merebut sesuatu yang bukan miliknya. 

"Dan sebelum itu terjadi, kamu akan dikuliti hidup-hidup oleh kekasihnya!!" Seno menatap tajam putranya, bisa-bisanya putranya ini mengharapkan sesuatu yang bukan haknya. "Sudah, buang jauh-jauh pikiranmu itu! Tugasmu hanya menjaganya sampai Erick datang menjemputnya dan kamu bisa kuliah di tempat yang sangat kau impikan." Imbuhnya lagi. 

Rega tak langsung menjawab, dia masih mencerna perkataan sang ayah. "Apa aku tidak salah dengar, benarkah itu ayah? Bukankah ayah bilang tidak punya biaya?" Tanya Rega dengan mata yang berbinar. 

"Calon mertua Naira yang memberikannya! Jadi kamu harus benar-benar menjaganya karena secara tidak langsung Naira telah mewujudkan mimpimu melalui mertuanya." Seno merebahkan tubuh di sofa, mencari posisi yang nyaman untuknya beristirahat. 

 

***

Di sebuah Universitas ternama di Paris, terlihat sebuah mobil sport berwarna merah memasuki halaman kampus. Semua pasang mata memandang takjub saat Mobil Ferrari California T dengan mesin turbo yang memiliki tenaga pucu yang liar memasuki halaman kampus. Mobil yang menggendong mesin 3.855 cc bertenaga Turbocharged V8 membuat kuda besi besutan Ferrari ini tampil liar di arena balap maupun perkotaan. Jantung pacunya bahkan mampu menyemburkan daya maksimum hingga 560 dk setara 7.500 Rpm dengan torsi maksimum 755 Nm pada putaran 4.750 Rpm. Jadi hanya dalam kedipan mata, mobil satu ini sudah mampu meraih 100 Km/Jam dalam kurun waktu 3,6 detik.

Sesaat kemudian mobil itu berhenti, pintu di sebelah kursi pengemudi terbuka dan menampakan sesosok pria berambut coklat serta mata coklat pekat yang indah, hidung mancung, bibir tipis yang merah dengan garis rahang yang tegas membuat semua orang yang melihatnya akan terpesona dengan karismanya. Pria itu mengenakan setelan celana jins sobek yang dipadu padankan dengan kaos warna hitam serta jaket jins.

"Hi Er, di sini!" Paggil Frans. Fransisco Brooke adalah salah satu teman Erick di kampus. 

Erick berlari kecil menghampiri Frans yang duduk di bangku taman bersama kedua teman wanitanya "Apa kau melihat Joe?" Tanya Erick mengedarkan pandangannya mencari Joe. 

Joenatan Barclay biasa dipanggil Joe, dia adalah teman lama Erick sewaktu Erick pertama kali berlibur ke Paris setelah dia memutuskan untuk menetap di Ind*nesia dengan keluarganya sepuluh tahun yang lalu. Joe yang saat itu selalu mendapat bullying karena tidak memiliki keluarga yang lengkap, kerap dipukuli dan dihina oleh beberapa temannya hingga Erick yang tidak sengaja melihatnya datang dan menghajar mereka secara brutal, bahkan ada salah satu dari mereka sampai masuk rumah sakit untuk mendapatkan beberapa jahitan karena ulah Erick.

Sejak saat itu, Joe selalu mengikuti Erick kemanapun Erick pergi. Joe merasa terlindungi jika berada di dekat Erick meski Erick selalu saja mengusirnya, tapi Joe enggan untuk pergi. Hingga akhirnya Erick menyerah dan mulai mengakui keberadaan Joe sebagai temannya. Hubungan itu terus berlanjut meski Erick sudah kembali ke Negara Ind*nesia dan bahkan kini dia begitu sangat antusias, saat dia tahu Erick satu universitas dengannya. 

"Hmm, sepertinya tadi aku melihat dia menuju perpustakaan kampus." Jawab Frans. "Apa ada masalah?" Tanyanya pada Erick. 

"Tidak, hanya urusan pekerjaan." Jawab Erick yang kemudian berlalu dari pandangan Frans. 

"Hi, Er." Seorang wanita berpakaian ketat dengan rok yang sangat minim hingga menampakkan kedua paha mulusnya, menghampiri Erick. Dia bernama Jessica, salah satu mahasiswi yang selalu berusaha mendekati Erick.

"Menyingkirlah. Kau menghalangi jalanku!" Sarkas Erick dingin, tanpa memandang wanita itu. Ya, Erick selalu bersikap dingin kepada semua wanita yang mencoba mendekatinya. Meski begitu, itu tidak mengurangi pesonanya sedikitpun di kalangan para wanita. 

"Aku hanya ingin mengajakmu jalan, apa kamu punya waktu malam ini?" Ucap Jessica yang sudah bergelayut manja di lengan Erick. 

Brugh, Erick menghempas kasar tangan Jessica hingga dia jatuh terjungkal. Jessica memekik saat bokong sexynya membentur kerasnya lantai. 

"Sudah aku katakan, aku tidak suka disentuh siapapun!" Sarkas Erick sebelum pergi meninggalkan Jessica yang masih tergeletak di lantai. 

"Kamu tidak apa-apa Jess?" Entah sejak kapan Frans sudah berada di belakang Jessica untuk membantunya, namun sebelum tangannya berhasil meraih tangan Jessica tangannya sudah ditampik kasar oleh Jessica. 

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!" Sarkas Jessica menatap tajam kearah Frans, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Frans. 

Frans mengepalkan kedua tangannya, dia menatap kepergian Jessica dengan wajah yang sudah merah padam menahan amarah. "Brengsek!! Kamu selalu saja menang dariku Er. Lihat saja nanti, aku akan merebut semua milikmu, hingga kamu tidak memiliki siapapun di sisimu!" Ucap Frans menahan amarahnya. Ia tidak terima jika Erick selalu lebih dari dirinya dari segi apapun, seperti halnya saat ini Erick yang selalu digandrungi kaum wanita tak terkecuali Jessica, wanita yang satu tahun terakhir ini sudah menjadi incarannya.