webnovel

Wanita Simpanan

Maira adalah seorang wanita yang menjadi simpanan pacarnya sendiri, ia terpaksa menjalin hubungan gelap dengan pacarnya karena hubungan mereka tidak di restui oleh kedua orang tua sang pria. Sang pria dengan berat hati harus menikah dengan wanita lain yang sama sekali tak ia cintai. Akankah seperti apa perjalan keduanya, Maira yang akan terus mengejar Arga pacarnya tanpa lelah, atau memilih untuk pergi dan mencari yang lain? Arga akan terus memperjuangkan cintanya pada Maira atau malah memilih mencintai istrinya saja? Sebuah hubungan percintaan yang tak di restui ini pun menjadi penyebab kematian Maira, akankah Maira menerima semuanya setelah tau siapa yang telah membunuh kedua orang tuanya.

Susi_Idawati · Teen
Not enough ratings
4 Chs

Jangan Malu Hidup Seperti Ini

Arga sudah sampai di rumahnya, dengan cepat ia berjalan menuju kamarnya karena pria itu sepertinya masih mengantuk. Tapi saat ia berjalan menuju tangga ia melihat istrinya sedang tertidur di sofa ruang tamu.

Arga hanya menatap istrinya dengan tatapan datar lalu berjalan menaiki tangga, tak ada niatan untuk menggendong atau membangunkan Santi. Ia benar-benar tak peduli dengan wanita itu apapun yang terjadi padanya.

Tapi suara langkah kaki Arga dapat membangunkan gadis itu, ia membuka matanya perlahan-lahan sambil memandangi Arga yang saat ini tengah berjalan di tangga.

"Kamu sudah pulang? " tanya Santi sambil tersenyum.

"Kelihatannya, " balas Arga sinis tanpa berhenti atau bahkan menatap Santi untuk sekejap.

"Tumben kamu lembur gak bilang dulu sama aku? " tanya Santi kembali.

Arga terdiam sambil tersenyum kecut, "Memangnya harus yah? " tanya Arga sambil berbalik menatap Santi.

"Bukannya begitu, tapi kamu kan suami aku, " balas Santi sambil menunduk ia tak berani menatap Arga untuk saat ini.

"Tapi itu menurutmu dan menurut mereka yang memang menginginkan pernikahan itu terjadi, tapi tidak menurutku, kau bukanlah istriku. Bahkan aku tidak pernah menyentuh mu sekali pun, jangan pernah berharap kalau aku akan menganggap mu sebagai istri mu, " ucap Arga ketus sambil kembali meneruskan langkahnya.

Santi hanya bisa terdiam tanpa mau ribut dengan Arga, sudah sangat sering Arga memarahinya hanya karena Santi bertanya apakah hari ini Arga sudah mencintainya. Apakah ia salah bertanya seperti itu pada suaminya sendiri? padahal itu bukan kesalahan menurut ku.

Arga kembali menerus jalannya sampai akhirnya ia sampai di kamarnya dengan cepat Arga menidurkan tubuh nya di kasur dengan kedua tangannya ia jadikan batal, ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Sedangkan Di ruang tamu Santi sedang meyakinkan dirinya sendiri, " Santi kau harus yakin kalau suatu hari Arga akan jatuh cinta padamu, " ucap Santi meyakinkan hatinya.

"Sudahlah mungkin Arga memang butuh waktu, " sambung gadis itu sambil berdiri dan pergi ke kamarnya. Kamar Santi berada di lantai bawah, Arga tak sudi satu kamar dengan wanita itu. Jangankan satu kamar satu lantai kamar dengannya pun ia tak mau.

Santi masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap membuat sarapan untuk Arga, Santi memang tau siapa nama dari wanita yang masih Arga cintai. Tapi Santi tak tau bagaimana bentuk wanita itu, sesekali ia ingin bertemu dengan wanita itu, ia hanya ingin tau wanita yang seperti apa sih yang Arga cintai sebenarnya.

Sementara itu di tempat lain Maira baru pulang dari klub itu, ia pulang ke rumahnya jalan kaki bahkan tanpa menggunakan sandal atau alas kaki lainnya untuk melindungi kakinya yang indah itu.

Ia terpaksa membuka alas kakinya karena kakinya lecek, Ia tak biasa menggunakan heels apalagi yang tinggi-tinggi. Ia lebih nyaman menggunakan sepatu sneakers saja, lebih dapat bergerak dengan bebas.

Hari ini adalah hari minggu, dan Maira harus bekerja paruh waktu di sebuah rumah makan. Di sanalah tempat dimana ia dapat menghidupi adik perempuannya, kedua orang tua Maira sudah meninggal jadi ia hanya hidup dengan adik perempuan satu-satunya.

Awalnya rumah Maira sangatlah kecil bahkan sudah tak layak di tempati, namun kali ini ia tinggal di rumah yang cukup bagus bagi dirinya. Arga memberikan sebuah rumah untuk Maira tinggali bersama dengan adik perempuan Maira.

"Assalamu'alaikum, " ucap Maira saat memasuki rumahnya.

Pagi-pagi begini adiknya itu sudah bangun dan saat mendengar ucapan salam Maira, adiknya langsung datang ke hadapan Maira sambil memeluk Maira dengan erat.

"Kakak kemana saja? aku kan sudah rindu sama kakak, " tanya adik kecilnya itu.

"Sayang kakak ada urusan semalam, jadi maafin kakak yah, " balas Maira.

Adiknya Maira memang tidak terpaut jauh umurnya dengan Maira, tapi Maira tetap menganggap adiknya ini masih anak-anak, bahkan tak jarang Maira selalu memanjakan adiknya ini.

Adiknya Maira bernama Naura, ia sudah sekolah SMA dan saat ini duduk di kelas 2 SMA, Naura adalah anak yang sangat pintar. Jadi ia masuk ke salah satu sekolah yang bergengsi di jakarta berkat kepintarannya.

Berbeda dengan Maira yang sangat bodoh bila berurusan dengan materi sekolah, kerjaannya dulu di sekolah hanya bolos dan kabur. Tak ada benarnya memang kakak yang satu ini, makannya sampai sekarang Maira tetap bodoh dalam hal itu.

"Kak besok aku harus beli seragam sekolah, kakak punya uang gak? tapi kalau kakak gak punya uang gak papa kok, seragam aku yang dulu masih bagus, " tanya Naura sedikit takut.

Sebelum menjawab ucapan Naura, Maira mengajak adiknya untuk duduk di sofa.

Setelah duduk di sofa barulah Maira menjawab ucapan Naura, " Kakak ada uang kok, besok kamu boleh beli seragam yang baru. Sama sepatu kamu juga kan udah rusak yah, besok kita beli, " balas Maira, ia memang selalu ada uang di rekeningnya.

Karena dari dulu semua uang yang Arga berikan tak pernah ia ambil sedikit pun, tapi untuk kali ini ia benar-benar membutuhkan uang itu, kasihan jika sampai adiknya harus di bully karena pakaiannya yang sudah rusak.

"Beneran kak? tapi kalau gak ada gak apa-apa kok beneran deh, aku cuman mau bilang aja sama kakak, " ucap Naura yang benar-benar tak mau merepotkan Maira.

"Kau tenang saja kakak ada uang kok, banyak lagi, " balas Maira sambil tersenyum.

"Ahhh terimakasih kakak, " ucap Naura kegirangan sambil memeluk Maira.

"Bagaimana kalau nanti setelah pulang kerja kakak kita pergi ke mall untuk membeli sepatu kamu, " ujar Maira.

"Beneran kak? " tanya Naura.

"Iyah beneran, " balas Maira.

"Boleh kak, tapikan kak kalau di mall pasti mahal sepatunya, gimana kalau belinya di pasar saja, " ucap Naura.

"Kau tidak usah khawatir kakak sekarang punya uang kok buat beli sepatu kamu, " balas Maira yang meyakinkan adiknya kalau misalkan dirinya memang punya uang.

"Baiklah kak kalau begitu, hari ini biarkan aku yang masak untuk sarapan kita, kakak mandi dan istirahat saja, " Naura meminta Maira untuk mandi dan istirahat saja.

"Siap adikku, " balas Maira sambil mengecup kening Naura sebelum pergi ke kamarnya.

Naura memang orang yang tak pernah gengsi dengan keadaanya, dulu ibunya pernah mengajar banyak pelajaran hidup pada mereka berdua. Naura bahkan tak segan-segan memperkenalkan kakaknya pada semua teman-teman yang berada di sekolahnya.

Walaupun terkadang Maira menolak untuk berkenalan dengan teman Naura, mereka takut Naura nanti di hina di sekolahnya karena mempunyai kakak yang miskin seperti dirinya.

Tapi Naura juga sering mengingatkan satu hal pada Maira, mengingatkan kalau Naura tak pernah gengsi punya kakak seperti Maira. Naura malah bangga dengan kakaknya satu ini, bahkan ia ingin membuat Maira bahagia dan ingin segera Maira menikah agar tidak kerja lagi.

Jangan malu jika kamu miskin, tapi malu lah ketika kamu kaya tapi tak pernah mau memberikan sedikit hartamu pada mereka yang lebih membutuhkan.