Siang ini, agaknya Kinan harus menahan rasa habagianya tentang kemarin. Karena dia harus melihat sahabatnya tampak tak berssemangat. Saat jam makan siang, Meta membrondongnya dengan pesan pribadi. Menyuruhnya untuk makan siang di luar, karena dia ingin bertemu. Dan sekarang, di sinilah mereka bertiga. Makan siang di salah satu kafe yang tak jauh dari kantor mereka. Mbak Tanti, dan Kinan hanya bisa saling pandang saat melihat Meta tampak menaruh kepalanya dengan raut wajah yang muram.
"Dia kenapa?" bisik Mbak Tanti sambil menyikut lengan Kinan. "Kayaknya semalem adem-ayem ama Pak Yoga. Kenapa sekarang wajahnya ditekuk?"
"Elo kayak nggak tau Meta aja, Mbak. Suasana hatinya kan udah kayak musim di Indonesia. Bentar hujan, bentar panas, bentar mendung, bentar banyak petir yang menggelegar," jawab Kinan. Keduanya lantas menahan tawa, kemudian tampak serius saat Meta memandang ke arah mereka.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com