webnovel

Wanita Sang Boss

Meta, seorang perempuan berusia 34 tahun yang masih lajang. Dia adalah lulusan terbaik di kampusnya, dengan segala predikat sempurna yang melekat pada dirinya. Namun, karena hal itulah membuatnya kesulitan mendapat jodoh. Hingga berkali-kali, tawaran perjodohan selalu gagal di tengah jalan. Rasa frustasi Meta akan jodoh, ditambah dengan keluarnya dari perusahaan, membuatnya semakin dilema. Hingga suatu hari, Kinan--teman satu kos Meta memberikan informasi jika di perusahaannya sedang membutuhkan seorang sekertaris kompeten. Tak butuh waktu lama, akhirnya Meta pun diterima kerja di sana. Dan siapa sangka, perusahaan maju, bergengsi itu dipimpin oleh seorang lelaki muda. Yoga, bos perusahaan itu, adalah jenis pria yang kolot dan selalu semua berjalan dengan sempurna. Kekolotannya sering membuat Meta keteteran dibuatnya. Hingga akhirnya, perdebatan-perdebatan kecil yang menjadikan mereka terbiasa, tak bisa lepas satu sama lain, dan menimbulkan getaran-getaran aneh di hati Meta.

PrincesAuntum · Sci-fi
Not enough ratings
1035 Chs

Cumbuan Di Atas Ranjang

Yoga kembali mengingat perkataan Fabian tadi, tentang apakah dia tertarik kepada Meta?

Sejenak Yoga memerhatikan wajah cantik Meta, dia pun menggenggam tangan Meta erat-erat. Senyum itu kemudian tersungging dari kedua sudut bibir Yoga tanpa sadar.

"Sudah lama," gumam Yoga pada dirinya sendiri dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapa pun.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, Yoga pun sampai di apartemen. Dia langsung membawa Meta turun dan menggendong Meta yang ,masih mabuk. Padahal tadi, Pak Cipto sudah berkali-kali berkata jika ia ingin mengantar Meta pulang ke kontrakan. Tapi Yoga mengabaikannya. Yang berakhir, Pak Cipto memilih untuk kembali pulang, dan membiarkan bosnya kembali bermalam berdua dengan sekertarisnya.

Setelah berada di dalam kontrakan, Yoga mendudukkan Meta dengan hati-hati di sofa, kemudian melepas hells milik Meta dan menggantinya dengan sepasang sendal berwarna putih. Setelah memijat tengkuk Meta, Yoga pun kembali terdiam. Memerhatikan Meta yang terus saja memegangi kepalanya yang pusing dengan mata yang terpejam rapat-rapat. Salah satu dari risiko orang yang tak pernah minum adalah, rasa sakit dari mabuk yang sangat luar biasa. Sampai-sampai membuat mereka tak tahu lagi bagaimana cara untuk menghilangkannya.

Yoga kembali tersenyum, mengamati paras cantik wanita yang ada di hadapannya itu. Kemudian perlahan dia mendekatkan wajahnya kepada Meta. Hidung bangirnya sudah menyentuh hidung Meta, dengan seringaian Yoga memandang Meta dengan tatapan yang lebih intim dari biasanya.

"Mungkin kamu tidak akan mengingat ini. Tapi tidak masalah," gumamnya.

Meraih tengkuk Meta kemudian mengunci bibir Meta dengan bibirnya. Yoga tak pernah merasa secandu ini dengan perempuan, tak pernah merasa jika dia akan terus ingin membuai bibit perempuan seperti ini. Bahkan setiap dia berbicara, selalu membuat Yoga ingin mencumbunya. Pelan, Yoga membimbing tubuh Meta agar berbaring, kemudian dia memperdalam ciumannya dengan begitu rakus. Seolah, dia ingin menghabiskan bibir manis milik Meta saat itu juga. Yoga, seolah tak peduli jika saat ini Meta sudah terengah karena mencoba sekuat tenaga agar bisa menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Oh, maaf, Pak," kata Pak Cipto yang baru saja masuk ke dalam apartemen Yoga. Pak Cipto terdiam dengan mimik wajah kaku, melihat pemandangan yang benar-benar tak dia sangka tepat berada di depan matanya. Sepertinya, dia telah salah karena masuk tanpa permisi. Seharusnya, dia sadar jika bagaimanapun bosnya adalah seorang laki-laki normal, yang pasti akan membutuhkan sesuatu untuk bisa memuaskan hasratnya.

Yoga melirik Pak Cipto dengan tatapan tak suka. Pak Cipto pun menunduk takut-takut, kemudian memilih undur diri. Meski ia tak menampik jika ada rasa bahagia di dalam hatinya. Bosnya tak seperti yang dibicarakan orang-orang. Bosnya adalah pemuda normal.

Meta tetap berusaha mati-matian memejamkan mata. Meski deru napasnya terengah karena buaian Yoga. Dia takut jika Yoga akan memperkosanya lagi. Tapi dia juga tak ingin ciuman memabukkan yang diberikan Yoga ini berakhir.

Meta kembali menahan napas, saat Yoga mengangkat tubuhnya. Membawanya ke kamar, dan menidurkannya di atas ranjang. Dan ciuman itu seolah tak ingin dilepaskan begitu saja oleh Yoga. Dengan sangat cepat Yoga melucuti kain yang menutupi dada mulus Meta, mencumbunya dengan belaian, dan cumbuan yang benar-benar memabukkan. Tangannya terus bergerilya memberikan sensasi yang luar biasa bagi Meta. Sampai Meta berkali-kali meloloskan erangan kenikmatan dari mulutnya tanpa sadar.

Untuk kemudian, saat ia hendak melepaskan kain yang menutup bagian bawah tubuh Meta, Yoga terhenti. Kemudian dia tersenyum sendiri. Menjauhkan dirinya dari Meta, dan memberikan Meta sebuah kecupan tepat di pusarnya.

Meta membuka sedikit matanya, memerhatikan Yoga masuk ke dalam kamar mandi, dan itu membuat Meta lega luar biasa. Kemudian, dia memerhatikan Yoga telah tampak berganti pakaian. Menyelimutinya kemudian sosok itu tidur di sebelahnya. Lagi Meta pura-pura tertidur, Yoga meraih tangan kiri Meta dan menciumnya. Kemudian lelaki itu pun ikut terlelap di sampingnya.

Pelan-pelan mata Meta terbuka, dia terus memandang wajah tampan yang ada di sampingnya. Perlakuan Yoga malam ini, dan wajah segar Yoga setelah cuci muka malam ini, benar-benar membius kewarasan Meta. Meta teringat ucapan Kinan, jika dia tak boleh kalah dengan permainan ini. Namun nyatanya, Meta telah mengaku kalah. Kalah dari semua rasa yang terus ia coba bentengi untuk Yoga.

Tidak, tidak... sejak kapan Meta menginginkan hal-hal bersifat seperti ini kepada cowok? Dia tidak ingin berharap apa pun kepada cowok, dia tidak mau jatuh cinta kepada cowok. Lantas, rasa yang ia rasakan kepada Yoga itu apa? Apakah karena dia merasa bahwa Yoga bisa memberinya kenikmatan sebagai seorang yang selama ini haus akan cumbuan? Apakah ini adalah salah satu akibat darinya yang sering menonton film-film yang tak ada gunanya itu?

Lagi, Meta memandang wajah tampan Yoga. Jemarinya menyentuh bibir Yoga yang sedari tadi mencumbunya. Bahkan ciuman yang diberikan Yoga, benar-benar terasa sangat nikmat, membuat Meta seolah ingin mengulanginya lagi-dan lagi. Meta tersenyum, tanpa sadar Yoga sudah membuka matanya kembali, kemudian Yoga merapatkan tubuhnya pada Meta, dan kembali ciuman panas itu terlulang lagi.

Kini, bukan hanya Yoga yang melakukannya, Meta pun menyambut ciuman panas itu dengan suksa cita. Pejaman mata Yoga, erangan nikmat yang lolos dari mulut Yoga benar-benar membuat Meta ingin merasakan lebih dari sekadar itu.

Yoga kemudian menenggelamkan wajahnya di dada Meta, mencumbui setiap inci bentuk tubuh Meta yang sangat sempurna. Jemarinya sudah begerilya pada satu titik, yang membuat Meta langsung menahan napas tanpa aba-aba. Perut Meta terasa diaduk-aduk, seolah ribuan kupu-kupu berterbangan di sana. Sambil terus menggigit bibir bawahnya kedua tangannya mencengkeram rambut Yoga kuat-kuat.

"Ga...." lirihnya, yang berhasil membuat Yoga kembali mencumbu bibirnya. Erangan demi erangan terus keluar dari mulut Meta, sampai beberapa tanda ia berikan pada leher Yoga. Kedua kakinya sudah mengikat ketat pinggang Yoga. Dia tak pernah menyangka, jika sebuah jari Yoga bisa memberikan kenikmatan yang tak terkira sampai sejauh ini. Yoga, benar-benar telah mengobrak-abrik kewarasannya, dan membuatnya menjadi wanita jalang di seluruh dunia.

"Aku tidak ingin melampaui batasku....," bisik Yoga tepat di telinga Meta. Meta yang masih memeluk leher Yoga pun tak mengatakan apa-apa. Selain berusaha sekuat tenaga mengumpulkan oksigen kuat-kuat untuk memenuhi paru-parunya. Senyuman Yoga kembali menyeringai, yang ada di dalam pikiran Yoga adalah jika saat ini Meta masih dalam keadaan mabuk. Dan mabuknya Meta benar-benar menguras kewarasannya. Meta benar-benar pandai dalam menggoda dirinya di titik yang paling telak. Namun begitu dia pun juga sadar, jika saat ini dia melakukannya dengan Meta. Maka, martabatnya sebagai laki-laki sejati akan hancur. Terlebih, hancur di depan Meta. Bagaimana bisa dia memperkosa wanita yang bahkan tak sadarkan diri, yang bahkan sedang mabuk berat. Setelah ia mengecup bibir Meta sekilas, Yoga pun menarik tubuh Meta ke dalam dekapannya. Untuk kemudian, keduanya terlelap tanpa aba-aba.