webnovel

Jenis Cinta

"Apakah Ustadzah Kaira cantik?" tanya Sayyida. Karena nama itu sering di sebutkan mertuanya. Afwan tersenyum.

"Aku sendiri saja belum tahu orangnya bagaimana," jawab Sayyida sambil mengupaskan apel.

"Kalau cantik bagaimana? Apa mungkin kamu tidak menyukainya. Kamu kan dari dulu sangat suka dengan gadis yang seksi," tutur Sayyida yang sedih.

"Semoga Allah selalu membukakan mata hatiku. Agar aku tidak melihat orang hanya dengan fisiknya. Jika cantik, terus saja doakan agar hatiku tidak pernah berpaling dari Allah. Jika aku benar-benar takut kepada Allah dan siksaNya. Maka aku tidak akan pernah tergoda dengan apapun. Karena hatiku punya rasa takut yang begitu dalam. Sekarang ini aku benar-benar ingin belajar ilmu agama. Aku ingin memperbaiki diriku yang masih buruk. Semoga Allah selalu melindungiku. Selama ini karena aku sudah menyia-nyiakan banyak waktu. Menyia-nyiakan waktu dan tidak ada gunanya. Bersenang-senang sesuka hati tanpa memikirkan seseorang yang memikirkanku. Ah ... Aku memang sangat buruk. Yang cantik adalah wanita yang aku nikahi," kata Afwan menunjukkan wajah bahagia.

Sayyida menatapnya penuh perasaan dan menerima potongan apel itu dari tangan pemuda yang sangat mencintainya.

"Lalu. Bagaimana langkah selanjutnya soal Kaira?" tanya Sayyida.

"Kamu tidak usah kuatir istri. Aku kan punya kakak yang sangat mirip denganku. Gampang lah nanti diatur doakan saja semoga mudah. Ya pasti ada resikonya tapi semoga saja tidak ada apa-apa. Sekarang juga aku melihat keadaan keluarga ku biasa saja walaupun kami kehilangan aset dua perusahaan. Tapi Apa kamu tahu."

"Beri aku pituah agar cintaku ini lebih kepada Allah. Agar penyakit cinta ini tidak menyerangku dengan terlalu," kata Sayyida.

"Sayang. Ibn Al Qayyim, berkata, ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya. Secara fitrah saling tertarik dengan jenisnya, dan sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya. Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh, menyebabkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah tegaknya urusan manusia. Allah befirman,

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. [Al A'raf : 189]. Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tenteram dan senang seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa. Tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan keinginan, ataupun kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk."

"Memang demikian tidak dipungkiri, bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta. MasyaAllah ...." sahut Sayyida.

"Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadits.

Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih. [4] Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan, bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah, ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya. Yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan hadits ini. Karena itulah syariat Allah menghukumi sesuatu menurut jenisnya. Mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan berbeda atau mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain, maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang memahami kaedah persamaan dan sebaliknya. Penerapan kaidah ini tidak saja berlaku di dunia. Lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat.

Allah berfirman.

Kepada malaikat diperintahkan) "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah. [Ash Shaffat : 22]."

"Aku juga ingat, Umar Ibn Khatab dan setelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran "azwajahum" yakni yang sesuai dan mirip dengannya. Allah juga berfirman. وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ dan apabila jiwa (ruh-ruh) dipertemukan. [At Takwir : 7]."

"Iya Sayyida. Yakni setiap orang akan digiring beserta dengan orang-orang yang sama perilakunya. Allah akan menggiring sesama orang-orang yang saling mencintai karenaNya ke dalam surga, dan orang–orang yang saling berkasih-kasihan di atas jalan syetan digiring ke neraka Jahim. Mau tidak mau, maka setiap orang akan digiring dengan siapa yang dicintainya. Di dalam Mustadrak Al Isyq Hakim disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum, kecuali akan digiring bersama mereka kelak."

"Cinta beragam jenis bisa kakak jelaskan?" pinta Sayyida.

"Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan. Yang tertinggi dan paling mulia ialah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di dalam agama Allah). Yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya. Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, madzhab, ideologi, hubungan kekeluargaaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya. Diantara jenis cinta lainnya yakni cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya; baik karena kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti tadi, yaitu al mahabbah al 'ardiyah, akan hilang bersama hilangnya apa yang ingin didapatkan dari orang yang dicintainya." Afwan memandang Sayyida, Sayida merasa malu.

"Yakinlah, bahwa orang yang mencintai karena sesuatu, akan meninggalkanmu ketika telah mendapat apa yang diinginkan darimu. Adapun cinta lainnya yaitu cinta karena adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang menyinta dan yang dicinta. Mahabbah al isyq termasuk cinta jenis ini. Tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. Cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa. Oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini. Timbul pertanyaan, bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya sepihak dari orang yang sedang kasmaran saja? Jika cinta ini perpaduan antara jiwa dan ruh, maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak dan bukan sepihak saja? Jawabnya ialah, bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya syarat tertentu. Atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya cinta antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga factor. Pertama, bahwa cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan. Oleh karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai. Terkadang yang dicintai justru lari darinya. Kedua, adanya penghalang sehingga seseorang tidak dapat mencintai orang yang dicintanya, baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga, adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai. Jika penghalang ini dapat disingkirkan, maka akan terjalin benang-benang cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga dan harta. Kita belajar pelan-pelan," kata Afwan. Sayyida tersenyum memamdang suaminya.

"Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan. Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam firmanNya.

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. [An Nisa : 28]. Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikan terhadap hambaNya. Dan Allah mengetahui kelemahan manusia dalam menahan syahwatnya, sehingga memperbolehkan menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat. Sebagaimana Allah memperbolehkan mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka membutuhkannya sebagai peredam syahwat. Demikianlah keringanan dan rahmatNya terhadap makluk yang lemah ini. IngsyaAllah istriku satu. Kamu saja," kata Afwan.

Sayyida merasa malu. "Aamiin illal jannah (sampai ke surga). Aamiin." Mendengar tutur istrinya membuat Afwan tidak mengamini, namun juga galau. Karena Afwan tahu betul istrinya masih mendambakan kekasihnya yang telah meninggal dunia.

Next chapter