webnovel

BAB. 5 PREMANISME DI UTARA PELABUHAN IBUKOTA

Membawa tas ransel, yang berisi penuh dengan pakaian dan perlengkapan hidup seadanya, memakai sepatu jenis safety berwana Brown, dengan penampilan mencolok celana jeans dan mengenakan jaket kulit berwarna hitam dengan raut wajah yang sangar.

Berlalu transit dari Pelabuhan Kalimantan-Semarang yang tiba pada dini hari, berlanjut menuju ibukota Jakarta dengan penuh tekad dan semangat juang penuh keyakinan walau tanpa arah dan tujuan yang terencana.

Meski siang hari mencekik dengan suasana mencengkram tak pernah namanya mengenal lelah apalagi menyurutkan tekad Narendra Sanggrama untuk mencari Pekerjaan guna bertahan hidup.

Berhenti sejenak, beristirahat di salah satu kedai jajaran pinggir pelabuhan di utara ibukota Jakarta, seraya ngopi dan merokok dengan isapan yang menghela nafas pertanda akan penatnya dunia.

Kejamnya suasana terik panas di cuaca ekstrim siang hari di sekitaran pelabuhan utara ibukota Jakarta tanpa mengenal sesikitpun rasa takut akan gerombolan anjing-anjing liar yang siap mengonggong bahkan mengejar pendatang asing yang berada di sekitar area pelabuhan.

Kira-kira satu jam lamanya hanya menghabiskan secangkir kopi pahit hitam panas, dan isapan rokok-rokok miliknya di kantong, datanglah salah satu bagian dari kelompok golongan ras berkulit kuning sambil menawarkan pekerjaan kasar di kapalnya sebagai penjaga kapal yang berlabuh di pinggir pelabuhan.

Karena tidak ada rencana yang jelas, tanpa berpikir panjang Narendra Sanggrama menerima tawaran maksud baik tersebut.

Pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra dimana pada siang dan malam hari harus senantiasa membantu memasok peralatan dan perlengkapan kebutuhan logistik kapal yang nantinya akan berlayar menanungi samudera di Laut Lepas.

Panasnya kian Menyengat berkaca pada air garam di pinggir pelabuhan hingga kepenatan sunyi di malam hari sangatlah membuat pekerjaan begitu amat sangat padat seperti tiada waktu buat beristirahat.

Hal tersebut harus dilalui dan beradaptasi menyesuaikan suasanan dan kondisi di lingkungan kerja.

Pagi hari sudah harus mengikat tali kapal yang bersandar, apabila ada kapal yang habis bsrlayar tiba hendaklah Narendfa Sanggrama mengemudikan kapal-kapal tersebut di tempat parkir pelabuhan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada asas yang berlaku.

Sebagaimana arahan dan petunjuk sebelumnya mengenai tata cara penerapan prosedur kerja dalam menjaga sekaligus merawat kapal milik taipan-taipan china dalam waktu singkat Narendra Sanggrama dapat menguasai lapangan dengan baik.

Berbagai elemen lapisan masyarakat yang mendiami di sekitar area pelabuhan, mulai dari preman-preman yang mematok upeti parkir kapal, pedagang, dan penghuni yang bekerja di area pelabuhan sudah dapat cukup mengenal Narendra Sanggrama.

Selang beberapa bulan, Taipan China pemilik Kapal tersebut memberi mandat agar Narendra Sanggrama dapat ikut terjun membantu dan mengawasi salah satu kapalnya yang akan berlayar mengarungi samudera di segitiga bermuda laut lepas.

Narendra Sanggrama di beri tugas lain sebagai juru masak agar dapat berkontribusi dalam mengatur dan mengelola stok logistik dan keperluan kebutuhan pangan bagi penghuni kapal.

Banyaknya anak buah kapal yang berkisar lima belas orang ditambah satu kapten kemudi dan dirinya bukanlah halangan untuk dapat bekerja di bawah tekanan.

Cuaca yang jelas sangat berbeda antara lautan dan daratan membuat perut selalu keroncongan, anak buah kapal yang setiap hari bekerja di kapal baik memancing ikan dan hasil laut diperbantukan menjaring tangkapan agar hasil lebih optimal dan maksimal.

Selain itu anak buah kapal setiap masing-masing orang selalu berbekal senjata tajam tak membuat gentar pendirian Narendra Sanggrama.

Siapa yang mengancam, membangkang dan membahayakan akan di lakukan sebagaimana mestinya.

Narendra Sanggrama berlaku layaknya Sipir Penjara yang memasak sesukanya tanpa ada rasa, mengatur porsi hingga menindak tegas aturan makan agar logistik dapat berjalan sesuai prosedur hingga haluan kapal berbalik pulang.

Rupanya kapten kemudi yang berbangsa china berulah memperlakukan dengan keji layaknya menganggap anak buah kapal adalah hewan dan menerapkan aturan semena-mena tanpa etika membuat geram Narendra Sanggrama.

Tidak sampai disitu saja, anak buah kapal di haruskan bekerja sekuat tenaga bagaimanapun kondisi cuaca setiap harinya pasokan hasil laut setiap anak buah kapal harus menyetor tangkapan agar selama berlayar tidak sia-sia.

Bagi yang melanggar aturan maka tidak segan, anak buah kapal harus kelaparan semua logistik wajib di kunci dan hanya dirinya dan Narendra Sanggrama saja yang boleh menikmatinya.

Kemanusiaan dan Rasa solidaritas sebagai pribumi membuat Narendra Sanggrama jengkel terlebih anak buah kapal yang sakit tidak ada perhatian seperti waktu jeda hanya untuk mengistirahatkan badan yang penat.

Datanglah saatnya seketika Narendra Sanggrama berlagak seperti Sipir Penjara memasak makanan untuk kapten kemudi lalu membuang makanan tersebut di laut di depan matanya adalah perilaku yang memang sengaja sebagai teguran keras Narendra Sanggrama.

Narendra Sanggrama yang dikenal kejam dan tegas di kapal juga memperlakukan hal sama kepada siapun orangnya, termasuk kapten kemudi berbangsa china tersebut.

Ketakutan, jengkel, merasa terhina sudah pasti dirasa kapten kemudi, hanya karena secara mental dan benturan fisik yang tidak mampu akan dilawan membuag kapten kemudi tersebut merasa terancam.

Mayoritas daripada penghuni kapal yaitu para anak buah kapal yang dipekerjakan selalu kian giat bekerja meningingat, Narendra Sanggrama sejak saat itu lebih memperhatikan kondisi mereka baik pola makan yang teratur, pembagian obat-obatan guna antibiotik, dan waktu istirahat yang cukup sudah sangat membantu memulihkan tenaga dan pikiran mereka sehingga mampu bekerja lebih maksimal.

Sepulangnya kapal berlayar menaungi lautan luas dari pelabuhan utara Ibukota Jakarta, berlayar ke Lautan Jawa, Ende, hingga daerah Belitung kurang lebih empat bulan lamanya pulanglah kapal mengarahkan huan kearah area pelabuhan Utara Ibukota Jakarta dari ujung Belitung Sumatera.

Setibanya mereka di Pelabuhan Utara Ibukota Jakarta kapten Kemudi China mengamuk, dan mengomentari hasil kerja para anak buah kapal terutama sikap Narendra Sanggrama yang lebih mendukung para anak buah kapal yang dinilai Membangkang.

Semua di ceritan satu-persatu persoalan dan sebab akibat masalah tersebut kepada pemilik kapal adalah Taipan China yang dengan cukup serius menyimak tragedi yang terjadi selama di lautan lepas berlayar menangkap hasil tangkapan laut.

Di kemudian hari taipan china tidak membenarkan Narendra Sanggrama ikut serta ikut dalam berlayar guna menjaga stabilitas keadaan semua kapal miliknya yang kurang lebih ada Lima Belas Kapal yang di Labuhkan di daratan Perairan Pelabuhan Utara Ibukota Jakarta.

Lima Belas Kapal di persiapkan masing-masing di awasi persiapan dari mesin kapal, kebutuhan stok logistik dan sebagainya agar siap sedia di berangkatkan.

Selama Satu Tahun tanpa terasa Narendra Sanggrama menjaga Kapal-kapal milik taipan china Lima Belas Kapal yang masing-masing selalu berpotensi dengan nilai jual tangkapan laut milyaran rupiah di ekspor ke luar Indonesia.

Preman-preman dan semua yang terlibat dalam siklus pekerjaan di sekitar area pelabuhan Utara Ibukota Jakarta Semakin mengenal Pergerakan dan Sikap Narendra Sanggrama yang sangat berpengaruh hingga di segani di area wilayah pelabuhan di Utara Ibukota Jakarta.

Strategi Narendra Sanggrama yang semakin hari menjarah semua logistik kapal-kapal di bawah pengawasannya sama sekali tidak tercium oleh para internal pemilik kapal-kapal taipan china termasuk kapten kemudi.

Mengerahkan preman-preman yang juga bekerja untuk taipan china melalui Narendra Sanggrama pula mereka mencari makan.

Semua kebutuhan logistik sisa perlengkapan berlayar bagi kapal-kapal yang telah berlabuh di bersihkan oleh Narendra Sanggrama dan di Jual ke Pasar kemudian hasilnya di bagi oleh Narendra Sanggrama adapun buat anak buah kapal dan para preman-preman pelabuhan yang bekerja dengannya.

Dua bulan sebelum kepergian Narendra Sanggrama dari pelabuhan terjadilah peristiwa bentrok sehingga terjadi konflik wilayah kekuasaan area parkir pelabuhan utara Ibukota Jakarta Antara orang Sumatera dan Banten.

Disisi lain karena seorang Narendra Sanggrama berdarah Sumatera mau tidak mau harus terlibat dan membela bangsanya.

Yang kemudian pada akhirnya Mayoritas Wilayah Pelabuhan menjadi Area Pangkalan orang-orang sumatera dalam mencari makan dan bertahan hidup.

Berkat ikut serta dan andil dalam peristiwa kejadian Narendra Sanggrama yang pada saat itu dekat dengan Pimpinan kelompok warga Sumatera menyarankan agar siapa saja di perbolehkan mencari makan dan bertahan hidup terlepas yang memegang kendali adalah dari golongan bangsa Sumatera tidak terkecuali warga Banten.

Black Mambo yang dahulunya adalah anak buah Narendra Sanggrama yang ikut dalam perjalanan berlayar di Samudera mengajak Narendra Sanggrama untuk berhijrah dari Pekerjaan di Area Pelabuhan Utara Ibukota Jakarta ke daerah Barat Wilayah Kota Jakarta. Bahkan Black Mambo bersedia menampung hidup dan makan seadanya hingga menemukan pekerjaan yang lebih baik di banding di area Pelabuhan Utara Ibukota Jakarta sebagai tanda Jasa dahulu pernah merasa di bantu Narendra Sanggrama.

Setelah menimbang dan memikirkan tawaran tersebut secara matang, Narendra Sanggrama berpikir akan ada kemungkinan apabila meninggalkan wilayah Pelabuhan Utara Ibukota Jakarta di Pesisir wilayah yang juga destinasi banyak orang namun barangkali "Beda Lumbung, Beda Ikannya". Beda tempat dan Lingkungan pasti akan terasa beda suasana ataupun keadaanya sehingga mendapatkan lingkungan dan suasana baru mungkin dapat menjadikan pribadi yang lebih baik.