webnovel

VOLDER

Volume I: Eleanor Heather menyukai hidupnya yang biasa-biasa saja. Ia menikmati pekerjaannya sebagai akuntan sambil menyelesaikan cicilan pinjaman uang kuliah dan hidup berbagi apartemen bersama sahabatnya, Lana. Hingga suatu malam, pertemuannya dengan seorang pria aneh yang tiba-tiba menyerang dan menggigit lehernya membuatnya trauma untuk keluar sendirian lagi. Tapi itu hanya titik awal perubahan hidupnya. Saat Ia bertemu Nicholas Shaw, pengacara sekaligus pemilik Law Firm yang kebetulan sedang diaudit olehnya, hidupnya berubah drastis. Banyak hal gelap dan mengerikan tentang Nicholas yang Ia sembunyikan dari dunia. Walaupun begitu Eleanor tidak bisa berhenti memikirkannya, dan Nicholas Shaw tidak ingin melepaskannya begitu saja. Volume II: Untuk yang kedua kalinya dalam hidupnya... wanita itu berhasil kabur darinya. Gregory Shaw tidak pernah berpikir Lana akan meninggalkannya lagi. Dan kali ini Ia akan memburu wanita itu, bahkan hingga ke ujung dunia sekalipun. Bahkan jika hidup atau mati taruhannya.

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
415 Chs

Chapter 8

San Francisco (1 minggu kemudian)

"Hey, Ella, kau ada waktu makan siang bersamaku?" suara Lana terdengar terburu-buru saat meneleponku.

"Yeah, dimana?" tanyaku sambil mengetik sesuatu di komputer kantor. Aku melirik jam komputerku sekilas, masih pukul setengah sebelas.

"Dine&Wine? Bosku memberiku voucher sebagai ganti bonus, aku belum sempat menggunakannya."

"Okay, kita bertemu langsung di sana?"

"Yeps... Sampai nanti, Ell!" suara Lana yang ceria membuatku tersenyum.

"Bye, Lana." Balasku sebelum berhenti mengetik.

Hingga saat ini aku belum memberitahu Lana siapa nama pria yang menyelamatkanku di Manhattan. Dan Lana tidak memaksaku, walaupun aku tahu Ia penasaran setengah mati.

Setelah malam itu, keesokannya penyelidikan besar-besaran dilakukan. Mr. Shaw menyewa satu tim audit untuk melakukannya, lalu Mrs. Lynch memberitahuku bahwa pekerjaanku sudah selesai dan aku boleh kembali. Keesokan sorenya aku sudah berada Manhattan. Tidak ada ucapan selamat tinggal dan tidak ada penjelasan.

Kalimatnya saat di mobil malam itu kembali terngiang di dalam kepalaku.

Well, sepertinya Ia sudah tidak membutuhkanku lagi. Lagipula mana mungkin orang seperti Nicholas Shaw tertarik padaku?

Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, rasa kecewa menghantuiku selama satu minggu terakhir lalu diikuti oleh rasa marah pada diriku sendiri. Rasa marah karena aku membiarkan diriku berpikir Ia menyukaiku.

Tapi Ia menciumku!

Kuhela nafasku, berusaha menghapus ingatanku tentang ciuman itu. Dan Ia menciumku dua kali...

"Ells?" sebuah suara menyebalkan membuyarkan lamunanku. Aku mendongak menatap wajah Oliver yang sedang tersenyum lebar, rambut chesnutnya yang biasanya sedikit panjang kini sudah dipotong rapi.

"Ya?" tanyaku dengan ketus.

"Kau ada waktu siang ini?" senyuman lebarnya masih menghiasi wajahnya.

"Untuk apa?"

"Makan siang denganku?"

"Aku punya janji makan siang dengan Lana." Jawabku dengan nada datar.

"Oh." Senyumannya sedikit memudar. "Well, kalau begitu besok?"

Sebenarnya apa yang diinginkannya? Aku menatapnya dengan sedikit kesal lalu mengangguk. "Yeah... besok."

"Okay, jangan lupa besok Ells."

Aku menatapnya yang berjalan kembali kemejanya. Setelah aku kembali dari San Francisco, Oliver menjadi sedikit aneh. Ia mengajakku mengobrol lebih banyak dan tersenyum lebar setiap melihatku. Aku tidak bisa menghindarinya walaupun aku sangat ingin karena Ia adalah rekan kerjaku. Kusingkirkan pikiranku tentang Oliver lalu kembali bekerja.

***

Dine&Wine adalah restauran bintang 4 yang memiliki 2 cabang di San Francisco, dan restauran yang kami kunjungi adalah cabang paling baru. Lemari Wine yang sangat besar dipasang di salah satu tembok restauran, berbagai merk Wine mengisi rak-raknya mulai dari yang berumur dua tahun hingga delapan puluh tahun. Lana sedang membaca buku menunya, rambut pirangnya hari ini diikat ekor kuda. Lana adalah tipe orang-orang yang apapun yang mereka pakai, mereka akan selalu terlihat sempurna.

Kami memesan dua gelas Wine Merlot dan masakan spesial hari ini setelah Lana tidak bisa memutuskan apa yang ingin dipesannya.

"Aku berpikir untuk pindah kerja..." kata Lana tiba-tiba.

"Apa?"

"Pindah... mungkin tahun depan. Aku mulai sedikit bosan." Jawabnya sambil meminum Winenya sedikit.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanyaku. Lana memang sedikit impulsif, Ia menginginkan sesuatu seperti saat ini lalu beberapa waktu kemudian Ia akan melupakan keinginannya. Jadi aku tidak terlalu serius menanggapinya.

"Aku tidak tahu... keliling dunia, mungkin." Ia mengangkat kedua bahunya.

Aku tertawa mendengar jawabannya, "Aku akan ikut denganmu." Balasku setengah bercanda.

Lana menggeleng, "Tidak... aku ingin melakukannya sendirian. Mungkin tujuan pertamaku Afrika. Atau timur tengah. Yang pasti jauh dari sini, Ell. Lagipula kau tidak akan menyukainya."

Kurasakan wajahku tersenyum saat Lana memutar kedua bola matanya. "Okay, tapi kau harus mengunjungiku."

"Mungkin." Jawabnya sambil tersenyum lalu mengangkat bahunya lagi. Tapi ada sesuatu di senyumannya yang terlihat ganjil. Baru saja aku akan bertanya ada apa dengannya, tiba-tiba Lana menunjuk sesuatu di belakangku.

"Oh! Derek ada disini juga." Gumamnya sambil melambai ke arah belakangku. Aku menoleh ke balik bahuku sekilas, jantungku terasa meluncur ke tenggorokanku saat melihat seseorang yang paling tidak ingin kutemui saat ini.

Ia baru saja masuk dari pintu dengan dua orang lainnya. Kualihkan pandanganku secepatnya sebelum Ia menangkap pandanganku, tapi terlambat. Kedua mata biru gelap itu melihatku juga.

"Oh, sial." Gumamku sambil menatap gelas Wineku yang masih penuh. Sial, sial, sial.

"Ada apa?" Lana mengerutkan kedua alis matanya.

Ia ada disini. Apa yang dilakukannya di San Francisco?! Aku harap Ia salah melihatku atau paling tidak, pura-pura tidak mengenalku.

"Ella, ada apa?" ulang Lana dengan nada mendesak setelah melihat ekspresiku.

"Tidak ada apa-apa." Balasku dengan cepat. Jantungku berdebar semakin keras. Dan seakan seluruh indraku terbangun bersamaan, bulu halus di tengkukku sedikit berdiri. Lana masih memandangku dengan kedua alis matanya yang berkerut, lalu tatapannya perlahan beralih ke balik pundakku. Atau ke seseorang di belakangku.

"Miss Heather."

Suara baritonnya yang menyebut namaku membuat perutku terasa seperti dipenuhi oleh kupu-kupu. Kupu-kupu pengkhianat.

Kubalikkan setengah badanku ke belakang lalu memasang wajah pura-pura terkejut. "Mr. Shaw..."

Ia mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kemeja yang berwarna sama, tanpa dasi. Dua kancing kemeja teratasnya terbuka. Dari jarak dekat aku baru menyadari rahangnya yang sedikit gelap karena ditumbuhi bakal janggut, tidak seperti biasanya. Tanganku sedikit gatal untuk menyentuh rahangnya.

Hentikan pikiran bodohmu, Ella!

Mr. Shaw berjalan ke samping mejaku sehingga aku tidak perlu memutar badanku lagi. Saat aku melirik ke arah Lana, ekspresi di wajahnya membuatku sedikit merasa bersalah. Ia menatap Mr. Shaw dengan pandangan terkejut lalu beberapa saat kemudian menatapku dengan pandangan menuduh.

"Aku tidak tahu aku akan bertemu denganmu disini." Ia membalas pandangan Lana lalu mengangguk dengan sopan padanya, sebelum kembali menatapku.

"Anda sedang mengerjakan kasus di San Francisco?" tanyaku dengan nada formal. Mr. Shaw mengerutkan keningnya sedikit saat mendengar pertanyaanku.

"Tidak, aku hanya mengunjungi teman. Ele—Miss Heather, aku belum berterimakasih padamu atas apa yang kaulakukan. Kami sudah menangkap pelaku penggelapannya."

Oh ya? Dan kau baru berterimakasih padaku satu minggu kemudian? Terlambat, Shaw.

Kutarik kedua sudut mulutku ke atas dengan sedikit terpaksa, "Itu adalah tugasku, Mr. Shaw. Anda tidak perlu berterimakasih. Ah, Mr. Shaw, ini Alayna Morrel. Lana, ini Mr. Nicholas Shaw." Aku mengenalkan mereka berdua.

"Morrel..." gumamnya dengan pelan, "Apa anda punya hubungan dengan Christopher Morrel?"

"Ayahku." Jawab Lana dengan senyuman, "Senang bertemu denganmu, Mr. Shaw." Tambahnya sambil menatapku dengan pandangan menuduhnya lagi saat menyebut bagian 'Mr. Shaw'.

"Kami bertemu saat aku mengaudit perusahaannya." Jelasku padanya.

"Miss Heather, bagaimana jika aku mengajakmu makan malam sebagai ucapan terima kasihku? Apa kau punya waktu?" tanyanya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, jam rolexnya sedikit mengintip dari balik lengan jasnya.

Uh-oh.

"Errr..."

"Bagus. Kalau begitu aku bisa mengajak Daniel makan malam di apartemen." Potong Lana tiba-tiba.

Daniel?

Aku memandangnya dengan pandangan bertanya. Setahuku Lana tidak mempunyai kenalan bernama Daniel. Lana membalas tatapanku dengan senyuman lebarnya, lalu aku mengerti, Ia sedang berusaha membuatku menerima ajakan Mr. Shaw.

"Miss Heather?"

Aku menatap Mr. Shaw lagi, "Tentu saja, dimana, Sir?" tanyaku dengan nada lebih formal dari sebelumnya. Ia menarik kedua sudut mulutnya ke bawah sedikit, kedua mata birunya menatapku dengan intens.

"Aku akan menjemputmu pukul 7. Apa kau bisa menuliskan alamatmu?" tanyanya sebelum memberiku secarik kartu nama.

Aku menuliskan alamatku di bagian belakang kartu nama itu lalu memberikannya padanya. Jari-jarinya menyentuh tanganku saat menerima kartuku, kupu-kupu pengkhianat di perutku kembali terasa berputar-putar di dalam.

"Sampai nanti malam, Miss Heather." Ia tidak melepas pandangannya hingga aku mengangguk padanya. Lalu Ia menatap Lana sambil tersenyum, "Miss Morrel." Mr. Shaw menatapku sekali lagi sebelum berjalan kembali ke mejanya.

"Whoa! Ia benar-benar..." Lana menatap Mr. Shaw lalu meminum Winenya. "Jadi kapan kau berencana untuk memberitahuku, Ella?" kedua matanya beralih padaku, suaranya terdengar kembali menuduhku.

"Ia hanya bos klienku, Lana."

"Oh ya..." gumamnya dengan nada kesal.

Aku diselamatkan oleh makanan kami yang akhirnya tiba. Lana menunggu waitress itu hingga pergi sebelum melanjutkan lagi, "Nicholas Shaw sepertinya tidak hanya menganggapmu sebagai auditor."

Kalimatnya hampir membuatku tersedak asparagus yang sedang kumakan. "Ia sudah mempunyai pasangan."

"Apa?"

"Aku bertemu dengan pacarnya saat kami makan siang di Manhattan." jawabku sambil mengangkat bahuku.

"Makan siang?" tiba-tiba suara Lana berubah curiga. "Apa pria yang kauceritakan saat itu adalah Nicholas Shaw?"

"Lana, Ia hanya bos klienku." Gumamku sambil meminum sedikit Wineku.

"Ella, apa Nicholas Shaw pria yang menyelamatkanmu?" Lana menatapku dengan wajah mengintrogasinya. Sial, aku tidak bisa menghindari ini.