webnovel

VOLDER

Volume I: Eleanor Heather menyukai hidupnya yang biasa-biasa saja. Ia menikmati pekerjaannya sebagai akuntan sambil menyelesaikan cicilan pinjaman uang kuliah dan hidup berbagi apartemen bersama sahabatnya, Lana. Hingga suatu malam, pertemuannya dengan seorang pria aneh yang tiba-tiba menyerang dan menggigit lehernya membuatnya trauma untuk keluar sendirian lagi. Tapi itu hanya titik awal perubahan hidupnya. Saat Ia bertemu Nicholas Shaw, pengacara sekaligus pemilik Law Firm yang kebetulan sedang diaudit olehnya, hidupnya berubah drastis. Banyak hal gelap dan mengerikan tentang Nicholas yang Ia sembunyikan dari dunia. Walaupun begitu Eleanor tidak bisa berhenti memikirkannya, dan Nicholas Shaw tidak ingin melepaskannya begitu saja. Volume II: Untuk yang kedua kalinya dalam hidupnya... wanita itu berhasil kabur darinya. Gregory Shaw tidak pernah berpikir Lana akan meninggalkannya lagi. Dan kali ini Ia akan memburu wanita itu, bahkan hingga ke ujung dunia sekalipun. Bahkan jika hidup atau mati taruhannya.

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
415 Chs

Chapter 36

Aku mengira akan melihat kedua mata biru Nick yang marah muncul dari balik pintu, tapi saat sepasang mata berwarna biru gelap yang terlihat panik membalas pandanganku, aku terpaku di tempat. "Greg?" kuhapus air mataku dengan punggung tanganku lalu berkedip menatapnya yang berjalan ke arahku.

Ia menarikku ke belakangnya hingga aku berada di balik punggungnya, terlindungi dari Alastair. "Kau tidak apa-apa?" Ia hanya menoleh sedikit, lalu pandangannya kembali ke pria yang duduk di seberangku. Aku tidak tahu mana yang lebih dominan saat ini, rasa legaku atau rasa terkejutku.

Dan sepertinya bukan hanya aku yang terkejut.

Alastair terlihat cukup terkejut hingga mulutnya sedikit terbuka saat menatap Greg. "Tunggu dulu..." gumamnya pada dirinya sendiri, "Aku mengundang saudara yang salah?"

"Aku yang menerima pesanmu." Jawab Greg dengan singkat, "Nick belum tahu, hingga saat ini Ia masih mencarimu. Sebaiknya kau pergi dari tempat ini secepatnya, jika tidak aku sendiri yang akan membunuhmu." Suara Greg terdengar tenang, tapi setiap kalimatnya mengandung cukup ancaman.

Alastair hanya menghela nafasnya lalu berdiri, "Aku akan menyelesaikannya hari ini, Gregory." Ia menyisir rambut pirang gelapnya yang ikal sekilas lalu tersenyum padaku, "Aku tidak menyakiti Eleanor sama sekali jika kau ingin tahu."

"Jika kau berharap Nick akan membunuhmu... sepertinya kau hanya akan kecewa, Alastair. Ia tidak akan melakukannya. Kau pikir Nick masih akan membunuhmu walaupun mengetahui Eleanor akan mati bersamamu juga?" Tubuh Greg di depanku menegang karena amarahnya.

Alastair menatap kami berdua selama beberapa saat, "Nick sudah tahu cara melepaskan ikatan Leech Eleanor padaku."

"Apa kau gila? Apa yang kau inginkan sebenarnya? Mati? Membalaskan dendam Elizabeth karena Ia mirip dengan istrimu?"

Aku berusaha untuk tidak tersentak saat mendengar kalimat Greg.

"Aku tidak tahu." Jawab Alastair sambil mengangkat bahunya. "Tapi Eleanor membuatku ragu-ragu..."

Tubuh Greg sedikit menegang saat mendengar jawabannya, "Jangan katakan padaku kau..."

"Tidak seperti itu, Gregory." Balas Alastair dengan tajam, wajahnya terlihat lebih serius. "Aku tidak akan pernah mencintai lagi. Eleanor hanya membuatku ragu sesaat tapi rencanaku masih berjalan."

"Bagaimana dengan klanmu? Mereka akan memburu Nick setelah Ia membunuhmu."

Alastair sepertinya benar-benar ingin mati, perlahan Ia tersenyum hingga membuat tubuh Greg di depanku semakin menegang. Aku tidak ingin melihat ekspresi Greg saat ini. "Nick tidak sebodoh itu, seharusnya kau sudah mengetahuinya... Apalagi setelah ini Ia akan memiliki motivasi tambahan. Aku yakin Ia akan melakukan segala cara untuk bertahan."

Kali ini giliran tubuhku yang membeku. Ia tidak akan memberitahu Greg, kan? Aku bahkan baru mengetahui kehamilan ini beberapa saat yang lalu. Tanganku bergerak untuk mengusap perutku tanpa kusadari. Bagaimana caraku memberitahu Nick?

"Apa maksudmu, Alastair? Berhenti berbicara sampah."

Alastair tersenyum padaku. Senyumannya membuatku merasa seperti diguyur dengan air es, Ia tidak akan memberitahu Greg, kan? Pertanyaan itu terulang di dalam kepalaku sepuluh kali lebih panik.

"Kita harus pergi sekarang." Tiba-tiba Greg berbalik menghadapku lalu meraih tanganku. "Sebelum Nick mencari hingga ke tempat ini."

Aku hanya sempat menoleh sejenak ke arah Alastair sebelum kami keluar dari kamar hotel ini. Ia tidak tersenyum lagi, kedua pandangan kosongnya tertuju pada pintu yang kami lalui. Ia terlihat seperti cangkang kosong, tidak ada sedikitpun sinar kehidupan di dalam matanya. Greg masih menggenggam tanganku hingga kami berada di lift. "Kau tidak apa-apa, Eleanor?" Greg mengamatiku dengan sedikit kerutan di keningnya.

Aku mengangguk sedikit lalu menggelengkan kepalaku saat aku teringat sesuatu. "Alastair memberiku darahnya."

"Brengsek. Pantas saja baumu agak berbeda." Gumam Greg, dari ekspresi wajahnya Ia terlihat sedang berpikir keras. Sedangkan kepalaku saat ini diisi dengan hal lain, kehamilanku. "Butuh waktu beberapa hari agar darahnya memudar dari peredaran darahmu. Nick tidak akan memaafkan si brengsek itu... Untuk apa Ia melakukannya?"

"Aku kekurangan darah." Jawabku setengah berbohong. "Apa aku harus bersembunyi dulu?" lagipula aku butuh waktu untuk berpikir juga. Aku belum siap bertemu Nick.

"Kau yakin? Keduanya sama buruknya untuk Nick, Eleanor."

Greg benar. Jika aku bersembunyi dulu, Nick akan semakin berusaha mencariku hingga Ia tidak mempedulikan hal lain lagi. Tapi jika aku kembali sekarang dengan darah Alastair mengalir di dalam nadiku, Nick akan semakin terobsesi untuk membunuh Alastair. Keduanya sama buruknya untuk kami. Tapi aku sangat membutuhkan waktu untuk berpikir saat ini. "Hanya beberapa hari."

Greg mengangguk kecil tanpa berbicara apa-apa lagi. Kami keluar dari lift menuju basement tempat mobilnya diparkir. Ada ketegangan di antara kami selama perjalanan, Greg hanya menjelaskan dengan singkat dimana aku akan bersembunyi dan berapa lama aku harus bersembunyi sampai darah Alastair memudar. Aku hanya mengangguk saat Ia berbicara, pandanganku menatap kosong ke jalanan di depan kami. Empat puluh lima menit kemudian Ia menghentikan mobilnya di depan gedung yang terlihat seperti gudang, kurasa kami berada di pinggiran Manhattan. Daerah ini benar-benar sepi, hanya ada beberapa gedung lain yang terlihat seperti gudang pabrik yang sangat besar dan tidak digunakan lagi. Greg mengajakku masuk ke dalam salah satu bangunan paling kecil. Dari luar tempat itu terlihat biasa saja, kami melewati garasi kosong yang sangat luas lalu menaiki tangga ke ruangan yang lebih kecil yang berada di lantai 2. Sinar matahari sore masuk melalui jendela besar di salah satu sisi bangunan, cahaya berwarna jingga membanjiri tempat ini dengan kehangatan. Hanya ada keheningan dan suara langkah kaki kami menggema di tempat ini. Aku tidak tahu bagaimana Greg tahu tempat ini.

Kami masuk ke satu-satunya ruangan di lantai 2, dan diluar dugaanku tempat ini seperti apartemen. Bahkan lebih bagus daripada apartemenku di San Francisco. Sebuah tempat tidur dengan bed cover putih terlihat seperti baru. Sebuah Tv, komputer, lemari, dan sofa panjang berwarna hitam melengkapi ruangan ini. Ada dua pintu lain selain pintu yang kami masuki.

"Hanya perlu dibersihkan sedikit, kau bisa mencari bed cover yang baru di lemari." Kata Greg tiba-tiba.

"Okay, thanks."

Greg menghela nafasnya, "Kurasa 3 hari cukup, Eleanor. Aku yang akan menahan Nick untuk sementara waktu."

Aku hanya mengangguk kecil. Greg mengambil sebuah handphone dari saku jeansnya, "Hanya untuk berjaga-jaga. Aku menyimpan beberapa botol darah baru di lemari itu, seharusnya cukup satu minggu."

"Okay."

Greg menatapku selama beberapa saat sebelum mengangguk kecil, "Kau bisa menjaga dirimu, kan? Nick akan membunuhku jika tahu akulah yang menyembunyikanmu, bukan Alastair."

"Yeah, kuharap ini semua cepat berakhir." Aku berusaha tersenyum padanya. Masalah yang kupikirkan saat ini berbeda dengan apa yang dipikirkan Greg.

"Hubungi aku jika terjadi sesuatu, okay?" katanya sambil berjalan ke arah pintu. Aku hanya mengantarnya hingga ke depan pintu sebelum kembali masuk. Kusandarkan punggungku di balik pintu yang tertutup lalu merosot hingga terduduk. Tanganku bergerak untuk mengusap perutku. Sekarang apa yang harus kulakukan?