Dia benar-benar melakukannya.
Dengan satu tangannya, ia langsung menekan tuas rem tangan di ban belakang sambil membanting motor ke kanan dengan cepat hingga terjatuh dan miring ke bawah. Alhasil, sepeda motor miring sempurna dan bergesekan dengan aspal dengan kecepatan tinggi.
Kedua pengemudi truk kontainer bermuatan panjang itu melirik ke arah kami perlahan, mereka memandangnya tak percaya dan kebingungan terlihat jelas di mata mereka saat melihatnya. Mereka mengira itu adalah tindakan bodoh yang dilakukan oleh dua orang gila yang haus akan kematian.
Mereka bahkan enggan membunyikan klakson truk agar kami berhenti. Pasalnya, mereka benar-benar bingung dan tidak tahu harus berbuat apa saat keduanya hendak melakukannya.
Aku berusaha tegar, membuka kedua mata untuk membuktikan bahwa ini adalah sesuatu yang mustahil dilakukan oleh siapa pun. Aku ingin mencoba mencari tahu dengan kedua mataku sendiri bahwa takdir akan berkata lain ketika aku berani melakukannya.
Ketika aku membukanya, itu luar biasa.
Mataku terbelalak tak percaya dan bingung, kecepatan tinggi motor itu seakan akan membawa kami dengan mulus masuk ke dalam lubang kolong truk.
Aku merasa waktu berjalan melambat, ini tidak nyata. Kami berdua meluncur bagai roket, mataku melihat dengan jelas bagaimana kami masuk ke dalam lubang dari bawah truk kontainer.
Percikan api antara gesekan aspal jalan dengan bodi motor bagian depan terlihat jelas oleh kami, kami benar-benar masuk ke dalamnya. Aku perhatikan betapa dekatnya pandanganku antara kaca dan rangka logam di bagian bawah truk.
Jarak antara kami berdua tidak lebih dari 5cm, ini sama sekali tidak masuk akal. Ketika aku melihatnya, itu semua seperti cerita palsu yang belum pernah terjadi di kehidupanku sebelumnya.
Mustahil, ternyata truk kontainer pertama berhasil kami lewati.
Sinar terik mentari pagi menyinari ketidakpercayaanku pada situasi gila seperti ini dengan keindahan sekawanan burung yang lalu lalang di bawah sinar matahari terlihat jelas di depan visor helmku.
".... Sulit dipercaya ... Ini mustahil ...."
Tanpa pikir panjang, kami berhasil melewati lubang di bawah bagian kedua truk kontainer dengan mudah. Akselerasi kecepatan peluncuran motor ini tidak perlu diragukan lagi.
Kami berdua berhasil bertahan.
Dengan tubuhnya yang kekar dan tenaganya yang lincah, ia berhasil membanting motor miring tersebut hingga bisa diangkat kembali normal dengan mudah tanpa harus terjatuh terlebih dahulu.
Untuk kesekian kalinya, dia sungguh membuatku takjub. Dia hebat, aku tidak tahu bagaimana dia bisa melakukannya dengan mudah. Aku bahkan tidak tahu apa yang selalu dia lakukan setiap hari.
Terkadang aku tidak peduli, tapi dia membuatku bertanya-tanya siapa dia sebenarnya.
Sopir truk di jalur kiri (truk kedua) berteriak keras setelah melihat kami berpapasan, dia sangat kesal dengan kegilaan kami berdua yang melakukannya di jalan raya seperti ini.
"Kalian berdua orang gila!! Hati-hati saat berkendara di jalan raya!!"
Aku mendengarnya dan melirik ke belakangku dengan wajah bingung karena situasi yang telah terjadi.
"Cihhh … Dasar orang tua. Kamu tidak akan pernah bisa merasakan semangat hidup saat masih muda."
".... Kenapa? Semudah itu?" Jawabku dengan nada rendah tidak percaya setelah berhasil melakukannya.
"Bagaimana? Menyenangkan bukan?"
Seketika dia membuatku marah, membuat perasaan cemasku tiba-tiba hilang menjadi celotehan kesal karena dia mengatakannya.
"Haa?! Menyenangkan katamu? Kita pasti akan mati jika tidak berhasil melewatinya. Menurutmu asyik bermain-main dengan kematian?"
Dia mengira itu hanya pertanyaan lelucon, lalu terkekeh bahagia. ".... Ahhahahhhahahahha ... Tenanglah anak muda."
"Hal gila apa lagi yang sedang tante pikirkan sekarang?" Aku menatapnya datar menahan rasa kesal.
"Tidak ada ... Hanya pembelajaran biasa."
"Apa? Tante pasti bohong kan? Apakan sedang aku bermimpi dan berhalusinasi bahwa kita selamat dari kematian?" Aku menjawab dengan sangat cemas sambil memegang kepalaku dengan kedua tangan, merasa ini semua hanyalah mimpi.
Mendengus. "Bermimpi dan berhalusinasi? Perhatikan baik-baik anak muda … Tak satu pun dari kita yang mati."
"Tidak mungkin ... Aku sedang bermimpi, kan?" Sebuah kejadian yang membuatku sangat tidak percaya dengan nasib seperti ini.
"Buka matamu lebih lebar lagi."
"Tidak bisa di percaya ...." Melihat kedua telapak tangan, ini benar-benar di luar dugaanku. "Kita … Benar-benar berhasil selamat dari kematian?"
"Itu benar. Kita berhasil melewati kematian dari pelajaran pertama."
Huh, aku sangat berterima kasih untuk ini. Tante gila, ternyata aku ditakdirkan untuk terus hidup di dunia ini. ".... Syukurlah. Sekarang aku mulai merasa lega ... Ternyata ini bukan mimpi ... Aku masih bisa hidup di dunia yang kejam seperti ini."
"Jangan terlalu bersemangat, anak muda. Ini belum berakhir!"
Lagi dan lagi.
Berkali-kali dia membuatku benar-benar tidak bisa berhenti berpikir dengan tenang. Tadinya kuharap ini akhir, ternyata takdir masih terus berlanjut, pemikirannya benar-benar berbeda. Ini belum berakhir, aku tidak percaya dia akan melakukan hal gila lagi. Saat itu juga, kesenanganku langsung berubah menjadi kayu yang terbakar.
"Apa?! Bisakah tante memberiku sedikit waktu lagi agar aku bisa menikmati kesenangan ini?!!!"
"Hhhahaha ... Tante tidak akan pernah memberimu satu sen pun!"
"Kalau begitu ... Turunkan aku sekarang juga! Sebaiknya aku naik mobil saja!!—"
Tiba-tiba dia membanting motornya dan berbelok cepat ke kiri, membuatku menyela perkataanku dengan keterkejutan yang tiba-tiba dari kecepatan motornya yang tiba-tiba berbelok dengan cepat.
".... Benar-benar menjengkelkan ... Bisakah tante berhenti menyiksaku seperti ini?"
Dia menghiraukannya.
Membuat jantungku tidak begitu tenang dan berdetak kencang.
Aku meletakkan telapak tangan kananku di dada dengan perasaan tidak enak. ".... Apakah hatiku akan baik-baik saja? Aku tidak akan terkena serangan jantung, kan?"
"Mungkin, akan lebih buruk dari itu ...." Jawabnya santai, alih-alih dia adalah tante yang selalu aku kagumi. Ternyata di balik itu semua ada sifat yang baru aku ketahui.
Menghela nafas. ".... Hahhh ... Kau sebenarnya tanteku atau bukan sih? Tante sebenarnya siapa?"
"Tidak, kamu benar. Aku tantemu. Tidak lebih dari itu." Jawabannya datar.
Sebuah jawaban simpel, semudah dan sesantai yang dia katakan padaku.
"Anehhh … Sepertinya tante bukan dari dunia ini." Jawabku dengan wajah datar seraya terus menahan kejengkelanku.
Masih tetap memasang wajah datar. "Jadi, sekarang bagaimana?"
Aku sudah muak, betapapun berbahayanya dia membawa motor itu. Aku merasa hampa, sepertinya tidak ada lagi yang bisa membuatku berpikir tenang tentang keadaan saat ini. Lebih jelasnya, mungkin aku tidak akan peduli jika itu benar-benar membuatku mati.
"Pelajaran kedua, melawan rasa takut."
"Ohhh, melawan rasa takut ya? Di mana itu? Aku tidak melihatnya sama sekali."
"Menarik! Sekarang kamu mulai berani ya?"
"Berisik!! Itu bukan urusanmu! Aku hanya ingin bersekolah, tapi kenapa aku harus merasakan kegilaan seperti ini." Jawabku berbisik, melontarkan beberapa kata kasar di belakang motor sambil memasang muka marah karena tidak bisa ditahan.
"Hmmmmm ... begitu ya. Baiklah"
"Iya! Cepat!! Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi."
"Pesanan diterima. Pegang dengan benar, jangan sampai jatuh!"
"Aku tidak butuh nasehatmu! Aku sudah tahu apa yang harus kulakukan!!"
"Yosh ... Ayo kita mulai lagi!!"
Setelah kami berbelok ke kiri, deretan mobil yang melaju muncul di depan mata kami, menghalangi laju sepeda motor kami. Rasa haus akan kenikmatan instan miliknya terwujud saat aku mengatakannya. Ia pun langsung tancap gas pada motornya dan lebih cepat dari kecepatan motor sebelumnya.
Banyak mobil yang menghalangi jalan kami, namun hal ini tidak membuatnya merasa terbebani dan dengan mudahnya ia menyalip semua mobil yang mencoba menghalangi jalannya.
Mungkin orang akan menyebutnya preman jalanan, entah apa yang dirasakan orang lain saat bertemu dengan tanteku. Bahkan aku sendiri merasa mereka akan sangat marah jika bertemu dan mengetahuinya.
Kami terus melaju dengan kecepatan penuh, tidak banyak mobil yang memberi peringatan kepada kami. Namun ia tetap tidak peduli dan terus melaju kencang sambil menyalip mobil lain yang menghalangi jalannya.
Lalu ....
Kami berdua melihat ada 2 jalan yang berbeda, jalan lurus dan jalan belok kanan.
Tapi, ada sesuatu yang tidak bisa kulihat saat aku melihatnya. Ibaratnya simbol peringatan jalan raya dengan beberapa huruf peringatan terpampang jelas di pinggir jalan.
"Ohhh, memperbaiki lubang ya? Sepertinya menarik untuk dicoba."
Kami belok kanan.
"Huh? perbaikan jalan?" Dia mengagetkanku sedikit, mataku mencoba melihat sekeliling tempat itu untuk mencarinya setelah menoleh.
"Benar, mungkin sedang ada perbaikan jalan di sekitar sini, sepertinya ini bukan hanya lubang runtuhan biasa."
"Apa? Jangan-jangan ... Sebuah jurang dalam?"
Dia selalu menghiraukan perkataanku ketika aku mencoba bertanya kepadanya.
"Hmmmm ... Dimana dia? Aku tidak melihatnya sama sekali." Jawabnya sambil melirik ke kanan dan ke kiri untuk mencarinya.
"Hoi ... Kenapa tante malah mencarinya? Apa hubungannya ini dengan melawan rasa takut? Ini hanya mengundang masalah besar saja ... Mungkinkah ... Tante benar-benar ingin melakukannya lagi dengan melewati lubang itu?"
"Tepat sekali. Kamu sudah terbiasa, bukan? Sepertinya kamu juga sedang mencari sesuatu."
"Apa? Biasakan katamu? Kau hanya berhasil menebak 20% dari kebenarannya. Mungkin perlahan aku akan terbiasa, tapi jangan mencari masalah seperti ini juga. Seandainya tante tahu kalau rute ini sedang diperbaiki, kenapa tante malah memilihnya? Tante sedang mengalami gangguan jiwa, ya?"
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi padanya, rasanya semua perkataanku akan sia-sia padahal aku selalu mengatakannya dengan lantang dan tidak sopan.
"Akhirnya aku menemukanmu. Ternyata kamu bersembunyi disana ya." Jawabnya dengan perasaan senang sambil menoleh ke arah itu karena telah menemukan tempatnnya.
Inilah akhirnya.
Kenikmatan tanpa akhir.
Aku melihat dan membacanya dari jauh, sebuah tanda peringatan tentang perbaikan jalan.
Peringatan! Perbaikan lubang yang berjarak 100 meter. Hati-hati dengan alat berat ... Berbalik sekarang!
Aku menyerah begitu saja setelah mengetahuinya. Aku benar-benar merasa sangat menyesal karena bisa pergi bersamanya.
Menghela nafas dengan putus asa. ".... Dahlah ... Tak mungkin dia mau berbalik, aku serahkan semuanya padamu. Sosok istri Jam berbalut gaun merah ... Semoga kau bisa menyelamatkanku dari nasibku selanjutnya dengan mengulang masa kejadian yang akan aku alami sekarang." Aku memohon kepada action figure yang berada di kamarku.
Dan saat itu ....
.
.
***************