webnovel

KHAWATIR

Rumah Sakit Umum Kota..

"Assalamualaikum dok Maaf mengganggu, dokter sudah sampai mana..?? ada pasien gawat darurat di ruang IGD.. kebetulan dokter yang berjaga hari ini sedang keluar." Seorang dokter Residen tengah menghubungi dokter spesialis bedah saraf, dokter laki-laki itu nampak cemas dan terlihat sibuk.

"Wa Alaikumussalam.. baiklah nanti saya ke sana, kebetulan saya juga belum pulang masih di parkiran..!!" Dokter itu langsung berlari masuk ke gedung rumah sakit kembali.

Sesampainya di lorong ruang IGD dokter tersebut langsung disambut oleh dokter yang tadi meneleponnya.. ia membacakan hasil pemeriksaan awal yang sudah dilakukan olehnya.

"Perempuan, luka karena kecelakaan mobil, tensi normal, pupil sedikit mengecil, luka di bagian kepala sangat parah dok.. sepertinya kita harus melakukan operasi..!!" ucapnya seraya terus berjalan mengikuti Dokter Ahli bedah saraf tersebut masuk kedalam ruangan.

"Apa pihak keluarganya sudah tahu.. ??"

"Sepertinya belum dok, tapi perempuan itu tidak sendiri.. Pasien Laki-laki yang bersamanya sedang di periksa di ruang tindakan karena hanya mengalami luka ringan di kepalanya.. namun belum sadarkan diri juga..!!"

Sesampainya dihadapan pasien tersebut sang dokter langsung shock..

"Astaghfirullah Al Adziim... VIOLA..??" pekiknya dengan buru-buru dan langsung memeriksa keadaan akhwat tersebut.

"Anda mengenalnya dok.??"

"Siapkan ruang operasi segera, ini bahaya sebagian saraf motorik di otaknya sudah kena.. kita harus meminimalisir kemungkinan terburuknya." Dokter tersebut tidak merespon pertanyaan dokter Residen itu.

"Saya akan menemui pasien yang bersamanya untuk mendapatkan persetujuan operasi tersebut, karena kebetulan saya mengenal gadis itu. Kamu bersama team segera siapkan ruang operasi..!!"

"Baik dok..!!" Keduanya pun keluar menuju ruangan masing-masing.

"Kenapa Vio bisa kecelakaan di daerah ini, bukankah ia seharusnya sekarang sedang ijab Qabul bersama Mas Haris..!! Dan Ikhwan itu...??" dokter itu bergumam di sepanjang perjalanan menuju ruang tindakan.

"Selamat siang dok..!!" Seorang perawat menyapa nya dengan malu-malu dan nampak salah tingkah.

"Siang... Pasien kecelakaan mobil yang baru datang dimana sus..??"

"Oh.. laki-laki itu ?? di ranjang sudut dok..!!"

"Ok .. Terimakasih..!!" Dokter tersebut buru-buru menghampirinya.

"Dokter.. ??" Perawat yang sedang berdiri mendampingi dokter yang tengah membalut luka pasien itu nampak canggung dan juga salah tingkah..

"Faiz...??" Spontan Dokter tersebut kembali shock tatkala melihat keadaan Faiz yang tengah berbaring tak sadarkan diri.

"Apa mereka berdua ada hubungan..?? sebenarnya ada apa ini..??" Gerutunya dalam hati, kali ini ia benar-benar linglung.

"Anda mengenalnya dok..??" Dokter umum yang menangani Faiz itu bertanya.

"Iya dia teman saya.. bagaimana keadaannya dok..?? apa luka di kepalanya tidak berbahaya..??"

"Tidak usah khawatir dok, ini hanya luka ringan mungkin sebentar lagi juga pasien siuman..!!"

"Aahhh... Viii..!!" Tiba-tiba saja Faiz tersadar dan langsung terduduk, ia membuka matanya perlahan seraya memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.

"Faiz.. Anta Nda pa-pa Kan..??" dokter itu langsung memegangi bahu Faiz dan membantunya untuk merebahkan tubuhnya kembali.

"Tetap tiduran aja dulu Pak, Anda tidak boleh banyak bergerak.. Keadaan Anda belum begitu stabil..!!" Sang dokter umum mengingatkan.

"Iman.. ??" Faiz terkejut ketika melihat sosok dokter yang membantu merebahkannya tadi.

"Ana di mana..??" Tanyanya lagi dengan bingung.

"Anta di rumah sakit Iz... Anta..."

"Vi.. Vi di mana Man.. ?? Ana harus menemuinya..!!" Faiz memotong perkataan dr Iman setelah teringat ia dan Vio kecelakaan, ia buru-buru ingin turun dari ranjang.

"Tenang dulu pak.. Anda sedang kami periksa, mohon bersabar..!!" Dokter umum kembali mencegah Faiz.

"Vio mengalami pendarahan di otaknya Iz, kemungkinan sadarnya kecil.. apalagi saraf motoriknya juga kena. Ana akan segera melakukan tindakan operasi, silahkan anta urus Administrasinya. Operasi tersebut butuh tanda tangan anta sebagai walinya..!!"

"Innalilahi.." Ikhwan itu nampak terpukul.

"Dokter Iman.. Ruangan dan team sudah siap, silahkan Anda masuk." Dokter Residen yang semula bersama dokter Iman itu memberitahukan.

"Baiklah Iz.. operasi akan segera berlangsung, mohon kerjasamanya. Ana akan berusaha semaksimal mungkin..?!" dr Iman menepuk bahu Faiz pelan.

"Tolong selamatkan Vi.. Man..!!" Ujarnya memelas.

"Kita serahkan saja semuanya kepada Allah ya Iz...!! Semoga operasi nya berhasil dan Nda terjadi apa-apa dengan Vio.. Ana keluar dulu..?!" Ikhwan itu hanya mengangguk.

Dokter Iman pun keluar bersama dokter Residen tersebut, sedang Dokter umum dan sang perawat masih mengecek kondisi Faiz untuk memastikan tidak ada luka serius yang di alami Ikhwan tersebut.

"Baiklah pak.. Anda sudah di bolehkan keluar, jika Anda ingin menunggu teman Anda yang di operasi silahkan tunggu di ruang tunggu depan ruang operasi..!! Saya pamit."

"Terimakasih dok..!!" Dokter itu hanya mengangguk.

"Dengan bapak Faiz.. ?? silahkan tanda tangan di sini, karena teman Anda akan segera di operasi..!!" Seorang perawat datang menghampirinya untuk mengantarkan berkas yang harus ia tanda tangani.

Setelah melewati semua prosedur akhirnya Faiz pun diantar perawat ke ruang tunggu depan ruang operasi dengan memakai kursi roda.

"Silahkan tunggu di sini pak..!! jika Anda butuh apa-apa mohon beritahu kami..!!"

"Terimakasih Sus..!!" Faiz tersenyum ramah, tidak di sangka senyumnya itu mampu membuat perawat tersebut seperti terkesima sampai lupa bernafas. đŸ€­

"Astaga.. Manis sekali senyumnya !! ternyata Pak Faiz ganteng juga kalo lagi senyum gini, ga kalah jauh dari dr Iman..hehe!!" batin perawat itu terkekeh, apalagi Faiz memang mempunyai gigi gingsul yang membuat senyumnya semakin manis.

Sekitar dua jam kemudian Haris sampai di rumah sakit, ia langsung menuju ruang tunggu operasi setelah mendapat info dari perawat bagian depan. Faiz masih Duduk termenung di ruang tunggu, ia masih menanti kabar dari dr Iman yang tengah menjalani operasi Vio. Yang mana saat ini operasi tersebut masih berlangsung, lampu diatas pintu ruangan itu pun masih menyala merah.

"Assalamualaikum Iz... Anta Nda apa-apa?? bagaimana keadaan Vi..??" Haris nampak khawatir.

"Wa Alaikumussalam Mas... maaf, Ana Nda bisa menjaga Vi.."

"Sudahlah Iz.. jangan menyalahkan diri sendiri, yang terpenting saat ini semuanya sudah tertangani. Keadaan Anta gimana..??"

"Ana baik mas.. tapi Vi harus di operasi, kemungkinan sadarnya kecil.."

"Innalilahi...!!"

"Semoga Operasi yang dilakukan Iman berhasil mas...!!"

"Iman..?? dokter Iman anak pak kyai..?? temen kita satu Asrama itu..??" Haris terkejut.

"Iya Mas.. Luqmanul Ilman.. Sohib kita..!!"

"Subhanallah.. Akhirnya kita bisa berkumpul juga di sini ya Iz.. Meski pertemuan kita harus dengan cara menyedihkan seperti ini..!!"

"Ana minta maaf Mas... waktu itu Ana sangat terkejut mendengar kabar dari mas Haris hingga Ana hilang kendali..!!"

"Nda apa-apa Iz, Ana mengerti. Semoga saja Vio Nda kenapa-kenapa..!! Kita harus optimis untuk kesembuhannya.."

"Iya Mas, Semoga saja.. Aamiin..!!" Faiz kembali termenung, ia nampak begitu bersalah dengan semua yang terjadi kepada Akhwat yang sangat dicintainya itu. Apalagi sampai saat ini keadaan Vio masih belum bisa dipastikan.

Cukup lama Haris dan Faiz saling terdiam, keduanya larut dalam pikirannya masing-masing. Mereka berdua masih menunggu Akhwat yang sama-sama mereka cintai itu di luar ruang operasi.

"Berarti di antara kita Berempat hanya Raffa yang belum tahu kabarnya ya Iz..?? Anta tahu sekarang dia di mana..??" Haris berusaha meregangkan ketegangan, sementara Faiz hanya menggelengkan kepala masih enggan untuk berkomentar.

Tidak berapa lama kemudian lampu merah di atas pintu ruang operasi mati, menandakan proses pembedahan pada pasien itu telah selesai dan keluarlah dr.Iman dari ruangan tersebut.

"Bagaimana Keadaan Vi, Man..??" Faiz langsung berdiri hendak menghampiri dokter sahabatnya itu.

"Awww.." Pekiknya, Ikhwan itu kembali terduduk karena luka di kepalanya masih terasa sakit hingga membuat matanya berkunang-kunang dan pening.

"Hati-hati Iz.. Anta belum sembuh benar..!!" Haris membantu memperbaiki posisi Faiz di kursi roda.

"Assalamualaikum Mas, Apa kabar..??" dr.Iman menyapa Haris seraya menjabat tangan seniornya itu.

"Alhamdulillah.. Ana baik dok..!!" dokter sendiri bagaimana..??"

"Masyaa Allah Mas, Nda usah sungkan.. panggil aja Ana Iman seperti biasa. Rasanya Ana Nda enak..!!"

"Baiklah Man, bagaimana kondisi Vio.. Apa dia baik-baik saja..??"