webnovel

Melawan bandit

Melihat kedua orang itu malah bertengkar, membuat Mun zue sedikit marah. Tapi itu adalah kesempatannya untuk menyerang balik.

Mun zue langsung melesat kepada mereka dan mengayunkan pedangnya dengan kuat.

Di tengah perdebatan itu, mereka tiba-tiba tersenyum. Pertengkaran kecil mereka hanya rencana untuk membuat Mun zue menyerang duluan.

" Kena kau gadis kecil!"

Kedua bandit itu menangkis serangan Mun zue secara bersamaan. Dan itu membuat pedangnya terpental jauh.

Rasa takut dan putus asa mulai menyelimuti dirinya. Tubuhnya langsung lemas dan Mun zue terjatuh ke tanah.

" Kekeke... Lihatlah gadis kecil ini.... Uhu~ ekspresi ketakutan mu, membuat aku tidak bisa menahan air liur ku..."

Mereka berdua mulai mendekati Mun zue. Mun zue sendiri hanya bisa menyeret tubuhnya mundur kebelakang. Dia tak bisa berdiri karena rasa takutnya. Dia sudah putus asa karena kemungkinan kelompoknya tidak akan bisa selamat.

Para bandit itu mulai ingin menyentuhnya. Kedua tangan mereka perlahan-lahan mendekat untuk menyentuh badan Mun zue.

Mun zue yang sudah lemas, dia hanya bisa menutup matanya. Air mata yang menetes hanya menjadi takut baginya.

Shingー

Mun zue sedikit bingung, karena dia tak merasakan ada yang menyentuh. Penasaran dengan itu, dia mulai membuka matanya kembali.

Apa yang dilihatnya, tangan dari kedua bandit itu sudah terpotong.

" Ah... Aaackkkhh!!!???"

" Accckkkhhh!!!!"

Jeritan mereka terhenti ketika bilah pedang sudah berada di dekat leher mereka.

" Berisikー"

Shingー

Kepala mereka berdua langsung terpotong ketika sebuah pedang melayang ke leher mereka. Mun zue yang melihat itu hanya bisa terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa.

Mun zue langsung sadar dari keterkejutannya. Dia baru saja melihat dua orang mati dalam sekejap mata dan membuat dia terkejut. Matanya melirik kepada orang yang sudah menyelamatkannya.

Yang dilihatnya adalah seorang pria muda yang seusia dengan dirinya.

Rambut hitam panjang yang indah dengan mata tajam yang gelap. Pria itu memakai baju hitam yang cocok dengan warna rambutnya dan dia dibalut dengan jubah putih yang selaras dengan kulitnya yang mulus.

' siapa... Dia...?'

Matanya sedikit terbuka lebar. Dia tak menyangka ada seseorang yang memiliki karima serta ketampanan seperti pria itu. Ini adalah pertama kalinya bagi Mun zue melihat seseorang yang terlihat seperti malaikat sungguhan.

Tidak lain dan tidak bukan, pria muda itu adalah Gu Yuwen. Dia berdiri di dekat Mun zue.

Beberapa saat yang lalu, Gu Yuwen sudah memperhatikan semuanya dari dekat. Dia memperhatikan untuk muncul di waktu yang tepat. Tentunya, dia juga membiarkan Mun zue terluka dan terpojok.

Bukan tanpa alasan, tapi semua yang di lakukannya serta aksinya adalah bagian dari rencananya.

' terlihat seperti seorang penyelamat akan membuat mereka dengan suka rela membiarkan ku ikut dengan mereka... Terlebih, sepertinya aku bisa mencoba sesuatu dengan gadis ini...'

Wajah tanpa ekspresi itu, langsung tersenyum ringan kepada Mun zue.

" Apa kau baik-baik saja...?"

" ...Y-ya..."

Gu Yuwen membantu Mun zue untuk berdiri. Mun zue sedikit gugup dengan itu, tapi dia mulai berdiri dengan bantuan yang di berikan.

" Kau sudah baik-baik saja. Jadi, tunggulah sebentar. Aku akan menolong mereka."

" E-em..."

" Ah.. aku hampir lupa. Ku kembalikan pedang ini. Ini pedang yang bagus, jadi kau tidak boleh melepaskannya."

Gu Yuwen memberikan pedang itu. Pedang yang digunakannya adalah pedang Mun zue yang terlempar tadi. Itu sebuah pedang putih dengan corak kupu-kupu merah. Dari ketajaman serta bentuknya, pasti itu pedang mahal yang di tempa dengan baik.

' sayang disayang karena aku harus mengembalikannya... Tapi nanti juga...'

Gu Yuwen langsung mengambil pedang yang tergeletak di dekat bandit yang sudah mati itu. Dengan santai, dia langsung berjalan ke arah orang-orang yang sedang bertarung.

" Kau cukup kuat untuk seukuran bocah! Kau bisa menahan setiap serangan ku! Itu bagus! Karena akhirnya aku bisa bersemangat! Rasakan iniー!"

" Kuuhh!!!?"

Mo Heng menahan serangan itu. Tapi, tenaganya sudah hampir habis karena perbedaan kekuatan. Bukan hanya itu, dia juga harus melawan serangan dari bandit lain yang selalu tiba-tiba datang.

Mo Heng sangat ingin pergi kepada Mun zue, tapi dia tak bisa mengelak dari setiap serangan yang datang.

' seandainya aku lebih kuat lagi! Aku pasti bisa mengalahkannya lebih cepat! Aku harus bertahan! Tidak! Aku harus mengalahkannya! Aku harus cepat pergi kepada Mun zue!'

" Baiklah bocah! Mari kita selesaikan ini! Aku sudah agak bosan dengan mu! Aku ingin segera bermain dengan wanita itu! Matilahー!"

Bandit dengan tubuh yang penuh otot itu, dia mengangkat tinggi-tinggi pedangnya yang besar. Lalu, dengan sekuat tenaga yang dimilikinya, dia mengayunkannya dengan kuat.

' sial! Aku tidak akan bisa menghindarinya! A-aku akan mati.... ....!!'

Di saat kematian sudah berada di depannya Tiba-tiba ada yang menarik baju mo Heng kebelakang.

Bang!

Serangan itu mengenai tanah disana dan membuat tanah disekitarnya menjadi rusak. Tanah yang rusak menghembuskan debu-debu ke udara.

Tentunya bandit itu menyadari kalau dia tak mengenai targetnya. Dia kebingungan dengan itu. Dia hanya melihat sekilas kalau targetnya seperti menghindar kebelakang.

Debu-debu itu mulai menghilang. Di depan bandit itu ada Gu Yuwen yang sedang berdiri. Gu Yuwen menatap tajam kepada bandit itu.