1 Batal Liburan

Hari kelulusan dan wisuda pun tiba, Dreena merasa senang karena sebentar lagi ia akan menjadi siswi SMA. Yang berarti ia bisa lebih mandiri dan bertambah dewasa. Sebenarnya ia sudah bosan berada di sekolah SMP-nya, tidak ada kenangan indah yang tercipta.

Itu karena ia adalah siswi pendiam dan dingin. Jarang ada murid lainnya yang mau mengobrol atau berteman dengannya. Dreena memang murid yang cerdas, tapi sayang kepintarannya hanya ia simpan seorang diri.

"Congrats ya, Sayang. Kamu lulus dengan nilai yang memuaskan. Mama sangat bangga padamu, Dree." Sekar memberikan ucapan selamat kepada putri semata wayangnya seraya memeluknya erat.

Merasa risih diperlakukan demikian, Dreena melepas pelukan Mamanya. Dengan malas, Dreena hanya berdeham seraya tersenyum simpul. "Ayo kita pulang, Ma acara wisudanya 'kan sudah selesai." Dreena menarik tangan Sekar untuk keluar dari gedung auditorium itu.

"Ehh, iya."

Mereka berjalan menuju mobil yang terparkir di pelataran parkir sekolah. Sekar dan putrinya masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil sudah ada pak sopir yang menunggu sedari tadi sampai acara selesai.

Tidak sampai setengah jam mobil yang membawa mereka telah sampai di depan gerbang rumah. Cukup dengan membunyikan klason mobil, pintu gerbang itu pun terbuka.

Mobil pun melaju masuk ke halaman depan rumah dan berhenti tepat di depan pintu utama. Sekar dan Dreena segera turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah yang sudah disambut oleh asisten rumah tangga mereka.

"Sudah selesai acaranya, Nya?"

"Sudah, Bi. Alhamdulillah Dreena lulus dengan nilai yang memuaskan."

"Alhamdulillah. Wahh ... selamat ya, Non Dreena," ucap asisten rumah tangga itu tersenyum ke arah Dreena.

Bukan meresponnya, Dreena malah meloyor pergi begitu saja masuk ke dalam kamarnya. Ia memang sangat cuek dengan sekitarnya. Bukan karena ia sombong atau semacamnya, tetapi karena ia tidak mau orang lain tahu juga tentang masalahnya.

"Sayang, 'kan Bi Aida sedang ngomong denganmu! Kenapa kamu main pergi begitu saja?" teriak Sekar yang terkadang geram dengan sifat tidak sopan yang ditunjukan oleh putrinya itu.

"Tidak apa-apa, Nya. Mungkin non Dreena kecapekan. Oh iya, Bibi sudah siapkan makan siang kok di meja makan." Bi Aida tidak terlalu mempermasalahkan sifat angkuh dari anak majikannya. Ia sudah tahu sifat Dreena dari dulu. Meski begitu aslinya Dreena sangat baik dan peduli.

***

Sekar dan putrinya sudah ada di meja makan, mereka hendak menyantap makan siang yang sudah bi Aida hidangkan di meja makan. Di rumah seluas ini, mereka lebih sering makan siang berdua saja di meja makan yang berukuran cukup besar. Sebab Dreena adalah anak tunggal tanpa seorang saudara kandung. Hal itu mungkin memicu sifat Dreena yang dingin dan tidak peduli dengan sekitar.

"Rencananya kamu mau melanjutkan sekolah di mana?" Sekar bertanya sembari mengunyah makanan di mulutnya.

"Di mana saja, terserah Mama. Semua sekolah sama saja, bukan? Hanya untuk belajar dan belajar," jawab Dreena yang terlihat pasrah. Ia memang selalu menuruti apa yang orang tuanya inginkan.

"Ya sudah nanti biar Mama carikan sekolah SMA terbaik di Jakarta."

Dreena meneguk air di gelasnya lalu berdeham, "Ehmm ...."

"Karena kamu lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, apa permintaanmu kali ini, Dree?" Sekar bertanya kembali.

"Aku ingin berlibur ke Rumania," jawabnya singkat.

"Ah? Kamu tidak salah? Kenapa tidak ke negara tetangga saja dulu. Kita ke Korea, Jepang atau ...." Dengan cepat Dreena memotongnya. "Aku maunya ke sana Mama, Boleh ya?" Dreena menampilkan wajah manjanya yang sangat manis.

Sekar tidak mungkin menolak permintaan putri semata wayangnya.

***

Dua minggu kemudian, segala keperluan untuk berangkat ke Rumania sudah siap. Hari ini adalah jadwal keberangkatan mereka. Demi sang anak, Andres harus cuti bekerja selama 1 minggu lamanya.

Sejak tadi malam, Sekar sudah menyiapkan segala keperluan keluarganya.

"Mana Dreena, Ma?"

"Pasti tuh anak telat bangun, deh. Sebentar Mama panggilkan dulu ya, Pa." Sekar bergegas menghampiri kamar anaknya.

Sesampainya di depan pintu kamar putrinya, ia mengetuk pintu kamar Dreena dan memanggilnya. "Dree! Kamu sudah siap belum? Ayo kita sarapan dulu!" seru Sekar dari depan pintu.

Tidak ada jawaban dari Dreena. Sekar kembali mengetuk pintu di hadapannya dengan keras dan terus memanggil nama anaknya. Namun, Dreena tetap tidak menjawabnya.

"Sayang, kamu ada di dalam kamar 'kan?" Sekar mulai terlihat panik.

Tanpa menunggu waktu lama, ia mencari kunci cadangan pintu kamar anaknya. Setelah ketemu, ia langsung memasukkan anak kunci tersebut ke lubang pintu, lalu memutarnya dan segera mendorong pintu agar terbuka.

Ia melihat Dreena masih dalam keadaan terbaring. Ia berpikir jika Dreena masih terlelap dalam tidurnya. "Ya ampun nih anak. Dasar kebo, tukang tidur. Pasti dia habis begadang lagi," tutur Sekar langsung menghampiri Dreena yang terbaring.

Sekar berusaha membangunkan anaknya, tetapi Dreena tidak juga terbangun. Sekar pun panik dan langsung berteriak memanggil suaminya.

"Ada apa, Ma? Ada apa dengan Dree, Ma? Andres pun tak kalah cemasnya.

"Mama juga tidak tahu, kenapa Dreena tidak bangun-bangun dari tidurnya. Apa dia pingsan? Tapi kenapa?" Sekar mulai berkaca-kaca.

"Tenang, Ma biar Papa hubungi dokter dulu." Andres mengambil ponsel di saku celananya dan segera menghubungi dokter.

***

"Jadi bagaimana keadaan Putri kami, Dok?" tanya Andres.

"Putri Anda mengalami pingsan, sebentar lagi dia akan sadar," tukas sang dokter.

Benar saja, mata Dreena pun terbuka perlahan. Tapi tiba-tiba saja hidungnya menjadi terluka dan mengeluarkan darah segar dari lubangnya.

"Sayang! Kamu kenapa? Dok, anak kami kenapa?" pekik Sekar yang tampak sangat mencemaskan keadaan putrinya.

Dokter itu segera menuliskan surat rujukan agar Dreena segera di rujuk ke rumah sakit. Sebab kondisi yang Dreena alami sangatlah langka bagi sebagian orang yang baru saja sadar dari pingsannya.

Dreena menyeka darah yang mengalir dari hidungnya. Ia pun tak kalah paniknya. "Ma, Pa ... kenapa hidungku berdarah? Aku kenapa?" lirihnya.

Darah pun kini mengalir dari lubang telinganya. Apa yang terjadi dengan Dreena?

***

avataravatar
Next chapter