webnovel

UNWANTED MARRIAGE

WARNING 21+ Hanya sebatas pernikahan biasa, bukan pernikahan semata yang langsung bahagia. Anita Azaelia, ia adalah sosok wanita yang menginginkan kebahagiaan masa depan yang telah dikhianati oleh masa lalunya. Anita tidak pernah merasakan gejolak pada pernikahan yang telah diselenggarakan secara instan. Sejak kejadian menimpa saudara kandungnya, ia dijadikan jaminan sebagai tembusan atas kerugian menimpa abangnya sendiri. Ya, Anita tak menyangka hidupnya penuh segala cobaan yang dilaluinya. Bahkan ia tidak merasa rasa cinta dari suaminya yang telah dinikahkan olehnya. Apakah Anita dapat melewati semua cobaan setelah pernikahan tak terduga ini membuat ia harus melampui semua batas-batas konflik terhadap nasibnya? Inilah Kisah Pernikahan Anita, diambang keresahan dan kepedihan. **** Dimulai tanggal 20 Agustus 2020. Diselesaikan tanggal 14 Januari 2021. **** Baru bukan berarti aku bahagia.

Lsaywong · Urban
Not enough ratings
38 Chs

30. Sementara waktu

Malam telah tiba, pukul 9 malam, Andre berkemas barang-barang milik Anita. Sekarang Andre dan Antoni akan membawa Anita keluar dari apartemen nya, ya, dengan cara inilah yang bisa Andre lakukan. Meskipun keadaan Anita belum membaik, jalan satu-satunya melindungi Anita dari Stella.

Stella akan melakukan apa pun, bahkan satu hari saja tanpa kehadiran Andre di sampingnya, akan membuat tuduhan yang tidak-tidak untuk Stella nantinya. Antoni masuk kamar Anita, dan Andre mendekati Anita.

Anita sudah siuman dari tadi dari obat penenang diberikan oleh Andre pada siang. "Sudah beres semuanya?" Andre bertanya pada Antoni.

"Sudah," jawab Antoni.

Andre pun jongkok menghadap Anita. Masih terlihat wajah melamunnya. Andre berusaha untuk senyum, sebenarnya dia juga tidak tega melakukan hal ini. Mau bagaimana pun dia harus lakukan atas kemauan Stella.

"Sori untuk sebelumnya, aku harus lakukan ini padamu. Tunggu suasana kembali normal, aku akan menjemput kau kembali diperlukan ku, untuk sementara ini kau tinggal di sebuah rumah. Mungkin rumah makan siap saji. Tapi kau tenang saja, di sana mereka baik-baik. Tidak akan jahat padamu," ucap Andre pelan-pelan menjelaskan pada Anita.

Cukup lama Anita tidak menatap Andre, setelah mendengar suaranya, perlahan-lahan Anita pun mengarah dua bola matanya pada dua mata berwarna cokelat itu. Sementara Antoni menunggu di luar kamar.

"Jangan pasang ekspresi seperti itu, percaya aku akan kembali setelah suasana kembali normal," lanjut Andre berbicara sambil menyentuh wajah tirus Anita.

"Kau yakin? Kau akan kembali?" ucap Anita bersuara meskipun suara itu seperti berbisik.

Andre berusaha untuk senyum, "Yakin, kalau kau rindu, kau bisa telepon aku kapan saja di nomor ini," Andre memberikan selembar kertas telah tertulis angka tersebut di sana.

Tidak lama kemudian Antoni kembali masuk ke kamar Anita. "Bos!" panggilnya kemudian. Andre menyamping kemudian bangun dari posisi jongkok nya.

"Ayo!" Andre mengulurkan tangan kepada Anita. Anita pun mengulur tangannya. Genggaman tangan terakhir untuk Anita dan juga Andre. Andre tidak tahu kapan dia akan kembali di pelukannya.

Rasanya berat baginya untuk pisah. Meskipun baru beberapa minggu bersama wanita dia nikahi. Tetapi dia harus lepas dan memilih untuk berpisah sementara waktu hingga situasi kembali normal.

Di dalam mobil, Andre sesekali melirik lewat kaca depan. Di sana belakang tempat duduk melihat wajah Anita merenung seakan tatapan matanya kosong.

Tiba salah satu rumah petak namun bertingkat, Antoni dan Andre pun keluar dari mobil mereka. Kemudian Andre membuka pintu untuk Anita, sedangkan Antoni mengeluarkan barang milik Anita. Di sana seseorang telah menunggu, sambil memberitahu kepada seseorang. Albert sudah dari tadi berada di rumah itu sambil menunggu kedatangan mereka.

Anita mengangkat kepalanya melihat sekitar rumah yang sangat tidak bersih. Karena di luar rumah terdapat beberapa jualan makanan khas daerah kota Filipina tersebut. Seorang wanita berusia 30 tahunan itu menghampiri mereka. Meskipun logat bahasanya sangat pasif, namun masih bisa wanita itu pahami.

Andre membawa Anita masuk ke rumah itu tidak dipedulikan oleh pengunjung lain memperhatikan dirinya. Sampai di depan kamar, wanita itu membuka untuk mereka. Ternyata sudah tersusun rapi dan higenis. Mereka pun masuk, kemudian berikan Anita duduk di sana. Antoni meletakkan tas dan koper milik Anita di dekat televisi.

Albert melihat kondisi Anita cukup memperhatikan, padahal pertama kali berjumpa dia terlihat baik-baik saja. Andre, Albert, dan Antoni keluar sebentar dari kamar itu.

Di luar kamar tersebut tiga pria sedang berdiri membahas persoalan kasus Anita. "Apa di sini akan aman?" Antoni bertanya, dia sangat waswas akan kondisi Anita. Apalagi waktu masuk rumah ini lirikan mata para pria hidung belang mengekorinya.

"Aman! Tidak akan terjadi apa pun di sini. Apalagi, aku sudah bicara sama pemilik rumah ini untuk bungkam soal penghuni baru," jawab Albert.

"Lalu bagaimana kelanjutannya?" Antoni melirik Andre.

"Aku minta kau awasi dia terus, kalau ada terjadi apa-apa, tentang dia. Beritahu aku atau Antoni juga bisa. Sepertinya Anita butuh teman ngobrol, kau punya teman bisa menemani dia sementara waktu?" usul Andre, dia tidak tega melihat Anita tidur sendirian. Apalagi pengunjung rumah makan ini bisa saja melakukan kejahatan membuat dia semakin gila.

Antoni dan Albert berpikir keras, mereka tidak punya teman wanita. "Kalau tidak, aku yang jaga dia sementara waktu," ucap Antoni.

"Kau yakin, jangan buat macam-macam padanya jika tidak bagianmu hilang satu?!" ancam Andre, dia tidak rela kalau Antoni yang menemani Anita.

Antoni terkekeh, "Santai saja, kalau aku bertindak lebih bukan salahku. Bukankah kau bisa menikmati dengan istrimu ada di sini? Rindu dia, bayangi Stella adalah Anita."

"Berengsek kau!" Andre sudah mengangkat tangan siap meninju wajah Antoni. Tetapi di cegah oleh Albert.

"Sudah! Lebih bagus kalian berdua saja temani dia sementara waktu, untuk urusan Stella aku yang tangani. Helena pasti senang jika ada Stella di sini," kata Albert kemudian.

Antoni dan Andre tidak habis pikir, "Ada benarnya juga. Baiklah, kami serahkan padamu, Thanks ya, Bert!" Andre meninju dada Albert.

*****

Asrama putra, Rian mondar-mandir bagaikan seterika. Leon, Key, dan Rey sampai pusing lihat sikap temannya satu ini.

"Ada apa sih lo, Ian? Dari jam masuk kerja, elo uring-uringan mulu?! Heran gue lihatnya!" seru Leon mengangkat percakapan pertama.

Rian berhenti dan menatap ketiga temannya, sebaliknya mereka juga membalas menatapnya. Dan Rian menghela lalu melanjutkan mondar-mandirnya.

"Eh? Kalian tau nama Hardi?" tutur Rian berhenti mondar-mandir kayak setrika dan berjongkok berhadapan dengan ketiga temannya itu.

Key sedang enak menikmati ayam goreng yang baru saja dia beli sebelum menuju pulang dari kantor, kemudian Rey sedang asyik bermain ponsel sambil menikmati sajian makanan seperti Key, dan Leon ya sama makan juga, tapi baru selesai.

Mereka bertiga pun menoleh ketika Rian menyebutkan nama Hardi.

"Hardi? Maksud lo, Hardi Supratama?" tebak Rey walau ekspresinya seakan kaget kayak tidak kaget banget.

"Iya! Kenal?" Rian sudah harap banget mereka kenal. Jadi informasi tentang Anita tidak capek-capek cari ke mana pun.

Lama jawaban mereka, Rian sudah menunggu, dan Rey pun habis dengan makanannya. "Woi! Gue tanya! Kenal nggak?" Rian kembali bertanya lagi.

"Nggak!" jawab Rey enteng.

"Kampret lo! Gue daritadi tunggu, buang-buang kesabaran gue saja lo pada?!" Rian pun beranjak dari jongkoknya, kemudian beralih ke meja game.

"Kalau Hardi yang kerja di Poker Indo, gue kenal?! Bukannya dia sudah dipecat sama pemiliknya?" sambung Key, membersihkan meja di mana tadi mereka bertiga nikmati makan malam.

Rian pun memutar kursi game itu menatap harapan yang berbahagia banget. "Itu yang gue maksud?! Kenapa dia dipecat sama bosnya?"

"Penggelapan uang," jawab Key cepat.