13 Kenapa Harus Diterima

Allyna pulang dengan menangis. Sepanjang jalan dia menyetir sambil meneteskan air matanya. Allyna benar-benar tidak habis pikir, kenapa orang-orang bisa tega mengatakan hal-hal yang buruk tentang dirinya mengenai pernikahan ini. Allyna rasanya semakin marah dan ingin marah kepada Jhino. Ini semua adalah salahnya. Seandainya Jhino tidak menerima perjodohan ini, pastilah pernikahan ini tidak akan terjadi.

Sesampainya di gedung apartemen, Allyna segera naik ke apartemennya. Dia tahu kalau hari ini Jhino tidak ke kantornya karena dia sedang sibuk dengan dokumen-dokumennya yang ada di ruang kerjanya. Allyna benar-benar ingin mengamuk pada Jhino. Dia ingin Jhino tahu bahwa ini adalah akibat dari keputusan yang mereka ambil.

Allyna segera memasukkan password apartemennya dengan cepat. Dia langsung membuka pintu dan berjalan untuk mengetuk pintu kamar Jhino dengan tidak sabar.

Tok… tok… tok…

Tok… tok… tok…

Jhino membuka pintu kamarnya dengan khawatir karena Allyna mengetuk pintu kamarnya untuk pertama kalinya. Jhino sangat mengantisipasi apa yang akan dikatakan oleh Allyna. Jhino merasa gugup. Tapi dia sangat kaget saat membuka pintunya.

"Ada apa…?"

Jhino sangat kaget saat melihat Allyna sudah menangis tersedu-sedu di depan kamar Jhino. Jhino tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia pun bingung. Dia kemudian ikut duduk untuk menyamakan posisinya dengan Allyna.

"Ini semua salah kamu… Kamu… seandainya saja… tidak menerima… perjodohan ini… semua… tidak… akan terjadi," kata Allyna sambil menangis tersedu-sedu.

Dia kemudian bangkit dari duduknya dan segera menuju ke kamarnya. Jhino yang masih tidak mengerti apa yang terjadi hanya bisa mengikuti Allyna menuju kamarnya. Jhino tidak berani masuk ke kamar Allyna sehingga dia hanya berdiri di depan pintu. Sementara Allyna sudah mengacak-acak kamarnya. Dia membuang buku-bukunya ke lantai. Dia terlihat sangat frustasi.

"Allyna, tolong berhentilah! Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu seperti ini?" tanya Jhino yang sangat bingung dengan apa yang dilakukan oleh Allyna.

"INI SEMUA SALAHMU… SALAHMU… KENAPA HARUS DITERIMA???" raung Allyna. Dia kemudian menangis tersedu-sedu.

"Salahku? Menerima apa?" tanya Jhino yang masih bingung.

Allyna diam saja dan masih menangis. Dia terlihat sangat kacau. Beberapa saat kemudian, Jhino baru mengerti kenapa Allyna mengatakan ini adalah salahnya. Pastilah ini ada hubungannya dengan perjodohan ini.

"Apa ini tentang perjodohan? Ada apa lagi?" tanya Jhino dengan sabar. Dia berusaha untuk tidak marah kepada Allyna.

Allyna berhenti menangis. Dia sudah cukup tenang sekarang. Dia menatap Jhino dengan pandangan muak. Allyna sudah bersiap untuk menjelaskan semuanya.

"Kamu tahu? Sekarang orang sudah memandangku dengan pandangan jelek…" kata Allyna memulai ceritanya.

"Pandangan jelek? Kenapa?" tanya Jhino dengan tenang. Dia tidak mau memaksa Allyna buru-buru menceritakan apa yang sedang dia alami.

"Mereka… mereka sudah tahu kalau aku menikah. Aku tahu ini bukan yang terburuk. Tapi… aku tidak bisa terima mereka mengatakan hal yang buruk tentangku…" lanjut Allyna.

Jhino sangat kaget saat Allyna menceritakan ini. Saat pernikahan mereka waktu itu, Allyna sudah meminta kepada kedua orang tuanya untuk tidak mengundang teman-teman mereka di kampus. Walaupun Pak Aldo adalah seorang dosen, tapi dia berjanji hanya akan mengundang rekan-rekannya yang satu kampus dengannya saja. Tidak dengan orang-orang di kampus Allyna. Tentu saja ini membuat Jhino bingung darimana berita Allyna sudah menikah tersebar begitu saja.

"… Mereka mengatakan aku hamil duluan. Ada yang mengatakan aku menikahi seorang om om. Bagaimana aku harus menghadapi ini semua? Aku tidak bisa…. Aku tidak bisa… ini menyangkut nama baikku…." Imbuh Allyna kemudian menangis lagi.

Jhino sekarang tahu kenapa Allyna mengamuk dan menjadi sangat kacau. Jhino mendadak marah dengan orang-orang yang mengatakan hal yang buruk kepada Allyna. Tapi pembatasan hubungann mereka ini membuat Jhino juga terbatas untuk mengatakan semuanya kepada teman-teman Allyna.

"Seandainya kamu tidak menerima perjodohan ini, aku tidak akan menikah. Nama baikku tidak akan tercemar seperti ini…" kata Allyna kemudian menangis lagi.

"Allyna… aku… aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu berada di dalam keadaan ini. Aku tahu kamu sangat membenci perjodohan dan pernikahan ini. Tapi… aku tetap pada pendirianku. Aku hanya menuruti kemauan orang tuaku. Aku tahu kamu tidak menyukainya, tapi kita sudah menikah. Kita…" kata Jhino yang terhenti karena Allyna menatapnya dengan tatapan dingin dan muak.

Jhino menatap Allyna. Dia tidak mau menghindari tatapan Allyna karena dia ingin bertanggungjawab dengan apa yang sudah mereka putuskan dan mereka jalani. Jhino ingin Allyna tahu kalau Jhino adalah orang yang bertanggungjawab.

"Menuruti kemauan orang tua? Ya… lagi-lagi hanya itu yang bisa kamu katakan. Tidak adakah pembelaan yang lainnya? Aku bosan mendengarkannya. AKU BOSAN!" kata Allyna dengan marah.

"Aku tidak bisa memberikan pembelaan apapun. Saat ini, aku memang menjalani semua ini karena aku ingin menuruti keinginan mereka," kata Jhino.

Allyna merasa sangat marah. Dia kesal bukan main. Kalau saja dia punya kekuatan untuk menghancurkan tempat ini, dia pasti akan menghancurkan apartemen Jhino saja. Dia sungguh tidak ingin melihat wajah Jhino.

"Aku…" Jhino berhenti berbicara karena Allyna mendekat dan menatap mata Jhino lekat-lekat.

"Dengarkan aku, aku sungguh muak denganmu dan juga perjodohan ini atau pernikahan ini. Aku tidak ingin melihatmu, atau apapun itu. Aku tidak ingin mempertahankan pernikahan ini. Suatu hari nanti… suatu hari nanti aku akan meminta cerai kepadamu. Aku tidak ingin menjadi istrimu lagi," kata Allyna kemudian meneteskan air matanya.

Saat itu, dia meneteskan air matanya tepat di depan wajah Jhino. Dia tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Sementara Jhino yang menyaksikan ini, sungguh tidak sanggup. Dia tidak ingin melihat Allyna terus menerus menangis karena dirinya. Sungguh ini semua menyiksa batin Jhino. Dia tidak tega.

"Lyn… aku… aku minta maaf," kata Jhino akhirnya.

Dia tidak bisa mengatakan hal lainnya selain minta maaf kepadanya. Mungkin keputusannya untuk menerima perjodohan ini memang yang menjadi akar permasalahannya. Tapi, dia merasa ini adalah keputusan yang tepat. Entah kapan semua ini akan berakhir indah, tapi Jhino merasa semua akan berakhir indah. Entah ini hanya perasaannya sendiri atau memang harapannya yang paling dalam.

"Ingat perkataanku tadi. Aku… suatu hari nanti… aku akan meminta cerai darimu… Aku akan bebas… aku akan membebaskan diriku dari semua ini… aku tidak sanggup menahan semuanya… aku tidak bisa menerima ini semua…" kata Allyna kemudian menangis lagi.

Saking kacaunya dia sampai menangis sampai terduduk. Jhino rasanya ingin sekali memeluknya. Dia tahu ini sangat berat bagi Allyna. Tapi Jhino sudah berjanji, dia tidak akan pernah menyentuh Allyna kalau Allyna tidak mengizinkannya. Bahkan untuk memeluknya saja, Jhino tidak berani. Dia tahu Allyna sungguh muak kepadanya.

avataravatar
Next chapter