webnovel

BAB 30

Selesai mandi Imelda keluar kamar dan turun ke dapur untuk memasak. Sedangkan Ricandra mandi dan berganti pakaian di kamarnya.

Setelah siap Ricandra turun dengan tergesah-gesah karena tadi mendapat telpon dari mamanya kalau papanya masuk ruang ICU.

"Ayo ke rumah sakit!" Ajak Ricandra sambil duduk di meja makan dan meminum kopinya yang sudah di siapkan Imelda.

"Ada apa Mas?" Tanya Imelda setelah mematikan kompornya.

"Papa masuk ruang ICU." Jawab Ricandra.

"Sebentar Mas. Kita bawa bekal ya? Sayang masakannya kalo nggak di makan. Sekalian biar mama makan juga." Ujar Imelda.

"Hmmm." Balas Ricandra.

Setelah itu Imelda dan Ricandra berangkat ke rumah sakit bersama dengan membawa bekal. Karena perjalanan ke rumah sakit membutuhkan waktu tempuh kurang lebih dua jam. Imelda memakan sarapannya di dalam mobil sambil menyuapi Ricandra yang sedang mengemudi.

Sesampainya di rumah sakit Ricandra melihat mamanya menangis di depan ruang ICU.

"Apa yang terjadi Ma?" Tanya Ricandra pada mamanya.

"Tiba-tiba papamu nggak sadar Rick." Jelas mamanya sambil menangis.

"Mama tenang ya jangan menangis." Ujar Ricandra sambil memeluk mamanya.

"Keluarga Pak Bams?" Panggil perawat dari depan pintu ruang ICU.

"Ya Aku." Sahut Ricandra.

"Dokter mau berbicara. Silahkan ikut Aku Pak." Balas perawat itu. Ricandra pun berdiri dan mengikuti perawat itu ke ruang dokter yang menangani Pak Bams.

Imelda mendekati Bu Sofely dan menawarkan bekal yang ia bawa.

"Mama makan dulu ya? Biar nggak sakit juga." Ujar Imelda. Bu Sofely pun mengangguk.

"Makasih Imelda. Papa nggak salah pilih menantu." Ujar Bu Sofely sambil meneteskan air matanya. Imelda membalasnya dengan tersenyum lalu menyuapi Bu Sofely dengan bekal yang ia bawa.

'Mmmm enak. Pantesan Ricandra tambah gemuk. Istrinya pinter masak." Batin Bu Sofely setelah makanan itu mendarat di dalam mulutnya.

Sementara itu Ricandra sedang mendengarkan penjelasan dari dokter tentang keadaan Pak Bams sekarang.

"Lalu bagaimana dok? Lakukan yang terbaik untuk papa saya" Ujar Ricandra.

"Kami selalu melakukan yang terbaik untuk pasien kami Pak. Dukungan dan semangat keluarga juga perlu Pak." Balas dokter itu.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Ricandra.

"Berikan semangat. Meskipun hanya berupa kata-kata. Asal itu membuatnya untuk bersemangat hidup. Itu sangat membantu." Jawab dokternya.

Saat Ricandra sedang berbincang-bincang dengan dokter, seorang perawat datang memberitahukan bahwa Pak Bams telah sadar. Dokter pun mengerti dan segera pergi untuk memeriksa Pak Bams.

Setelah dokter memeriksa Pak Bams, Ricandra di perbolehkan menemui Pak Bams di ruang ICU.

"Papa kenapa?" Tanya Ricandra pada papanya dengan penuh kekhawatiran. Pak Bams memandang Ricandra dengan mata sayu.

"Papa harus semangat! Apa papa tidak mau melihat cucu papa? Imelda hamil sekarang. Papa harus kuat supaya bisa menggendong dan bermain dengan cucu papa!" Ujar Ricandra memberikan semangat pada papanya.

"Iya. Papa akan berusaha Rick. Papa ingin melihat cucu papa." Balas Pak Bams lirih dengan nafas yang berat.

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan papanya, Ricandra keluar dari ruangan karena papanya di anjurkan untuk beristirahat.

"Gimana keadaan papa Mas?" Tanya Imelda saat melihat Ricandra keluar dari ruangan ICU.

"Sudah sadar dan sudah lebih baik. Besok akan di pindahkan ke ruang perawatan." Jawab Ricandra sambil duduk di samping Imelda.

"Kamu nggak kerja Rick?" Tanya Bu Sofely.

"Nanti agak siangan aja Ma, sekalian bawa Imelda pulang." Jawab Ricandra.

"Kamu tadi bicara apa saja sama papamu?" Tanya Bu Sofely lagi.

"Memberinya semangat. Dokter mengatakan bahwa kita harus memberinya semangat. Jadi aku mengatakan kalau Imelda sedang hamil supaya papa tidak menyerah dan lebih bersemangat untuk menjalani hidupnya." Jawab Ricandra dengan entengnya.

"Apa-apaan kamu Mas? Aku kan nggak hamil?" Bantah Imelda.

"Aku terpaksa berbohong demi kesembuhan papa. Sekarang aku hanya bisa berusaha membuatmu hamil." Balas Ricandra santai.

"Mama istirahat dulu saja di ruang perawatan papa biar di temani Imelda. Aku akan berjaga-jaga disini" ujar Ricandra pada mamanya. Bu Sofely pun menuruti kata-kata Ricandra karena ia memang merasa sangat lelah. Ia pun pergi ke ruangan perawatan Pak Bams biasanya di temani Imelda.

Siang hari Ricandra mengajak Imelda keluar dari rumah sakit karena ia harus bekerja. Ricandra mengajak Imelda ke rumah orang tuanya. Ini pertama kalinya Imelda kerumah Pak Bams. Rumahnya lebih besar dari rumah Ricandra. Di depan ada satpam penjaganya.

Ricandra mengajaknya masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya di lantai atas.

"Kamu istirahat saja di sini. Nanti setelah pekerjaanku beres aku jemput. Kalau butuh apa-apa minta sama pembantu di bawah." Ujar Ricandra sebelum pergi meninggalkan Imelda.

"Iya Mas. Ini rumah siapa Mas?" Tanya Imelda yang memang tidak pernah ke rumah Pak Bams sebelumnya.

"Ini rumah papa. Kamu belum pernah kesini sebelumnya?" Tanya Ricandra balik. Imelda menggeleng.

"Ya sudah aku pergi dulu." Ujar Ricandra sambil mengulurkan tangannya. Imelda pun mencium punggung tangan suaminya itu.

Ricandra sengaja membawa Imelda pergi dari rumah sakit supaya Imelda tidak terkontaminasi penyakit. Ia tidak mau Imelda sakit karena ia sedang mempersiapkan diri untuk kehamilan Imelda. Ia tidak ingin mengecewakan papanya. Sebelum kebohongannya di ketahui papanya, ia ingin Imelda sudah hamil yang sesungguhnya.

Ricandra juga tidak mau membawa Imelda ke perusahaan karena itu membuatnya tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja. Sehingga ia meninggalkan Imelda di rumah orang tuanya yang kebetulan lokasinya dekat dengan perusahaan. Ricandra tidak pernah mampir ke rumah itu karena orang tuanya berada di rumah sakit dan adiknya kuliah di luar kota.

Ketika sampai di lantai bawah Ricandra memanggil kedua pembantunya. Ia memerintahkan pembantu satunya untuk menemani mamanya di rumah sakit. Sedangkan pembantu satunya untuk siap siaga apabila Imelda membutuhkan sesuatu.

Setelah kepergian Ricandra, Imelda melihat sekeliling kamar Ricandra. Ia melihat beberapa foto Ricandra yang terpajang di dinding kamar sedang memakai pakaian olahraga.

Di atas almari ia juga melihat beberapa piala. Ternyata dulunya Ricandra sangat pintar di sekolahnya. Ia selalu mendapatkan kejuaraan baik di akademik maupun olahraga. Imelda mengambil salah satu piala itu dan melihat tulisan disana.

"Juara 1 lomba lari sekabupaten." Ujar Imelda sambil membaca tulisan yang ada di piala. Ia pun meletakkan piala itu dan mengambil yang lain.

"Juara 1 lomba MIPA seprovinsi. Hmmm pantesan pinter." Gumam Imelda lagi sambil memonyongkan bibirnya. Setelah itu Imelda meletakkan kembali. Sebenarnya masih banyak piala lagi tapi Imelda malas untuk membacanya.

Karena bosan Imelda turun ke bawah dan menyalakan televisi di ruang tengah. Imelda melihat chanel secara acak dan muncullah berita selebriti. Di berita itu mengabarkan bahwa model cantik Roselia sudah mendarat di Indonesia setelah dua bulan di Singapura. Masa kerja yang sebenarnya di perkirakan tiga bulan kini di percepat sehingga tidak sampai tiga bulan Roselia sudah bisa kembali ke Indonesia.

"Hmmm dia kan pacarnya Mas Ricandra? Kalau dia kembali gimana nasibku? Kalau aku hamil gimana? Selama ini kan Mas Ricandra nggak pernah pakai pengaman. Aku juga di larang minum pil KB." Gumam Imelda. Ia tidak tahu kalau Ricandra sudah putus dengan Roselia. Dan Ricandra juga tidak memberi tahu Imelda. Setelah Ricandra pulang dari luar negri waktu itu, ia langsung meniduri Imelda dengan paksa.

Imelda menjadi kesal lalu mematikan televisinya. Ia pergi ke dapur hendak mencari makanan. Karena sudah lewat waktunya jam makan siang, ia merasa perutnya sudah lapar.

"Mbak nya mau apa?" Tanya pembantu yang di suruh Ricandra siaga apabila Imelda membutuhkan sesuatu.

"Mmmm Aku lapar Mbak. Aku mau makan." Jawab Imelda jujur sambil memegangi perutnya dan tersenyum canggung.

"Mbak nya mau makan apa? Biar Aku masakin sebentar." Tanya pembantu itu sambil tersenyum.

"Terserah mbak aja. Yang gampang dan tidak merepotkan." Jawab Imelda sambil tersenyum dan duduk di meja makan.

"Iya mbak. Tunggu sebentar ya." Ujar pembantu itu lalu membuka kulkas kebetulan ada ayam ungkep yang tinggal menggorengnya saja. Ia juga mengeluarkan beberapa sayuran untuk membuat pecel karena bumbu pecelnya juga sudah ada tinggal kasih air panas saja.