webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 30 : "Aku Pulang"

Marcello berada didalam kamar mandi hotel. Dia membersihkan diri dan melepas lelah dengan berendam di air hangat. Dia sungguh berusaha keras menyelesaikan pekerjaan nya. sampai bergadang tadi malam dan bangun pagi-pagi sekali. Seingatnya tiga malam berturut-turut ini dia hanya tidur sebanyak 2-3 jam saja. Tapi nyatanya semuanya baru bisa diselesaikan tadi sore.

Dia tidak ingin terlihat kacau saat bertemu liana malam ini. Jadi dia memutuskan mandi terlebih dahulu sambil menunggu jadwal penerbangan nya. sebenarnya hatinya sudah tidak tenang dan tidak sabar ingin bertemu liana. Apalagi tadi siang dia mendapat kabar dari reza bahwa liana tidak masuk kerja hari ini. menurut info yang didapat reza juga bahwa liana mengurung diri dirumahnya. Tidak terlihat keluar 1 hari ini. padahal Alvin dan Reyhan secara bergantian menjenguk nya. tapi tidak dibukakan pintu.

marcello berniat akan mendatanginya sesampainya nanti. Dia bertekad akan menungguinya jika tidak dibukakan pintu juga. Selasa malam adalah kali terakhir liana membalas pesannya. Satu hari ini ponselnya mati dan tidak bisa dihubungi. Macello sangat khawatir.

. . .

Liana berada didalam kamarnya. Bersembunyi dibalik selimutnya. Bantal nya basah seperti habis tersiram air. Matanya sembab bengkak. Ponselnya dibiarkan mati kehabisan baterai. Dia tidak berani meaktifkannya karena kemaren malam ibu nara menghubunginya. Sepertinya dia mendapatkan nomor ponselnya dari pengasuh panti.

Pukul 21.00

Liana memutuskan beranjak dari tempat tidurnya. Perutnya tidak bisa lagi diajak kompromi. Wajar saja karena terakhir kali dia makan adalah kemaren siang. Ditatapnya dirinya dicermin. Wajah cantiknya begitu menyedihkan. Dia pun memutuskan mandi,membersihkan diri terlebih dahulu.

Tok .. tok.. tok ..

Tok .. tok .. tok ..

Baru saja liana selesai berpakaian, sudah ada suara ketokkan yang tidak sabaran dibalik pintu rumahnya. Liana membiarkan nya sejenak. Dia menyisir rambutnya. Sepertinya liana enggan.

Tok .. tok .. tok .. (ketokan yang ketiga)

Liana tersentak seperti kelupaan akan sesuatu. Dia melirik jam dan tersadar. Jika semalam ini ada yang berkunjung kerumah nya tidak lain itu pasti 'si sultan'. Liana setengah berlari, dia begitu gembira. Seperti ada kembang api yang tiba-tiba meletus didalam hatinya.

Liana membuka pintu dengan tidak sabar. Didapatinya sosok lelaki dengan tubuh yang tinggin dan senyum hangat didepan rumahnya. Liana memeluknya rindu. Dengan erat dia melingkarkan tangannya pada leher marcel. membuat marcel harus sedikit menundukkan tubuhnya. itupun liana masih harus berjinjit dibuatnya.

Liana lagi-lagi menangis. Air matanya tidak tertahan. Bukan karena merasa sedih, tapi karena perasaan lega dan bahagia. Perasaan yang menenangkan saat melihat wajah marcello dihadapannya. Seakan segala kesulitan kesedihan dan kegundahan nya hilang menguap. Dia merasa mampu menghadapi apa pun dengan kehadiran marcello. Tanpa sadar sepertinya liana benar-benar terikat dengan marcel.

Marcel membatu dengan pelukan liana yang tiba-tiba. Dia tidak menyangka dengan hal ini. bukan kah beberapa menit yang lalu tidak ada respon dari liana,dia pikir liana juga tidak akan membukakan pintu untuknya. Seperti hal nya kakak beradik Ridho tadi siang.

Marcello membalas pelukan liana,dia melingkarkan tangannya pada pinggul liana. Menarik tubuh mungil itu semakin dalam, merapat pada tubuhnya. dirasakannya air mata liana yang hangat menetes membasahi bajunya, ditepuk-tepuknya pundak liana. Berusaha memberi ketenangan. Dia sadar bahwa liana sedang mengahadapi hari yang berat. Padahal hari nya pun juga berat tapi marcello tidak mengindahkan nya hanya untuk liana.

Setelah tenang liana melepaskan pelukannya. Marcello mengusap sisa air mata liana. Menangkup wajahnya dengan kedua tangan besarnya. Dipandang nya liana dengan penuh kasih.

"aku pulang" ucapnya dengan lembut, senyumnya sungguh menenangkan.

Melihat senyum marcello,Liana tersadar bahwa ternyata dia telah jatuh hati. Dan perasaan nya lebih dalam dan lebih besar dari yang ia tahu selama ini.

"Mmm .." liana meangguk dengan senyum manis

'Sungguh mengemaskan' batin marcello 'siapa yang tahan dengan wajah kucing kecil ini, pantas saja banyak yang berusaha mendekatinya. dia begitu memikat.'

"ehem ehem" reza sengaja berdehem

Reza dan Pak Handoko yang sejak tadi berdiri dibelakang lebih tepatnya disamping mobil. Mereka melihat segala pertunjukan romansa yang terjadi diantara keduanya. Mereka berserah diri tidak diangap disana. sunguh jika cinta sudah dirasa dunia terasa milik berdua.

liana tersentak, pandangan nya menyusuri asal suara. Didapatinya dua sosok diseberang sana yang sedang berjalan mendekat dengan menjinjing beberapa bingkisan. Mereka berdua Nampak tersenyum geli melihat liana yang baru menyadari kehadiran mereka. Dia bersembunyi dibalik tubuh besar marcello, menutupi wajahnya yang bersemu malu.

"sejak kapan mereka disini?" tanya liana sambil berbisik pada marcello yang Nampak tidak terkejut sama sekali.

"sejak tadi"

"apa?" liana menutup mulutnya yang setengah berteriak 'jadi sejak tadi? Berarti mereka melihat segala kejadian dari awal sampai akhir dong. Uuuhhh malunya' batin liana sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangan nya

"hai liana" sapa reza

"apa kabar nona liana" pak Handoko tersenyum ramah

Liana meangguk dengan senyum malu

"ini hadiah dari si sultan" reza menyerahkan bingkisan yang dibawanya

liana mengambilnya, dengan angukan terima kasih. Sedangkan macello mengambil apa yang dibawa pak handoko. Dia yakin liana sudah kewalahan dengan bingkisan yang diserahkan reza.

"ayo masuk dulu" isyarat tangan. Liana menawarkan pada reza dan pak Handoko.

"tidak, tidak perlu." Reza segera menolak setelah melirik pandangan marcello yang begitu tajam menghujam.

"kami akan langsung pulang nona,karena sudah terlalu malam" Pak Handoko menambahkan. Dia tahu tuan nya ingin berdua saja.

Marcello meangguk puas dengan perkataan pak Handoko. 'bapak memang tahu maunya saya' marcello membatin.

Akhirnya keduanya pamit pulang. Meninggalkan liana dan marcello. Liana mengajak marcello masuk. Liana baru sadar jika Reza pulang, bagaimana dengan marcello? Apa dia akan menginap disini? Mungkin reza akan menjemputnya nanti jika marcello sudah selesai. Pikir liana.

Liana memandang marcel yang tengah menyiapkan makanan yang dibawanya tadi diatas meja makan. 'syukurlah tidak perlu repot masak' batin liana. Dia Nampak seperti suami idaman. Setiap gerakannya sungguh membuat mata terpana. Begitu berkelas. Padahal hanya menyiapkan meja makan.

. . .

Reza memacu mobil kearah rumah orangtuanya. Dia berencana tidak akan menjemput marcello. Dia akan membiarkan marcello bemalam disana. dia sungguh merelakan diri jika besok hari marceello akan memarahinya. Dia sungguh lelah, diporsir marcello bekerja 3 hari belakangan. Dia ingin beristirahat dengan tenang malam ini.

"peduli amat dia mau marah atau apa. Yang penting malam ini tidur nyenyak. Seharusnya dia bersyukur ku beri alasan untuk bisa bermalam dirumah liana" reza bergumam sendiri

Reza bersenandung dengan riang. Sambil membayangkan wajah marcello yang kalut mencari tumpangan malam ini untuk bisa pulang.