webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 25 : 'Mama'

"ayo berangkat" liana mengajak reyhan dengan wajah cueknya

"oke …,ayo " reyhan segera berdiri wajah nya begitu sumringan

Reyhan terbiasa dengan sikap jutek dan cuek liana. Dia juga terbiasa mendengar penolakan dari gadis itu,biasa dikasari dan dipukul. Tapi dia tahu liana tidak membencinya. Walaupun liana mengatakan tidak,tapi tetap saja setiap kali dia akan menuruti mau nya reyhan.

Reyhan membuka tas ranselnya. Mengeluarkan sebuah bingkisan dari sana.

"oh iya … ini pakai" reyhan memberikan bingkisan itu pada liana

"apa ini?" isyarat tangan. Liana bertanya

"hadiah. Buka dan lihat sendiri"

Liana membuka bingkisan nya. sebuah jaket kulit sintetis dan juga topi ada didalam nya. liana memandang reyhan dengan mata berbinar. Dia sunguh menyukai hadiah reyhan.

"aku hanya ingin memantaskan penampilan mu saat naik motor bersama ku. Malu juga aku jika penampilan mu seperti itu." reyhan memandang liana dengan ejekan.

Padahal tidak ada yang salah dengan penampilan gadis itu. Liana memukul reyhan. Liana merasa kesal dengan kata-katanya. Dia memang selalu seperti itu. ketika memberi hadiah pasti setelahnya dibarengi kata-kata ejekan. Reyhan meringis dan tertawa geli menerima pukulan liana yang kesekian kali.

Liana melepas jaket rajut yang dipakai nya. menganti nya dengan jaket yang diberikan reyhan. Jaket itu pas sekali ditubuh liana. Warna jaket itu persis seperti yang dipakai reyhan. Reyhan puas melihatnya. Mereka Nampak coupel sekarang pikirnya.

Reyhan memasang kan helm pada liana. Dia memandang wajah liana dengan lekat. Setiap kali liana tidak pernah dibiarkan memasang helm nya sendiri. karna hal ini berlangsung selama ini,liana biasa saja. Ini seperti rutinitas reyhan,saat akan memboncengnya.

Reyhan memacu motornya. Tangan liana yang berada dipundaknya,selalu berhasil berpindah melingkar ketubuhnya dengan sedikit trik yang reyhan mainkan. Dan triknya tidak pernah gagal. Dia menikmati perjalan. Selalu semenyenangkan ini saat membonceng liana baginya.

. . .

Benar saja saat liana sampai anak-anak berlari menyambutnya. Mereka mengerumbuli nya. hari itu liana bermain dan bercengkrama dengan gembira. Seharian itu dia habiskan disana. dia juga membantu berberes dan membersihkan panti. Kegiatan yang sama yang selalu dia lakukan selama ini.

Setelah keluar dari sana saat lulus SMA,liana mulai mencari pekerjaan dan juga melanjutkan kuliahnya. Walaupun dengan segala kesibukan nya dia selalu menyempatkan diri berkunjung setiap bulan nya. sebenarnya dia tidak perlu memikirkan biaya kuliah,karena direkening bank miliknya setiap bulan selalu ada kiriman uang yang dia tidak tahu dari mana. Rekening itu dulu dibuatkan oleh ayahnya, diberikan saat ulang tahun nya yang ke-9. Liana menyimpan nya selama ini,saat dia akan masuk SMA liana mencoba mencek isinya. Dan tidak disangka isinya selalu bertambah setiap bulan. Dan itu cukup untuk biaya hudupnya dan sekolahnya.

Dia sunguh sangat bersyukur,bahkan saat ayahnya itu pun tiada dia sama sekali tidak membiarkan liana kesusahan. Dia menyiapkan urusan masa depan liana. Dia begitu menyayangi nya setulus hati.

Sore itu sebelum pulang liana dipangil keruangan ibu Siti,pengurus sekaligus ketua yayasan panti asuha itu. dia memandang liana lekat. Dia mempertimbangkan dan mengatur kata-kata yang akan dikeluarkannya.

"ada apa bu?" isyarat tangan. Liana membuka pembicaraan.

"begini .., mm .. bagaimana ya memulainya" ibu Siti terlihat ragu

Liana menantikan kelanjutan kata-katanya dengan sedikit tegang. Karna biasa nya jika ibu Siti seserius ini padanya,itu berarti apa yang akan ia sampaikan begitu penting.

"kemarin sore ada pangilan dari luar negri yang masuk kesini. Seorang wanita yang berbicara. Dia menanyakan perihal Liana" ibu siti memandang liana lekat, dia mendekati liana,duduk disamping nya.

"dia bertanya apa ibu masih berhubungan dengan liana,bagaimana kabar liana,apa liana masih disini,ibu beri tahukan bahwa liana sudah tingal sendiri,dan baik-baik saja. Dia lantas bertanya alamat liana dan juga nomor ponsel liana. Tapi tidak ibu berikan. Karena ibu ingin tahu pendapat liana dulu tentang masalah ini. Ibu ingin liana yang memutuskan hal ini." Ibu Siti mengawasi ekspresi liana

"siapa wanita yang ibu maksud?" liana bertanya,dengan hati-hati.

Liana sunguh tidak menyangka ada orang yang muncul menanyakan tetang dirinya. Bukan kah dia tidak punya siapa pun lagi selain ibunya yang entah dimana itu.

"orang yang selama ini liana tunggu" ibu Siti mengenggam tangan liana "mama liana"

Ibu siti makin mengeratkan gengamannya,dirasanya tangan mungil liana gemetar. Ekspresinya terkejut,dia mengelengkan kepala,menolak apa yang baru saja ia dengar. Matanya berkaca-kaca.

"ini benar-benar mama liana, dia mencari liana" ibu Siti mengulangi, dipeluknya tubuh liana dengan hangat. Dia tahu liana sangat terkejut saat ini. Di tepuk-tepuk nya pungung liana,menenangkan gadis itu.

'Kenapa baru sekarang dia mencari ku. Aku sungguh sudah menyerah menanti nya datang. Aku sudah merelakan dia untuk pergi. Aku sudah tidak berharap lagi dia akan menemui ku. Kenapa baru sekarang ma? Kenapa? Liana sudah terlanjur membenci mama,liana sudah memutuskan meanggap mama telah tiada. Kenapa nga biarkan aja liana sendiri seperti ini selama nya.'

Liana menangis terisak-isak didalam pelukan Ibu SIti yang selama ini telah mengurusnya. Memperlakukan nya dengan baik,memperhatikan nya dengan penuh kasih sayang. Ibu siti tidak tahan mendengar tangisan liana,hati nya juga ikut teriris merasakan emosi liana,dia pun ikut menangis bersama liana. Dia tahu liana begitu merindukan sosok mamanya,walaupun yang memasukkan dan mengantar liana kepanti ini adalah orang yang sama.

. . .

Reyhan menunggu diluar ruanagan ibu Siti. Dia mendengarkan isi pembicaraan keduanya yang samar-samar terdengar. dia mengepal tangan nya saat mendengar liana terisak didalam. dia merasa hati nya pedih setiap kali liana menangis. Dia berjalan keluar,memutuskan untuk menungu liana dihalaman.

Tidak berselang lama liana keluar diantar oleh ibu Siti. Matanya sembab dan merah dengan hidung berair. Liana berpamitan, memeluk ibu Siti sekali lagi.

"sudah selesai?" tanya reyhan lembut

Liana meangguk lesu. Memasang jaketnya dengan lunglai.

Reyhan merebut jaket itu,membantu liana memakainya kemudian memasangkan helm. Sebelum memacu motornya reyhan menatap ibu Siti, yang menyeka air mata nya yang kembali jatuh.

"hati-hati ya,jaga liana ya nak rey" ibu siti berpesan

"siap bu,tenang aja" reyhan menjawab dengan mantap

Reyhan tidak mengantar liana langsung pulang. Dia membawanya berkeliling dengan motornya,menikmati langit yang mulai meredup dan berganti malam. Liana tidak protes,dia diam sepanjang perjalanan. Dia menangis dalam diam. Tangannya erat memeluk reyhan dari belakang,seakan takut dengan kecepan motor yang dipacu kencang oleh reyhan. padahal dia menyembunyikan diri disana.

Reyhan mengerti dengan sikap liana. Bukan hanya sekali dua liana menangis diatas motornya seperti ini. reyhan juga selalu membawanya berkeliling disaat-saat begini sampai bensin motornya hampir habis baru lah dia mengantar liana pulang. Reyhan sadar dia tidak lah pandai merangkai kata untuk menghibur liana,hanya seperti ini lah cara dia untuk mengibur gadis itu.