webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 22 : 'Tidak Akan Menyerah Sebelum Berperang'

"ada mobil didepan rumah liana"

"mana?" marcel ikut memperhatikan keluar jendela mobil

"mobil siapa ya,malam-malam begini" reza mengoda marcel

"stop disini" marcel memerintahkan

"rumah liana masih didepan cel" reza binggung karna marcel minta dihentikan mobil 2 rumah jaraknya dari rumah liana.

"turuti saja" marcel tidak menerima protes

"siap"

Pukul 21.35

Marcel melirik jam tangannya. sudah 15 menit dia berada didalam mobil. Marcello menunggu orang yang berkunjung dirumah liana keluar. Reza hanya melirik marcel,tidak berani membuka pembicaraan karena saat ini wajahnya lebih dinggin dari biasanya. Sepertinya suasana hati nya sedang tidak baik.

Marcel kembali melirik jam tangannya,setelah 10 menit berlalu. Tiba-tiba pintu rumah liana terbuka. Keluar sosok seorang laki-laki dari sana.

"cel,mereka keluar" reza memberitahu marcel yang sudah menatap tajam keluar "ooohhh..udah tahu ternyata"

"siapa ya itu,sepertinya kenal" reza ngoceh sambil menyipitkan mata memperhatikan laki-laki didepan sana

"ooohhh…itu kan Alvin cel!" reza menatap marcel disamping nya.

Marcel diam seribu bahasa tapi matanya menyiratkan kemarahan. Tanggannya terkepal kuat. Dia menahan emosi yang memuncak dihatinya. Didepan sana dilihatnya Alvin lagi-lagi memeluk liana,lalu meletakkan tangannya pada puncak kepala liana,mengelusnya lembut.. dia menyentuh liana dengan luasa. sungguh pemandangan yang membakar hati dan perasaan.

"bagaimana cel? Kamu jadi mau mampir kerumah liana?" reza bertanya dengan hati-hati setelah melihat mobil Alvin pergi beberapa menit lalu,dan liana sudah kembali masuk kerumahnya

"tidak,kita pulang saja" jawab marcel tanpa menatap reza "aku lelah" ujarnya sambil menyandarkan punggung nya,matanya terpejam.

"baiklah" reza kemudian menjalankan mobil nya pulang

Mereka sudah setengah jalan. Marcel masih diam dengan mata terpejam. Sepertinya dia sedang berpikir sekarang atau mungkin sedang meredam amarahnya. Entahlah,hanya dia dan tuhan yang tahu.

"mau makan dulu" reza kembali bertanya saat mobil hampir mendekati restoran yang biasanya dikunjungi marcel untuk makan malam.

Marcel membuka matanya,melihat keluar jendela. Dia tidak menjawab sampai melewati restoran itu. tiba-tiba tubuhnya ditegak kan. Dia menatap reza

"ada apa cel?" tanya reza binggung

"putar balik,kita kembali" katanya dengan serius

"kemana? Kerestoran ? mau makan?" reza bertanya sambil memutar balik mobil

"tidak,tapi kerumah liana"

"APA???" reza tiba-tiba menginjak rem saking terkejutnya

"hey…hati-hati" protes marcel

"maaf-maaf" reza mencari tempat parker dipinggir jalan.

"jadi maksud kamu kita kembali kerumah liana sekarang?" reza mematikan mobil dan bertanya serius pada marcel

"iya" jawab marcel mantap. "kamu belum lelah kan? Bisa antar aku kesana ?" marcel bertanya dengan rasa bersalah. Dia takut reza kelelahan karna sudah seharian berada dibelakang setir mengantarnya kesitu kemari.

"untuk apa kesana lagi? Kamu mau marah pada liana?" reza was-was dengan marcello "aku sungguh tidak masalah mengantar mu kemana pun sepanjang hari dan sepanjang malam,tapi yang jadi masalah adalah niat mu kesana dan apa yang akan kau lakukan"

"kau berpikir apa sih? Aku kesana untuk bertemu dan pamitan kepada liana. Besokan kita akan berangkat lagi,dan kali ini kemungkinan cukup lama,sekitar selama 10 hari. Aku ingin melihatnya sebelum pergi. Dan lagi aku tidak ingin kalah sebelum berperang" marcel menjelaskan dengan berapi-api

"syukurlah,aku pikir kau akan mengamuk disana karena cemburu buta" reza mengelus dadanya,merasa lega dengan jawaban marcel. "aku mendukung perjuangan mu,aku akan antar" reza melajukan mobilnya kembali kerumah liana.

. . .

Liana duduk didepan meja rias,membesihkan wajahnya bersiap pergi tidur. Dia berusaha tidak memikirkan perkataan Alvin barusan. Dia yakin Alvin hanya sedang mengodanya,bermain-main dengan kata-kata. Suara mobil berhenti di depan rumahnya,membuat liana menebalkan telinga. 'sepertinya mobil si sultan' pikirnya. Liana bergegas keluar kamar dengan setengah berlari,membuka sedikit gorden jendela nya memastikan tebakan nya benar.

Entah mengapa hatinya tiba-tiba berbunga-bunga dan bersemangat. Dia merasa aneh akan dirinya. Lalu menghentikan niatnya. 'kalo pun dia,memang kenapa? Kenapa harus merasa sesenang ini? Dia kan bukan siapa-siapa ku. Lagian mana mungkin si sultan itu kemari malam-malam begini' pikir liana sambil melirik jam dinding nya yang menunjukkan pukul 10 malam. Dia berjalan kembali kekamar dengan gontai. tiba-tiba...

Telepon selulernya berdering,dia segera menyambarnya. Jantung nya berdetak kencang melihat nama 'si sultan' dilayar ponselnya. Tanpa sadar liana meloncat kegirangan. Diaturnya suaranya sebelum meangangkat pangilan itu,seakan-akan dia malas menerimanya

"halo" liana bicara dengan nada malas yang dibuat-buat

"belum tidur?" marcel bertanya,suara berat nya yang khas begitu indah terdengar ditelinga liana

"baru saja akan tidur. Ada apa?" liana masih dengan nada suara malasnya,padahal jantungnya berdegup begitu kencang mendengar suara marcello diseberang sana

"boleh bertamu sebentar? Aku di depan rumah mu"

"apa?" liana terkejut

'HAH? Benar itu mobilnya' liana kembali membuka gorden jendela nya. Marcel benar-benar sedang berada diluar rumahnya. Dia berdiri,bersandar dimobilnya. Masih dengan setelan jas kerjanya. Wajah tampannya makin menawan dibawah sinar lampu jalanan. begitu kontras dengan malam yang gelap

"aku diluar rumah mu,boleh tidak mampir sebentar?" marcello mengulangi pertanyaannya

"ti…ti…dak,jang…jangan. Ini sudah malam,malu sama tetanga" liana menjawab bertolak belakang dengan kemauan hatinya

Marcel tertawa mendengar suara liana yang tebata, dia mengacak rambutnya, melongarkan dasi nya, Membuka dua kancing atas kemejanya.

"aku mohon,hanya sebentar,aku benar-benar ingin melihat mu saat ini" marcel melembutkan suaranya

wajah liana merona melihat penampilan marcel diseberang sana. Penampilannya yang urak-urakan begitu mempesona. 'apa yang dia pikirkan mengucapkan kalimat itu dengan penampilan seperti itu. benar-benar bikin baper' hati liana luluh

"baiklah,sebenter saja ya"

"ok" marcel bersemangat mendengar jawaban liana

"tunggu sebentar" liana mematikan ponselnya,merapikan rambutnya yang tergerai. berlari kecil menyambar gardigan.

"baiklah"

Krek..pintu dibuka,sosok wanita dengan baju tidur berwarna putih dengan sweter hitam keluar. Rambutnya yang lurus tergerai indah tertiup angin malam dengan lembut. Marcel terpana,dia merasa sedang disambut oleh seorang istri yang menantinya pulang kerja. benar-benar pemandangan yang indah. pikir Marcello.

Marcel mendekat, sambil membawa kotak kue. senyumnya sungguh menawan. Jantung liana berdegup makin kencang. dia terkesima dengan penampilan marcello, 'kenapa harus setampan ini sih si sultan,bikin meleleh saja' batin liana. 'jangan berpenampilan dan bersikap begini,lama-lama aku bisa salah sangka. Jika tidak berniat serius lebih baik pergi saja. Aku takut patah hati dan dicampakan'. pikir liana

"ka Reza tidak diajak masuk?" tanya Liana

"tidak,dia katanya mau cari makan" Marcel menjawab asal

"oooh...ayu masuk" Liana mempersilakan

Marcel melambaikan tangan pada Reza yang berada didalam mobil,menyuruhnya pergi.

"dasar,habis manis sepah di buang" Reza bergumam saat melihat lambaian tangan Marcel.