1 Sakit Hati

"Zia, bagaimana dengan penampilanku?" tanya Freya tengah memakai dress berwarna merah maroon.

"Aku tidak suka dengan warnanya, Fre. Terlalu mencolok dan seksi. Tidak sesuai dengan usia kita. Kita cuma mau hangout dengan Harshad, 'kan? Kalau kamu memakai baju itu, kamu seperti mau pergi ke pesta pernikahan." Shazia merasa kalau penampilan Freya terlalu berlebihan.

"Tapi, aku harus terlihat cantik, Zia. Kamu juga tahu, 'kan? Aku wanita tercantik di sekolah maupun—"

Shazia langsung memotong percakapan Freya. "Maupun di keluargaku? Hahaha, kamu selalu mengatakan itu. Ya, kamu memang cantik aku akui itu. Tapi, otakmu sedikit lemot! Hahahaha," ledek Shazia sekaligus membuat Freya merasa kesal.

Freya langsung cemberut setelah mendengar perkataan Shazia. Shazia juga tidak peduli dengan hal tersebut. Baginya, berkata apa adanya itu lebih baik. Shazia langsung berjalan mendekati lemari baju. Ia juga menjulurkan jari telunjuknya untuk memilih baju yang cocok untuk dipakai oleh Freya. 

"Nah, ini baju yang cocok buat kamu. Warna biru gelap ini akan membuat kulit kamu semakin terlihat cerah. Pakai ini saja, jika kamu mau menggantinya lagi. Aku tidak akan mau membantumu dalam hal apapun." Shazia kembali duduk di pinggiran ranjang seraya menyilangkan kedua tangannya di atas abdomen.

"Baiklah, aku akan memakai baju pilihanmu ini. Tapi, kamu juga harus memakai baju pilihanku, ya?" Freya juga tidak mau kalah.

"Terserah kamu, tapi kalau aku tidak menyukainya akan aku ganti!" canda Shazia dan sengaja membuat bibir Freya kembali meruncing. "Hahahaha, kamu terlalu serius menanggapi perkataanku, Fre. Ya sudah, cepat cari saja baju di dalam lemariku itu. Nanti apa kata Harshad jika kita terlambat datang ke resto. Dia akan mengomel lagi kepada kita berdua," gerutu Shazia seraya membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Sebenarnya, Shazia takut dengan pilihan yang akan diberikan oleh Freya. Karena selera Freya sangat buruk jika memilih sesuatu hal. Benar saja, yang ditakutkan oleh Shazia. Freya memberikan baju dengan motif polkadot pelangi kepada Shazia. Shazia sebenarnya tidak mau memakai baju tersebut. 

Tetapi, ia terpaksa memakai baju itu untuk menghargai Freya. Setelah sampai di resto, Shazia merasa kalau kakinya seperti ditimpa oleh beban seratus kilogram. Hal itu terjadi karena ia malu dan tidak percaya diri memakai pakaian yang sudah dipilihkan oleh Freya. Shazia berulang kali menelan saliva-nya. 

"Zia, kamu kenapa masih duduk di dalam taxi? Ayo buruan, kita sudah ditunggu sama Harshad di dalam sana." Freya berusaha menarik tangan Shazia.

Shazia enggan turun dari dalam taxi. "Kamu saja deh, cepetan sana. Aku mau pulang saja, tiba-tiba kepalaku pusing," elak Shazia agar bisa menghindari pertemuan itu.

"Ih, tadi kamu baik-baik saja! Tapi, kenapa sekarang malah sakit? Oh, kamu mau membohongiku, ya? Atau ada seseorang yang kamu takuti di dalam sana?" Freya menjulurkan telunjuknya kepada Shazia.

"Ish! Kamu ini, sudah aku bilang kepalaku secara mendadak menjadi pusing. Aku harus pulang sekarang, ya," ujar Shazia berusaha menutup pintu mobil.

Tetapi, Freya kembali menarik tangan Shazia. Sehingga, Shazia langsung terjatuh ke aspal. Freya juga tidak sengaja melakukan hal tersebut. Ia langsung meminta maaf kepada Shazia atas perbuatannya itu. Shazia juga tidak mempermasalahkan perbuatan Freya.

"Kau ini kenapa, sih? Kamu kenapa menjadi aneh seperti ini?" tanya Freya yang masih penasaran dengan sikap Shazia.

"Bodoh! Aku merasa insecure karena baju yang sudah kamu pilihkan ini!" batin Shazia bermain. "Begini, Fre. Kepalaku sakit beneran, Dah! Aku tidak bohong." Shazia berusaha berdiri dan membersihkan pakaiannya.

"Hei!" sapa Harshad dari dalam resto.

Shazia spontan memejamkan kedua matanya ketika melihat Harshad. Shazia pun sedikit memalingkan wajahnya ke samping kiri agar tidak langsung terlihat oleh Harshad. Harshad langsung mendekati kedua temannya yang masih berdiri di pinggir jalan.

"Eh, kenapa kalian berdiri di sini?" tanya Harshad. 

Harshad langsung menarik tubuh Shazia. Shazia hanya tersenyum canggung ketika melihat Harshad. Harshad spontan tertawa melihat penampilan Shazia. Tetapi, tidak dengan Freya. Freya malah memarahi Harshad karena menertawai Shazia.

"Kamu ini seperti ibu-ibu tahun delapan puluhan! Lucu sekali, ini penampilan apa? Kamu mau pergi ke sirkus? Membuat sebuah pertunjukan yang sangat memalukan?" ledek Harshad seraya memukul-mukul bahu Shazia dengan pelan.

Kedua mata Shazia langsung memerah. Namun, Shazia masih bisa menahan rasa sakit hatinya itu. Shazia memang pribadi yang dominan. Tetapi, ada kalanya dia bisa menerima setiap kritikan dari kedua sahabatnya.

"Kamu terus saja menertawaiku! Sepuasnya tertawa! Kamu juga harus tau, kalau baju yang kupakai ini pilihan dari Freya. Kamu seharusnya berpikir dulu sebelum berbicara! Kamu ini sebenarnya sahabat atau musuhku, sih? Berbicara selalu menyakitkan hati!" celetuk Shazia di dalam hatinya. "Hm, Harshad kamu kenapa mengatakan itu? Pakaian yang aku pakai ini di pilihkan langsung oleh Freya, loh." kedua mata Shazia langsung melirik ke arah Freya.

Setelah mendengar penjelasan dari Shazia. Harshad langsung meminta maaf kepada Freya. Tetapi, ia tidak meminta maaf kepada Shazia. Hal itu sudah biasa Shazia terima sejak mereka bertemu dengan Freya. Harshad  memang lebih peduli dengan perasaan Freya daripada Shazia. Rasa iri dan cemburu sudah pasti ada di dalam hati Shazia. Tetapi, Shazia tidak pernah mau menunjukkan rasa itu kepada dua sahabatnya. Baginya, perasaan yang ia miliki itu tidak begitu penting. 

"Ya sudah, ayo masuk! Kalian mau berdiri di sini saja?" tanya Harshad dengan tatapan yang masih terfokus kepada Freya.

"Ayo," jawab Freya.

Shazia langsung membalikkan bola matanya ketika dua sahabatnya itu pergi secara bersamaan. Ia sebenarnya merasa cemburu sejak Harshad dan Freya saling bertatapan mesra di hadapannya tadi. Namun, Shazia hanya berekspresi datar agar tidak terlihat terlalu menyedihkan. Mereka juga berjalan hanya berdua dan meninggalkan Shazia di barisan belakang. Hal tersebut semakin membuat Shazia merasa kesal. Lagi-lagi, Shazia memilih untuk tetap terlihat baik dan sabar dalam menghadapi perilaku Harshad.

"Hatiku hancur melihat kalian berdua berjalan bersama di hadapanku! Tapi, aku harus tetap menyembunyikan rasa sakit ini. Karena, aku juga tidak mau terlihat buruk dihadapan Harshad! Aku juga tidak mau membuat persahabatan kita hancur karena perasaanku ini. Mungkin, aku akan tetap diam untuk mencintaimu, Shad!" batin Shazia masih terus berkata-kata.

Shazia yang kesal langsung memesan semua makanan yang paling mahal di resto tersebut. Ia juga tidak peduli dengan tagihan yang akan ia bayar nantinya. Shazia memang anak dari keluarga yang terpandang. Kedua orang tuanya pemilik dari pertambagan emas terbesar pertama di Indonesia. Hal tersebut membuat Shazia semakin mendominasi di antara kedua teman-temannya itu.

"Zia, kamu serius memesan semua makanan ini?" tanya Freya seraya mengambil sepiring makanan yang ada di hadapannya.

"Iya, makan saja! Aku yang akan membayarnya," ucap Shazia dengan lantang.

Kedua mata Shazia masih melirik Harshad yang sejak tadi masih sibuk dengan ponsel. "Heh! Kamu mau makan atau mau melihat ponselmu itu?" tanya Shazia yang masih merasa kesal dengan Harshad.

"Iya, makan duluan saja," jawab Harshad dengan singkat.

Kedua mata Shazia langsung menyipit. Ia pun kembali menyantap makanannya. Setelah selesai menyantap makanannya, Harshad mengajak Freya untuk menemainya menonton bioskop. Shazia langsung terbatuk setelah mendengar perkataan Harshad.

"Kamu kenapa? Ini minum dulu," ucap Harshad sekaligus memberikan sebotol air kepada Shazia.

"Kamu mengajak Freya menonton bersama. Tapi, kenapa kamu tidak mengajakku juga?" Shazia merasa terasingkan oleh perkataan Harshad.

"Hahaha, aku ingin menonton berdua bersama Freya. Kamu bisa cari pasanganmu sendiri. Kamu tahu kata pepatah orang berpacaran?" tanya Harshad ingin menjahili Shazia.

"Tidak, memangnya apa?" tanya Shazia dengan polosnya.

"Orang ketiga biasanya dikatakan apa?"

"Setan? Nyamuk? PHO? Apa sih?" jawab Shazia.

"Nah, itu kamu tau," ujar Harshad

"Jadi, maksudmu! Aku ini setan? Nyamuk? PHO? Ah!" Shazia spontan melemparkan kotak tisu kepada Harshad. "Kamu ini! Freya, lihat Harshad! Dia selalu meledekku." Shazia langsung menyeka air mata yang sudah membasahi sebelah pipinya.

"Zia, pelankan suaramu. Lihat, suaramu itu mengganggu pelanggan lain yang sedang menyantap makanannya," tegur Freya sekaligus membuat Shazia menopang dahinya.

"Iya, maaf. Ya sudah kalau begitu. Jika kalian ingin pergi berdua. Aku akan pulang!" ucap Shazia enggan menatap wajah Harshad.

Harshad hanya tertawa mendengar perkataan Shazia. Freya langsung memukul Harshad karena tidak ingin membuat Shazia semakin sedih. Harshad pun langsung terdiam setelah Freya memukul pahanya.

"Zia, jangan marah lagi dong. Harshad cuma bercanda, kamu juga tahu, 'kan? Selera humor Harshad memang jelek," ucap Freya untuk meredakan kesedihan Shazia

avataravatar
Next chapter