Shazia hanya bisa tersenyum sembari menatap kepergian pria itu. Dengan gerakan pelan, ia mulai meraih pakaiannya yang sudah tergeletak di atas lantai. Kedua alis berbentuknya pun masih bergelombng tajam. Ia kembali melihat ke arah ponselnya yang masih menganggur.
"Ini kesempatan yang bagus untuk menghubungi Leo. Takutnya nanti dia bertindak nekat dan mencoba memantauku dari jauh." Shazia segera menghidupkan ponselnya.
Benar saja firasatnya, Leo sudah menghubungi sampai puluhan kali. Dengan kesempatan yang terbatas itu ia segera menghubungi pria tersebut.
("Hallo, Leo. Maaf, aku baru saja menghidupkan ponselku.")
["Ah, Sayang. Kenapa kamu begitu sulit untuk dihubungi? Aku sangat mengkhawatirkan kondisimu, Sayang."] Leo masih belum merasa tenang.
("Besok aku akan menemuimu di jembatan layang jam delapan malam. Dan jangan lupa mengingat aku, ya.")
["Baik, Sayang. Kamu masih dalam keadaan baik, 'kan?"]
Support your favorite authors and translators in webnovel.com