webnovel

UNLLOBYE! (2)

Hello, you. Goodbye, you !

"One word that engender the creature called ex : Broke up."

Broke up (n.) One kind of easiest thing to say but so hard to accept.

***

Jika ada yang tanya hal apa yang lebih Dai benci dari matematika. Jawabannya cuma satu.

Menunggu.

Saat jam istirahat tadi, Dai sedang makan siang di kantin seperti biasa. Cowok itu menghampirinya dan minta bertemu sepulang Dai ekskul nanti di depan koridor sekolah. Tapi sudah hampir setengah jam, tidak ada juga tanda-tanda kehadirannya. Dai tahu cowok itu pasti sedang mengerjakan sesuatu-entah-apa. Tapi yang dia bingung, kenapa minta ketemu kalau memang cowok itu sedang sibuk.

Bikin kesal saja, Dai akan ketinggalan beberapa segmen acara gossip favoritnya kalau begini.

"Ck." Dai berdecak sebagai bentuk kekesalannya.

Bagi Dai menunggu adalah hal paling tidak efektif yang seringkali kebanyakan orang lakukan secara sukarela. Tanpa sadar dengan menunggu, banyak waktu yang akan terbuang. Dan Dai bukan tipe orang yang suka buang-buang waktu. Buang-buang tenaga. Apalagi buang-buang duit. Dai cuma suka buang-buang angin aja, kadang. Itu juga kalau kepaksa.

Oke, entah kenapa tiba-tiba Dai mencium bau tak sedap setelah pikirannya tentang buang angin. Setelah menemukan sumbernya, Dai segera bergerak agak bergeser menjauh.

Stupid!

Ternyata sejak tadi dia berdiri di depan tong sampah. Pantas saja.

Sejak tadi Dai terus saja ngedumel, tidak bisa berhenti melirik kearah jam tangannya. Sedetik saja jam itu berdetak, Dai merasa sudah seperti seharian berada disini. Kalau saja yang dia tunggu ini tukang ojek online, sudah Dai cancel dari tadi. Atau kalau perlu dia kasih bintang satu saja sebagai balasan.

Apa Dai terdengar kejam sekarang?

Jika iya, terserah kalian mau bilang apa. Makhluk seperti Dai tidak akan mau repot-repot ambil pusing untuk menanggapinya. Buat apa ambil pusing, mending juga ambil duit bisa buat beli makan, mengisi perut yang mulai keroncongan.

Duh, bakso kayaknya enak sih buat cuaca mendung begini.

Tunggu saja! dia akan minta di traktir saat yang ditungguinya itu datang.

"Ekhem."

Kepala Dai menoleh sebadan-badan kearah sumber suara yang muncul disamping kanannya.

"Udah lama nunggu, Dai?" Tanyanya basa-basi.

"Hem." Respon Dai cuek seperti biasa.

"Tadi ada sedikit masalah di chemistry lab, Maaf ya udah bikin kamu nunggu lama."

"Nggak masalah, santai aja." Kata Dai berusaha biasa saja, "Mau ngomong apa?"

"Ha?" Cowok itu sedikit tersentak saat Dai tiba-tiba bertanya to the point.

Dai menyernyit heran, "Iya, kamu mau ngomong apa? Tadi di kantin bilangnya ada hal penting yang mau diomongin?"

"Oh itu." Cowok itu terlihat salah tingkah seraya menggaruk tengkuknya tak nyaman.

"Kenapa?" Tanya Dai lagi, bingung.

"Nggak apa-apa. Aku takut aja kalau nanti kamu marah."

Come on!

Kuota marahnya Dai rasanya sudah terpakai habis beberapa menit lalu karena menunggu. Jadi apapun yang cowok itu akan katakan, Dai yakini bisa Dai terima dengan lapang dada dan tangan terbuka. Kecuali kalau cowok didepannya bilang 'Dai kamu gendutan ya.' Wah sudah jelas! Dai akan dengan senang hati, tanpa ragu menendang tulang kering cowok itu tiada ampun.

Dasar cewek!

"Kenapa juga harus marah? Emangnya kamu mau ngomong apa?" Jedanya melirik jam tangan, "Langsung aja bilang nggak masalah kok, keburu magrib nih."

Melihat cowok itu menghela napas beberapa kali. Dai memberinya waktu, dengan bergerak turun. Saat dilihat tali sepatunya terlepas, menjuntai kelantai. Hingga dirasa sudah beres, Dai kembali berdiri tegak menatap cowok itu.

"Dai."

"Ya."

"Aku mau kita-."

JELEGER!

Dan bersamaan dengan kalimat yang keluar dari bibir cowok itu setelahnya. Tiba-tiba ada petir menyambar begitu menggelegar, bahkan membuat kaca jendela sedikit bergetar. Dada Dai berdegub kencang, terasa nyeri. Hampir saja dia lompat indah ke kolam ikan didepan sana saking kagetnya.

"Kenapa?" Maksud Dai meminta cowok itu mengulang ucapannya, tapi…

"Just because."

"Ha?"

"Don't you realize?" Kening Dai menyernyit belum mengerti kemana arah pembicaraan ini sebenarnya.

"Ini nggak akan berhasil…"

"Bas-."

"Hubungan kita. Semuanya sia-sia…"

Speechless.

Ada jeda beberapa saat disana. Sekedar menarik napas sambil mencoba untuk mendalami pikian masing-masing. Bas dengan keputusannya mengakhiri ini semua dan Dai dengan keputusannya memilih kata yang tepat sebagai respon.

Bukannya dulu cowok ini yang meyakinkannya di saat Dai bahkan ragu untuk sekedar memulai. Saat Dai tak bisa menerima karena ragu mencoba. Siapa yang bilang akan berusaha sabar menunggu?

"Jadi intinya?"

Entah kenapa pertanyaan retoris semacam itu yang hanya bisa terlintas dan diucapkannya.

"Jadi… aku rasa aku nggak bisa lagi terusin sama kamu." Cowok itu menghela napas panjangnya sebelum melanjutkan.

"Kita putus aja ya."

Sedetik, dua detik, tiga detik. Dai tidak bergeming barang seinci pun dari tempatnya berpijak.

"Lagi pula selama ini hanya aku yang punya rasa kan?"

Cowok berambut lurus itu tersenyum sedih. Tangannya tergerak untuk mengusap bahu Dai, mencoba menyalurkan kekuatan yang bahkan harus ia kumpulkan untuk dirinya sendiri juga. Mungkin.

"Be honest, Dai."

Sedangkan Dai lidahnya mendadak jadi kelu. Pikirannya Blank dan begitupun dengan tubuhnya yang mendadak jadi serasa kaku. Hingga Bas akhirnya menutup pertemuan sore itu dengan senyuman pahitnya.

"I'm sorry... And good bye."

Tanpa menunggu balasan dari mantan kekasihnya, cowok itu kini menarik diri dari Dai. Berjalan mundur menjauh dari sana. Kemudian berbalik tanpa ada keinginan untuk melihat ke belakang barang sedetik. Meninggalkan Dai bersama rintik hujan yang mulai turun mengeroyok. Mengalir bebas menghapus perlahan sisa jejak kenangan hampa yang tak lagi bermakna.

Good bye, you.

***

Yang meninggalkan dengan amarah

Suatu saat akan kembali

Yang ditinggakan dengan bertanya

Suatu saat akan mencari.

Nipstorialcreators' thoughts