webnovel

Chapter 30 (18+)

"Dark Infinity katamu bilang? Bukankah agama itu dilarang oleh Dewa Ila bukan?' ucap Tiecia.

"Ya. Tosona, Goddess of Secrecy menyimpan sisi gelap pada manusia. Terutama agama Dark Infinity itu sendiri. Jika kalian perhatikan baik-baik, kemungkinan besar tempat ini adalah altar," ujar Issac.

"Altar kah? Tidak kusangka ada tempat rahasia yang belum pernah diungkapkan oleh siapapun," sahut Reynold.

"Dilihat dari reaksimu, tidak terlalu terkejut bisa tahu tempat itu."

Laki-laki berambut perak berjalan mendekati Tiecia dan Reynold. Nampaknya, Reynold tidak terlalu antusias dengan tempat semacam ini. Jika diperhatikan baik-baik, banyak sekali sudut ruangan yang dimodifikasi. Dari rak buku yang muncul tiba-tiba, senjata hingga sarang laba-laba beterbaran di sudut ruangan. Issac mengambil sebuah buku berjudul nama monster seperti sketsa kasar. Issac membandingkan gambaran di buku dengan dinding. Sangat mirip sekali. Sorot kedua bola mata tertuju pada gambar. Sentuhan jari telunjuk mengikuti garis sketsa monster. Tiecia dan Reynold saling melirik, memperhatikan Issac dengan serius.

"Apa yang kau lakukan?"

Namun tidak ada respon dari laki-laki berambut perak. Dua jemarinya dijilat kilat, membuka halaman per halaman. Mencoba memahami isi bahasa Epuni. Hingga ada tulisan berisikan keterlibatan Desa Meriley. Jari telunjuk sambil berjalan berbelok kanan. Mendapati sebuah rak buku. Kata-kata bertuliskan 'kematian', 'darah biru' dan 'Uknown Origin'. Dia mengambil buku sampul berwarna kuning emas. Tiba-tiba, rak tersebut terbuka secara otomatis. Ada anak tangga menuju ke lantai bawah. Reynold dan Tiecia menarik napas cepat.

"Bagaimana bisa kau menemukannya dengan cepat?"

"Kau ini meremehkanku ya?" gerutu Issac.

"Maaf. Habisnya aku terkejut kau tahu banyak," sahut Reynold.

"Entahlah … aku sendiri tidak begitu ingat. Tapi ketika ada keyword berupa 'kematian', 'darah biru' dan 'Uknown Origin', aku menyadari satu hal. Yaitu sebuah pintu rahasia. Tapi aku tidak begitu ingatt bagaimana bisa mengingat itu semua."

Mulut Reynold terbuka sedikit. Terperangah dengan perkataan Issac. Di sisi lain, laki-laki berambut perak masuk ke dalam. Menaiki anak tangga sembari menyalakan tongkat sihirnya, menggunakan energi sihir elemen cahaya. Disusul Reynold dan Tiecia.

Dindingnya dari bebatuan yang jadi satu bagian. Terdapat penerangan seperti obor, menyala-nyala tanpa henti. Issac dan lainnya berhati-hati dalam melangkah. Takut jika salah satu dari mereka akan menginjak jebakan. Tinggal 150 meter lagi jaraknya, mereka mendapati sebuah lubang tanpa pintu. Issac berjinjit. Menyentuh dinding sambil mengamati dari sebuah ruangan. Terlihat sepuluh orang sedang melingkari Andrew Webb. Betapa terkejutnya saat ruangan itu dipenuhi alat siksaan dan sebuah patung yang mirip dengan sketsa. Di dalamnya, terdapat sepuluh sisi yang tersambungkan dari sebuah alat berbentuk tabung. Berisikan cairan berwarna hijau muda gelembung. Pipa tersambungkan ke sebuah kursi dalam diikat. Suara pipa piano organ dibunyikan. Melantunkan lagu simfoni memanggil monster.

Seseorang membawakan sebuah bantal berwarna emas dominan emas. Membawakan sebuah flute glass emas. Berjalan menghentakkan kakinya. Lantunan musik memainkan lagu kematian dan pengorbanan, sebuah pukulan mendaratkan ke Andrew Webb.

"Hentikan kalian semua!" jerit Andrew.

Namun, mereka mengenakan topeng badut tanpa bibir. Perempuan bertopeng mendekati Andrew. Mencengkram dagunya sambil menatap tajam.

"Diam kau, laki-laki tidak berguna!" bentak perempuan bertopeng menampar pipinya keras.

Wajah Andrew berlumuran darah dan lebam sekaligus. Satu persatu giginya terlepas. Pipi kanan dipenuhi luka tamparan dari wanita bertopeng. Tamparan terus dilakukan hingga wajahnya memerah. Pria bertopeng bertubuh besar meregangkan jemarinya. Melancarkan pukulan bertubi-tubi.

"Ini semua salahmu. Karena kau, rekan kita banyak yang sudah mati tahu!"

"Tunggu! Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti," lirih Andrew berusaha mencerna perkataan pria berbadan besar.

Namun, pukulan keras mengenai wajah dan perut berulang kali, membuat Andrew batuk berdarah disertai keluarnya dahak. Kedua kakinya gemetaran, diikuti lengannya yang mengalami luka lebam juga. Tidak ketinggalan, salah satu dari mereka membawakan choker pear. Alat itu memiliki empat sisi di mana ada bagian tengah berbentuk segi enam. Mirip seperti roda gigi era dulu. Pada bagian sama, pegangan pendek membentuk spiral, tersambungkan dengan empat sisi seperti bunga menguncup. Sedangkan ujungnya, simbol berlambang Dark Infinity dengan gambar monster.

Salah satu pria membawa alat itu, membuka kuncup besinya. Mendekati bibir Andrew. Lalu, dikunci rapat-rapat. Air mata berlinang seraya memohon ampun.

"Aku tidak dengar," ucapnya memutar choker pear.

Jeritan melengking tanpa ucapan. Darah merembes di antara kedua pipinya. Bibirnya dibuang ke tempat sampah. Sedangkan pria bertopeng mengelap darah dengan kain. Kedua lengan dan kaki menegang akibat putaran choker pear barusan. Tiecia memalingkan wajahnya. Tidak tahan dengan siksaan barusan. Gadis berambut pirang menoleh pada kedua laki-laki itu. Anehnya, mereka tidak bergeming dengan siksaan barusan. Sebaliknya, Issac dan Reynold tertarik pada patung yang ada di sana.

"Kenapa kalian tidak terkejut sama sekali?"

"Justru aku tanya kepadamu. Kenapa ada patung itu di sana?"

"Patung?" kata Tiecia mengulangi perkataannya.

Perlahan-lahan, dia terperangah kaget dengan ucapan Reynold. Mulutnya terbuka lebar, menganga tidak percaya lantaran ukurannya besar.

"Bagaimana bisa—"

"Kau pikir kami fokus pada siksaan yang dilakukan terhadap Andrew Webb? Itu hanyalah membuang-buang waktu saja, Tiecia."

Ucapan Issac seakan-akan menampar dirinya untuk mengabaikan orang yang minta bantuan. Gadis berambut pirang ingin sekali membantunya. Tetapi, sampai sekarang keduanya memilih tidak bergerak. Mereka tidak menunjukkan rasa takutnya. Yang di dalam pikirannya bagaimana patung itu ada di sana.

Sementara itu, Reynold dan Issac bertanya-tanya juga mengenai tempat rahasia itu. Keduanya melanjutkan perjalanannya. Menggandeng tangan Tiecia supaya tidak gemetaran.

"Apa yang kau—"

"Tenangkan dirimu, Tiecia."

Gadis berambut pirang menatap punggung dua laki-laki yang menggandeng kedua lengan Tiecia, tanpa bersuara sedikit pun. Mereka berjalan mengendap-endap. Tiecia keheranan dengan sikap keduanya. Seolah-olah mereka sudah terbiasa akan hal itu.

"Kalian berdua … aku ingin bertanya—"

Tiba-tiba, Reynold mengacungkan lengan kirinya, menandakan untuk berhenti bergerak. Mereka mendapati empat orang berjubah hitam. Menuruni anak tangga. Tiecia mengeluarkan tongkat sihirnya, mengaktifkan sihir penghilang jejak. Reynold dan Issac terkejut dengan tindakan gadis berambut pirang secara refleks.

"Kerja bagus, Tiecia."

Namun hal itu tidak lantas membuat Tiecia senang. Pasalnya, langkah derapan kaki mereka semakin mendekat. Sekilas, tidak ada yang tahu keberadaannya. Hingga Issac mendapati sebuah hal yang mengejutkan. Sosok yang dikenalinya, muncul di sampingnya.

"Tidak mungkin … Maisie," bisik Issac.

"Tunangan Elliot Prince itu?" sahut Reynold bernada bisikan.

"Ya. Tidak salah lagi Reynold. Kemungkinan, mereka menuju ruang di sana. Tapi untuk apa mereka—"

Barulah laki-laki berambut perak menyadari ada sesuatu yang ganjil. Maisie tidak membawa apapun kecuali sosok laki-laki membawa sebuah buku dan item yang disimpan dalam sebongkah kotak transparan. Reynold terbelalak kaget. Sebuah organ jantung tersambungkan ke tubuh seseorang. Menganggap orang yang membawa kotak adalah sebuah tumbal yang cocok.

"Benar-benar bodoh."

"Huh?"

"Itu adalah jantung dari monster The Blind Angel Snake."

~o0o~

Suara deras ombak silih berganti. Menyapu bersih setiap kali memasuki daratan. Pasir tenggelam dalam lautan yang luas. Tulisan-tulisan yang sempat ditulis oleh para pengunjung, telah terhapus akibatnya sapuan lautan. Warna biru kemudaan disertai cahaya matahari bersinar. Memanaskan kondisi pantai di lautan Meriley. Orang-orang sedang bermain dengan canda tawa. Termasuk warga yang menjual es serut maupun makanan dalam bentuk tusukan.

Warga berbondong-bondong untuk menyuruh para pengunjung membeli dagangannya. Mereka mmesan setiap kali melintas. Tidak peduli orang tua, muda, laki-laki, perempuan maupun anak kecil. Mereka menyantap hidangan hasil tangkapan melaut serta memanjat pohon kepala.

Panasnya terik matahari juga digunakan untuk bermain pasir dan voli pantai. Beberapa dari mereka mengayunkan lengan kiri, servis pada sisi lawan. Serta ada juga yang berjemur dengan santai.

Mereka belum menyadari, di bawah lautan terdapat sebuah ledakan air yang tidak disadari oleh daratan. Ledakan tersebut telah menghancurkan area sekitar. Segerombolan ikan melihat, aura kegelapan di bawah lautan menyeramkan dibandingkan tempat lainnya. Awan hitam mengelilingi sebuah reruntuhan di luar. Mengakibatkan tidak boleh ada seorang yang mendekatinya tempatitu. Dua buah tiang menyatu dengan pintu masuk. Ornamennya menyerupai era zaman kuno. Suara menggelegar dari dalam. Mengeluarkan puluhan tentakel beserta menghancurkan pintunya. Di sampingnya, sebuah tulisan terpampang jelas dari bahasa Epuni kuno. The Blind Angel Snake.

Penjaga pantai dari Lautan Meriley menguap mengantuk.

Menurut catatan yang ditulis orang tua Reynold, The Blind Angel Snake merupakan monster paling mematikan dari The All Region. 100 tahun silam, para pahlawan dari berbagai belahan dunia bekerja sama untuk melawan The Blind Angel Snake. Mereka berjuang keras sampai mengorbankan nyawa mereka. Pahlawan dari bawah lautan, Nesseus memerintahkan pasukannya untuk menyegel The Blind Angel Snake di sebuah kuil. Nantinya, akan disegel dalam bentuk organ dalam. Untuk tubuhnya sendiri ditaruh di bawah lautan Meriley, diperintahkan Nesseus. Sedangkan jantung dipegang oleh Kerajaan. Celakanya, organ itu dicuri oleh orang tidak dikenal. Konon, dibutuhkan dua tumbal pengorbanan untuk menyatukan tubuh dan jantung menjadi satu bagian. The Blind Angel Snake akan bersedia mengabulkan permintaan apabila mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Tapi masalahnya, The Blind Angel Snake itu memiliki lima buah jantung. Yang dicuri adalah jantung pertama. Sisanya—"

"Unknown Origin Dungeon kah?"

Anggukan suram dari Reynold. Dia ingat betul catatan dari orang tuanya karena pernah menyaksikan sendiri para pahlawan menghadapi The Blind Angel Snake. Di sisi lain, Issac masih merenung. Kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan. Laki-laki berambut perak menoleh ke wajah Reynold.

"Jika memang betul apa yang kau katakan, kenapa tidak ada data mengenai The Blind Angel Snake secara deskripsi?"

"Maksudmu?"

"Selama aku membaca buku yang kutemukan, tidak ada ciri-ciri atau deskripsi yang jelas mengenai The Blind Angel Snake itu sendiri. Hanya tertulis 100 tahun lalu. Sedangkan orang tuamu menjadi saksi bisu atas pertarungan yang menakjubkan. Issac bergumam panjang, bersamaan dengan Reynold yang membisu.

"Tunggu sebentar. Memangnya pertarungan itu benaran terjadi?"

"Ya. 100 tahun lalu, para pahlawan dikumpulkan dari berbagai belahan dunia, bertujuan untuk mengalahkan Raja Iblis. Dimulai dari Solomon Lane yang dijuluki sebagai White Paladin, Sam Barker si Mad Wizard, ada John May si Grey Cleric dikarenakan dia menganut agama menyembah Ghulene, Goddess Of Miracles dan Ihdos, God of Freedom daripada Ila, God of Creator. Yang terakhir bernama Nesseus dan Thrira, ras Valkyrie yang terkenal dengan kemampuan teknik bertempur dan tidak terlibat akar politik kecuali pemusnahan Raja Iblis."

"Lalu ke mana mereka?"

"Soal itu—"

Di saat Reynold menjawabnya, Maisie dan rombongannya menemui Andrew Webb penuh sekarat. Darah bercucuran di bagian kepala hingga dadanya. Telinga kanan dipotong dengan pisau. Bekasnya jatuh di lantai bercampur dengan darah. Maisie membuka tudung jubahnya. Melotot tajam pada Andrew. Pria yang disika mendongak pada Maisie. Di belakangnya, Elliot Prince, Walter Prince dan Anton membuka jubahnya.

"Siapa kalian?"

"Dia ini pura-pura bego atau bagaimana sih?" gumam Prince Elliot.

"Itu murni dia lupa ingatan. Aku merasakan sedikit sihir dalam tubuhnya," jawab Prince Walter.

Prince Elliot melongo sekilas. Dia menutup rapat mulutnya. Anton mendekati Andrew Webb. Menyenggol bahu mereka tanpa ada rasa penyesalan sedikit pun. Lengan kiri mengeluarkan sebilah pisau, menggorok lehernya tanpa rasa sakit. Keluarlah cipratan darah, membiarkan Andrew dalam keadaan sekarat. Kedua bola matanya mulai buram, menatap wajah orang-orang tidak dikenalinya untuk terakhir kali.

"Kau memang sampah yang layak dibuang. Meski kau lupa ingatan, misi yang diberikan oleh Elliot tidak dilaksanakan dengan baik," kata Anton bernada datar.

Rambut Andrew dicengkram kuat selama beberapa detik. Lalu diturunkan kembali secara kasar. Dia menghembuskan napas terakhir. Sementara Reynold dan Issac mendengarkan suara perkataan barusan. Tidak begitu jelas karena organ piano terus dibunyikan.

Sementara itu, Reynold, Issac dan Tiecia mendengar suara langkah dari belakang. Mereka menoleh ke belakang.

"Rupanya ada penyusup kemari ya! Tidak kusangka-sangka."

Tiecia tidak asing dengan suaranya. Gadis berambut pirang menoleh sekaligus mendongak ke atas. Betapa kagetnya dia melihat orang yang telah membulinya. Di sisi lain, Reynold dan Issac kehabisan kata-kata. Ketahuan oleh dua siswi yang merupakan kenalan dari Tiecia.

"Joddie …. Taylor …"

"Rupanya si cengeng menyusup ke sini ya. Betapa menakjubkan bisa ketemu lagi. Belum puas kau dibuli oleh kami berdua!"

~o0o~

Namun, kata-kata Joddie tidak diindahkan oleh kedua pria itu. Sebaliknya, Issac dan Reynold berlari melesat meninggalkan Tiecia. Joddie terbelalak kaget. Gadis berambut pirang tersenyum tipis. Taylor berdecak lidah. Mengacungkan tongkat ke arahnya. Tetapi, entah kenapa Tiecia sama sekali tidak gentar. Tarikan napas dihembuskan dari perut. Keluar melalui rongga mulut dan hidung secara bersamaan. Pembuluh darah mulai naik hingga mengalir. Jubahnya dia buka cepat, mengeluarkan tongkat sihirnya. Serta menonaktifkan tongkat keduanya. Reaksi mereka sama terkejutnya dengan Tiecia. Tetapi, gadis berambut pirang berlari cepat. Melesat sembari mengayunkan tongkatnya ke perut Joddie. Merasa geram dengan aksinya, dia pun melancarkan serangan balasan. Serangan tersebut nyaris mengenai Tiecia. Sayangnya, lengan kanan dicengkram kedua telapak tangannya. Gadis berambut pirang memutar lengannya, membanting sekaligus. Reaksi dari kedua bola mata melotot sambil melihat langit sedang terbalik. Seketika, Joddie terbanting cukup keras. Membuat Taylor tidak berkutik menghadapi Tiecia. Kemudian, gadis berambut pirang itu meninju cepat ke wajahnya hingga tidak sadarkan diri.

"Akhirnya, pelajaran yang diberikan oleh Reynold dan Issac mulai membuahkan hasil."

"Apa-apaan itu? Kenapa kau masih bisa bertahan? Seharusnya kau mengalami depresi dan bunuh diri."

"Kata siapa? Justru aku baik-baik saja karena ada teman-temanku yang membantuku."

Walau tidak bisa dikatakan teman sih. Mereka berdua memiliki sesuatu yang disembunyikan dariku, gumamnya dalam hati. Akan tetapi, perlakuan kedua laki-laki itu terhadap dirinya sebagai rekan atau kenalan itu sudah lebih dari cukup. Gadis berambut pirang mengacungkan tongkatnya, mengayunkan kembali tongkatnya secara vertikal. Membuat Taylor melayang di udara.

"Katakan semua yang kau ketahui. Atau aku akan membuat kalian menderita," ucap Tiecia menaruh jebakan berisikan ribuan jarum tajam.

Jeritan melengking dari suara Taylor. Situasinya mulai berubah. Tiecia berdecak lidah. Gadis berambut pirang mengayunkan ke kiri secara cepat. Tiecia berlari sekencang-kencangnya. Sedangkan Issac dan Reynold berputar arah.

Sementara itu, Maisie menggeram saking kesalnya dengan situasi ini. Prince Walter, Anton dan Prince Elliot mundur secara perlahan.

"Bagaimana ini? Apa kita abaikan saja?" tanya Prince Elliot.

"Maisie."

"Aku tahu, aku tahu. Sejujurnya, gadis itu telah merusak rencanaku. Bisa jadi—"

"Suruhan Reynold dan Issac … kah?"

Keempatnya bergumam panjang. Memikirkan rencana apa yang akan dilakukan. Di sisi lain, mereka berdua menemukan sebuah benda untuk persiapan menuju Unknown Origin Dungeon. Kedua mata mereka bersinar terang. Issac melihat dari kejauhan. Hentakan kaki cepat dari Tiecia berbelok ke kanan. Menduga bahwa gadis itu akan menuju kemari.

"Reynold."

"Aku tahu!" gerutu Reynold sembari mengangkat senjata shotgun.

Suara tembakan mengarah pada tabung tersebut. Pelurunya menghancurkan tiap tabung yang paling dekat. Suara kaca bening terpecah jadi beberapa bagian. Orang-orang berjubah merah menoleh pada Reynold dan Issac. Reynold melambaikan tangannya. Berlari bersama pemuda berambut perak yang lebih duluan pergi.