webnovel

UnHuman

Sinopsis : Ini adalah masa dari awal kekacauan yang sesungguhnya. Waktu di mana semuanya perlahan-lahan hancur, dan memasuki masa paling kelam dalam sejarah umat manusia. Dunia di mana adanya entitas makhluk selain manusia berkumpul. Pada awalnya manusia tidak menyadari keberadaan mereka, namun kini mereka sudah menyaksikan semuanya dengan mata kepalanya sendiri. Ini adalah dunia di mana keberadaan para makhluk mengerikan hidup secara terpisah dari mereka. Entitas yang memiliki kekuatan mengendalikan kekuasaan atas dimensinya. Mereka sang penguasa yang mengatur pantas atau tidaknya suatu esensi harus bertahan, atau dimusnahkan. Kisah kemudian bermulai ketika seorang pemuda terbangun tanpa bisa mengingat identitas dirinya sendiri. Kenyataan pahit harus diterima pemuda itu ketika mengetahui dunia kini sedang mengalami kehancuran massal akibat dari peperangan antar ras yang berlangsung lama. Umat manusia kini harus berjuang mempertahankan diri mereka terhadap ras baru yang disebut, Unhuman. Suatu entitas hasil dari ciptaan seorang penguasa. Masa depan yang kelam tengah menanti seluruh ras. Manusia maupun bukan manusia tidak lagi memiliki kepercayaan antar sesama. Konflik, perebutan kekuasan, dan genosida diberlakukan. Bagaimanakah nasib dunia ini selanjutnya? Genre : Fantasy, Action, Horror, Supernatural, Superpower, Shounen. Note : Cerita banyak mengandung kekerasan, darah, dan kata-kata kasar. -- Harap bijak dalam membaca cerita saya. Jikalau ada kesalahan kata dan suatu kalimat yang menyinggung suatu pihak, ini murni ketidaksengajaan --

AnggaraSensei · Fantasy
Not enough ratings
180 Chs

#20 - Berakhirnya sang ancaman laut

Makhluk itu mendesis, menghembuskan uap biru berhawa dingin dari lubang hidungnya. Deretan gigi tajam mengisi mulutnya yang sedikit terbuka, membuat Niruu menegang dan mempersiapkan diri untuk bertarung.

"Dmitry...?" panggilnya, menunggu perintah selanjutnya.

Dmitry menatap makhluk itu dengan seksama. Ia merasakan ada sesuatu dari makhluk itu yang tidak biasa. Tak ingin gegabah, ia menahan Niruu dan menunggu gerakan selanjutnya dari makhluk itu.

Tiba-tiba, makhluk itu berteriak, mengeluarkan suara auman bengis disertai hembusan uap berasap biru yang sangat dingin. Cairan putih yang menggumpal tersembur dari mulutnya, mengenai geladak kapal dan mengubah air laut di dekatnya menjadi merah.

Dmitry dan Niruu mundur ke belakang, mempersiapkan diri untuk melawan. Dmitry merasakan aliran energi mengalir ke dalam tubuhnya. Ia memajukan kaki kanannya dan menekuk kaki lainnya, memasang kuda-kuda. Saat itu, energi yang mengalir memenuhi batang pedangnya.

"Teknik Aliran Angin Timur, bentuk ke empat, tarian dewa angin." Dmitry berkata dengan tegas. Pedang peraknya bersinar putih kehijauan, dan tubuhnya melejit ke hadapan makhluk itu.

Ujung pedang Dmitry hanya sedikit menyentuh permukaan kulit makhluk itu, tapi energi yang mengalir terlepas keluar menciptakan gelombang angin tajam seperti mata tombak menembus tenggorokannya hingga ke sisi lainnya. Makhluk itu menjerit dan meronta-ronta, kepalanya mengoleng tak karuan sebelum menceburkan diri kembali ke dalam laut.

Dmitry lalu berjalan kembali ke belakang sambil mengangkat tangan kirinya memberi perintah, "Seranganku sepertinya kurang efektif, kah? Niruu, bantu aku membuat sihir penghalang."

Mendengar itu Niruu bergerak cepat mengontrol aliran energi [Shi]-nya yang memancarkan aura biru memusat ke telapak tangan, tangan kirinya berputar dari belakang dan ia hentakkan secara keras ke lantai kapal.

Seketika gelombang energi melepaskan diri dan menciptakan kubah energi tak terlihat, yang terhampar mengitari kapal mereka dalam jarak radius puluhan meter. Goncangan hebat, seakan kejutan listrik melintas, dirasakan oleh semua orang, termasuk Viona yang sedang berlari di dek bawah. Dia terhenti sejenak, terpesona oleh keindahan cahaya yang mempesona dari kubah energi itu. Cahaya putih kebiruan memancar dari pusat kubah energi itu, memantulkan bayangan-bayangan tajam di sekitar kapal. Suhu di sekitar mereka terasa menurun secara signifikan, sehingga udara terasa semakin dingin dan lembab.

"Apa yang baru saja terjadi di luar?" gumam Viona keheranan, ia bergegas pergi keluar demi mencari jawabannya.

Sementara itu, Dmitry menyarungkan kembali pedangnya dan merentang naikkan kedua tangannya, ia menekuk dua jari tengah yang menyatu dan melipat jari jempolnya ke dua jari tengah tadi, membiarkan jari lainnya tetap lurus ke atas. Jari yang telah membentuk segel itu ia dekatkan ke depan wajahnya.

"Teknik perluasan kurungan, pengurungan tingkat kedua."

Ketika Dmitry merapalkan itu energi sihir menyelimutinya, dan setelahnya energi hampa tak berwujud sudah terbentuk mengelilingi kapal mereka dalam radius lingkaran sejauh ratusan meter.

Baru saja beranjak keluar, Viona kembali merasakan goncangan seperti kejutan listrik dan terhenti sejenak ketika gelombang energi terhempas keluar. Namun, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari cairan putih lengket yang tersebar di atas geladak kapal, yang terlihat seperti tinta putih yang dipercikkan oleh seorang seniman gila.

Sementara itu, Dmitry masih menatap Viona dengan senyuman kecil yang mengalirkan air hujan dari atas rambutnya. Dia merasa senang bisa berbagi pengalaman luar biasa ini, meski dia tahu bahwa mereka masih harus berhadapan dengan satu tantangan yang masih mengintai mereka di luar sana.

"Apa yang terjadi?" tanya Viona dengan nada heran.

Petir kembali menggelegar dan menerangi langit di atas mereka, dan Dmitry berkata dengan nada yang dingin, "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya masih baik-baik saja."

Viona mengangguk, masih tercengang dengan apa yang baru saja terjadi. Ia merasa ada sesuatu yang sangat besar dan misterius terjadi di hadapannya. Tapi pada saat yang sama, ia juga merasa terpesona oleh keindahan dan kekuatan alam yang dipertontonkan oleh Dmitry dan kapalnya. Semua itu membuatnya semakin penasaran dan ingin tahu lebih banyak.

"Tampaknya tidak bagiku," sahut Viona dengan nada cetus. Viona kemudian menambahkan, "Apakah kau berniat melawannya dengan tidak melibatkanku, Dmitry? Apa tujuanmu sebenarnya—"

Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Viona terkesiap ketika melihat makhluk sebelumnya tiba-tiba muncul kembali di sisi kapal. Dia langsung mengejar Dmitry yang tampak lengah dan tidak menyadari bahaya di belakangnya. Mulut makhluk itu terbuka lebar, mencoba menerkam langsung, dengan deretan gigi runcing putih kekuningan yang nampak sangat menakutkan.

Tanpa ragu, Niruu segera bergerak dengan cepat. Sebelum semua orang sempat mengedipkan mata, ia sudah melompat ke arah target, mengarahkan pedang katana-nya ke atas kepala makhluk itu, dan mengiris tajam tenggorokannya dengan lincah sebelum kembali meloncat dan memenggal kepala makhluk tersebut secara tegas. Dalam sekejap, makhluk itu telah kehilangan kepalanya dan sisa tubuhnya kembali tenggelam ke dalam air.

Sekarang, kepala makhluk itu tergeletak tepat di belakang Dmitry.

Viona, yang masih tercengang, mengangkat pandangannya dan menatap ke arah Niruu dengan kagum. "Cepat sekali," ucapnya, masih terkesan dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Dmitry menunjukkan senyum sinis saat cairan merah mengalir ke geladak kapal, menciptakan kontras yang tajam dengan warna kelam kayu kapal yang mulai lapuk. Air hujan yang berlangsung menambah suasana kekacauan di dek, membantu membersihkan darah dan lendir dari makhluk yang tadi menyerang mereka.

"Makhluk itu ... terlihat seperti monster. Apakah dia dulunya manusia yang gagal menjadi Iblis?" kata Viona dengan nada terdengar gugup.

"Tidak ... aku merasakan sedikit darah manusia di dalamnya. Ini adalah bentuk teknik darah Iblis seorang Unhuman. Sepertinya aku pernah melihat teknik iblis ini di masa lalu." Dmitry merenungkan makhluk yang baru saja mereka hadapi, mencoba memahami kekuatannya.

Dalam diam, Niruu melangkah keluar dari bayangan makhluk itu, dengan tubuhnya yang bersimbah darah dan kotoran. Tanpa menunjukkan ekspresi apapun, ia mengelus perlahan pedangnya yang masih berlumuran darah untuk membersihkannya. Suara pelan "Banzai" keluar dari bibirnya sebelum ia menyimpan kembali pedangnya.

Saat Dmitry memperhatikan bola mata merah yang mati dari makhluk itu, ia mulai memahami bahwa kulitnya yang bersisik dan keras seperti baja telah membuatnya sulit untuk ditaklukkan oleh pedangnya. Dmitry baru saja akan mengatakan sesuatu ketika suatu tentakel besar muncul dari bawah dek dan menyerangnya, membuatnya seketika terhempas ke laut. Tentakel itu kini mengayun-ayun di atas mereka dengan selaput lendirnya yang lengket, membuat kapal bergoyang hebat dan lautan di sekitarnya bergejolak.

Saat gemuruh laut semakin membesar, Niruu dengan sikap yang mantap mengambil kuda-kuda memukau layaknya seorang samurai. Energi sihir yang terkumpul dalam dirinya mengalir keluar, membuat cahaya biru terpendar dengan indah dari katana-nya. Dia mengambil napas yang dalam, dan genggaman tangannya mengeras saat menghembuskan napasnya kembali yang mengepulkan kepulan udara dingin. Segera dia berlari maju secepat kilat, melewatkan setiap hambatan yang muncul di jalurnya. Kedua matanya yang tajam membidik ke arah tentakel besar yang mengayun-ayun di atas mereka, menunjukkan niatnya untuk menghancurkannya.

Saat dia melewati tentakel itu, asap pegas dan udara dingin seketika mengepul dari jalur pedangnya, menghasilkan suara gemerincing yang menakutkan. Seperti bayangan yang melintas, ia memenggal kumpulan tentakel itu menjadi dua dengan satu teknik tebasan yang cepat dan akurat, mengirimkan pecahan-pecahan tubuhnya ke segala arah sebelum meleleh menjadi embun air.

Ketika bagian tersisa dari tentakel itu menarik diri ke dalam laut, meninggalkan lubang besar yang mulai terisi dengan air laut, Niruu yang napasnya terengah-engah segera berpaling menatap Viona. Dia berkata dengan nada panik, "Cepat lari ...!"

Makhluk itu kini mengguncang tubuhnya dengan keputusasaan. Kapal mereka bergoyang-goyang dan ombak besar menggulung mereka dari segala arah. Dengan keadaan kapal mereka yang rusak, tidak butuh waktu lama untuknya tenggelam ke dasar laut. Sisanya, mereka harus memikirkan cara bertahan di tengah lautan ganas ini dengan kondisi yang semakin terpuruk.

"Tidak ada pilihan lain." Niruu bergumam seraya menyilangkan jari-jarinya. Dia kembali berkata, "Ninpo: Teknik Serbuk Bunga Es."

Energi yang mengalir dari dirinya memunculkan lingkaran sihir bercahaya di depan tangannya. Segera, Niruu menghempaskan kedua telapaknya ke lantai, menimbulkan guncangan yang kuat dan memekakkan telinga. Namun, bukan itu yang menakjubkan. Dari lingkaran sihir bercahaya yang masih terlihat di depan tangannya, Niruu melepaskan semburan energi sihir yang membentuk awan kecil dari butiran es. Butiran-butiran es itu kemudian menyebar ke segala penjuru, menyelimuti lubang besar di sekitar lubang di bawah lambung kapal, seolah-olah menari-nari di atas permukaan air laut yang tenang.

Namun, awan kecil itu tidak berhenti hanya sebagai hiasan semata. Ketika Niruu memusatkan energinya, butiran-butiran es mulai bergabung dan membentuk lapisan tipis es yang menutupi lubang itu. Ia mengulangi proses ini beberapa kali, menambahkan lapisan demi lapisan es hingga lubang benar-benar tertutup sempurna.

"Ini masih belum cukup." Dalam hatinya dia masih merasa khawatir.

Sementara itu, Viona yang bergegas meninggalkan dek kapal dengan langkah tergesa-gesa segera menemui satu rekannya yang sebelumnya tumbang akibat mabuk perjalanan laut. Namun, begitu sampai di kabin, Viona tersentak melihat sosok yang berdiri anggun di sudut ruangan dengan tangannya menggenggam erat jubah panjangnya yang mengalir.

"I-Ilya, kau ... tidak apa-apa?" tanya Viona dengan ekspresi kebingungan.

Ilya memandangi kaca jendela dengan tatapan kaku, sambil mengenakan jubah hitam legam dengan bulu lembut menghiasi kerahnya. Ia melempar pandangan sekilas ke arah pantulan di kaca, melihat ekspresi kecemasan dan keterkejutan yang tergambar jelas di wajah Viona. Kemudian, Ilya menghela napas panjang dan berbalik menghadapinya. Wajahnya yang tenang menyembunyikan kekhawatiran yang tak terucapkan, namun sikapnya yang mantap memberi keyakinan pada Viona.

"Ah ... sepertinya sedang terjadi sesuatu di luar, bukan? Aku sudah merasa sedikit ... uhkk!" Perkataan Ilya terhenti saat perutnya terasa kembali mual. Dia melanjutkan, "Yah, aku baik-baik saja. Lihatlah?"

"Sama sekali tidak!" sela Viona dengan tatapan tajam.

"Daripada itu, sebaiknya kita bergegas keluar dan membantu Dmitry. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, tapi tolong simpan perasaan itu untuk nanti saja. Masalah kita adalah— "

Tiba-tiba, dari belakang kaca, dua tentakel besar dan licin menusuk ruangan. Viona yang tersadar akan bahaya segera berguling di lantai untuk menghindar, sementara tentakel-tentakel tersebut menabrak tubuh Ilya dan mementalkannya ke tengah dek kapal. Ruangan kabin seketika berubah kacau balau dengan sepasang tentakel besar menggeliat di dalamnya. Viona dengan cepat meloloskan diri dari cengkeraman tentakel di sekitarnya dan mendekati Ilya yang lengah dan terkapar di tengah dek kapal.

"Ilya! Apa kau baik-baik saja!?" seru Viona dengan nada khawatir. Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba saat melihat tentakel-tentakel itu menyusul, melingkari tubuh Ilya, dan mengangkatnya ke udara.

"Ilya!" Viona berteriak dengan penuh emosi. Dengan cepat, dia memasang anak panah di busurnya, membidik tepat ke arah tentakel-tentakel tersebut.

Adegan berikutnya mengguncangkan Viona. Dalam sekejap, seluruh tentakel di hadapannya terbakar oleh api yang berkobar hebat, bahkan hujan sekalipun tidak mampu meredamnya. Dalam kilatan api yang membara, tentakel-tentakel itu menggeliat kepanasan, semuanya terbakar dengan begitu cepat, banyak yang hangus terputus, sementara yang lain tenggelam kembali ke dasar laut.

"I-Ilya ...?" lirih Viona saat melihat Ilya yang berdiri di hadapannya dengan rambutnya yang terbakar dan berwarna merah menyala. Tatapan tajam Ilya membuat Viona mendadak bergidik ngeri, seolah-olah dia dihadapkan pada sosok yang sama sekali berbeda.

"Jangan khawatir, aku hanya terpaksa menggunakan darah terkutuk ini untuk melindungi diri," jawab Ilya dengan nada berat. Namun, ada keraguan yang tersirat dalam kata-katanya, terlebih ekspresi kaku di wajahnya seolah mengatakan dia enggan menerima kekuatan tersebut sebagai suatu kelebihan.

Saat mereka semua sibuk menghadapi keadaan kapal yang terancam kehancuran, Dmitry terlibat dalam perjuangan sengit di atas tentakel yang membawanya melayang di lautan. Tentakel-tentakel itu terus menyerangnya dengan gerakan yang ganas, namun Dmitry tak henti-hentinya memberikan perlawanan, menebas tentakel-tentakel raksasa yang melayang dan berputar di sekelilingnya. Namun, tentakel berlendir itu terus berdatangan dari kedalaman laut, tidak memberinya jeda sedikit pun.

Tanpa diduga, sebuah tentakel tiba-tiba meluncur dari kedalaman laut dan menghantam tubuh Dmitry dengan keras. Dmitry terlempar ke udara, melayang bebas sebelum akhirnya menyentuh batas tertinggi penghalang sihir yang telah dipasang sebelumnya. Tubuhnya berhenti, tak mampu melanjutkan terbang ke ketinggian yang lebih tinggi.

Semua yang menyaksikan pertarungan mematikan ini memendam harapan besar pada kemenangan Dmitry, kecuali Ilya yang terlihat tersenyum sinis, menikmati adegan tersebut seakan sebuah hiburan.

"Whoaa ... kau benar-benar terbang ke angkasa, ya, Dmitry?" Ilya menunjukkan ekspresi yang lembut, seolah dia merasa puas.

Dmitry yang sedang melayang turun, menatap ke bawah. Wajahnya berubah serius saat ia melihat siluet besar yang mengintimidasi bersembunyi di dasar lautan, tepat di bawah kapal mereka. Kapal mereka seolah menjadi seperti kerikil yang terperangkap dalam genggamannya. Kehadirannya yang begitu besar seolah mampu melahap seluruh kapal dengan satu gigitan.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?!" Dmitry yang bingung tampak gelisah.

Dmitry sempat dipenuhi keraguan saat ingin mengambil keputusan untuk melenyapkan makhluk itu dengan cepat. Namun, dia tersadar akan sesuatu dari situasi ini. Dia tidak boleh gegabah dan harus menahan diri.

"Aku harus melindungi mereka ... apapun yang harus dipertaruhkan." Dmitry bergumam dengan eksperesi yang kaku, kemudian memejamkan matanya.

Saat Dmitry meluncur ke bawah dan tenggelam ke dasar lautan, ia memejamkan matanya dan berkonsentrasi. Dia merapalkan sesuatu dalam keheningan, selagi tangan kanannya menekuk di depan dada dengan pola jari yang menunjukkan segel tangan.

"Yin Technique: Teknik Cahaya Malam Berkabut." Perlahan, Dmitry membuka matanya. Terlihat suatu pola mengukir iris biru matanya, seolah pertanda dia mengaktifkan sesuatu. Tatapannya yang tajam memberi intimidasi penuh tekanan.

Dalam gelapnya lautan yang tak tersentuh sinar rembulan, Dmitry hanya dapat melihat secara samar sosok makhluk yang mendiami kedalaman laut itu. Sosok bengis dan haus darah yang telah menjadi teror dalam berbagai legenda para pelaut, makhluk mengerikan dengan tentakelnya yang mampu menarik kapal-kapal bersamanya ke dasar lautan, sang ancaman laut, Kraken.

Tepat saat kraken tersebut menghadapi Dmitry, matanya yang besar tampak terkejut melihat aura Dmitry. Seolah sadar akan bahaya, sang kraken mencoba menjauhi Dmitry dan berenang mundur. Namun, sudah terlambat baginya.

Sedetik kemudian, suatu gelombang energi terkirim keluar dari dalam lautan, membuat lautan di sekitarnya merasakan gejolak mengerikan dan ombak yang menggulung-gulung. Kapal mereka bahkan ikut bergetar hebat, menghasilkan suara deru papan kapal dan dentingan lonceng besi di tiang kapal.

Secara tiba-tiba saja, lautan yang semulanya biru gelap berubah menjadi merah darah sejauh mata memandang. Mereka yang berada di atas kapal melihat pemandangan ini dengan wajah yang tampak kaget dan keheranan. Mereka bertanya-tanya atas fenomena barusan, dan apa yang telah terjadi di sini.

Kemudian, mereka melihat gelembung-gelembung berbusa yang menguap bermunculan di permukaan laut dan memenuhi di sekitar kapal mereka, aura hitam mengerikan terpancar dari busa-busa putih di laut, memberi ilusi yang mengganggu.

"Apakah Dmitry yang melakukan semua ini?" Viona bergumam dengan wajah heran. Tentunya dia sudah tahu akan jawaban pertanyaannya sendiri, tapi dia masih merasa sulit percaya.

"Teknik yang mengagumkan ...." Niruu bergumam dengan wajah yang dingin dan tampak lesu. Dia tampak kelelahan dengan semua kejadian ini.

Dalam suasana yang menggetarkan hati, Ilya tampak menunjukkan sikap dingin, hanya memalingkan pandangannya ke cakrawala di kejauhan, menyaksikan sinar jingga mulai menerangi langit. Langit yang tadinya gelap dan menggulung di atas mereka perlahan beringsut pergi, digantikan oleh hembusan angin yang menenangkan. Sementara ombak yang sebelumnya sempat bergelora bersama badai kini berangsur tenang.

Mereka merasa bahwa semuanya baru saja berakhir. Setidaknya, begitulah yang terlintas dalam pikiran mereka. Namun, mereka segera dikejutkan oleh penampakan tubuh seseorang yang mengapung di tengah lautan. Mereka tidak dapat mengenali siapa sosok itu, karena hanya punggungnya yang terlihat. Sosok itu terlihat tidak sadarkan diri, dengan kepalanya yang masih berada di dalam air.

Tanpa peringatan apapun, Niruu tiba-tiba melompat dari geladak kapal. Dengan kekuatan sihirnya, Niruu mampu berjalan di atas permukaan air, membiaskan air laut yang menyentuh kakinya menjadi landasan yang beku.

Niruu tampaknya sudah sadar dan tahu akan siapa sosok itu. Dia dengan penuh kehati-hatian memapahnya, membawanya kembali ke kapal.

Ketika Niruu kembali ke kapal, Niruu segera membaringkannya di atas lantai kapal. Dia melihatnya dengan wajah bingung, sementara Viona tampak cukup khawatir memeriksa keadaannya.

"Heh ... D-Dmitry? Apakah dia benar-benar bisa pingsan?" Ilya bergumam dengan keheranan dan wajah tidak percaya. Dia teringat kalau Dmitry juga seorang manusia, sehingga sorot khawatir mulai ditunjukkannya.

"D-Dmitry ... apakah kau—"

"Bwhoaaaaa!" Dmitry bangun dengan wajah yang konyol, mencoba untuk menyenangkan suasana. Matanya terbuka lebar dan lidahnya menjulur seperti badut.

Mereka semua sama sekali merasa tidak terkejut dan memberikan reaksi yang datar. Namun, segera, Viona menampar Dmitry tanpa memberikan peringatan lebih lanjut. Kali ini, Dmitry benar-benar terpental dalam kesadarannya yang hilang.

Di tengah ketidaktahuan mereka terhadap kehadiran sosok yang mengintai dari kejauhan, entitas misterius ini telah memperhatikan setiap detail peristiwa yang terjadi sejak awal, dari tempat yang tinggi di langit.

Berada ratusan meter dari kapal mereka yang sedang berlayar, di antara langit yang mendung dan berawan, terlihat seorang pria yang menarik perhatian. Hembusan angin mengibarkan jubah hitamnya yang mengalir dengan anggun, melingkupi dirinya dalam misteri yang tak terdefinisi. Dia adalah Serhyva Relogh. Setelan militer tua dengan balutan jubah legam yang tampak kuno sangat cocok dengan dirinya, terlebih sikap dinginnya membuat dia terlihat begitu anggun. Dalam lengkungan mantel hitamnya, kedua tangannya tersembunyi, seolah menyimpan rahasia yang dalam. Sorot wajahnya yang dingin tersembunyi dalam sebuah topeng paruh burung, namun iris kelam matanya yang tajam menerobos langit, memperhatikan setiap detail peristiwa yang terbentang di bawahnya.

Serhyva Relogh, melayang di udara dengan menggunakan angin sebagai pijakan setia yang menyertai langkahnya. Dengan kemampuan itu, dia mahir mengintai di udara dan membaur dengan awan di sekitarnya.

"Ah, betapa menariknya. Inikah orang yang harus kuawasi dan kuwaspadai?" gumamnya, suaranya terlantun dengan lembut dan tersapu oleh angin yang berbisik.