"Dari pada ribut, enakan ngopi kali, Lam. Ohya... berapa lama jalan ama Ricky?" kini Edo yang giliran bertanya.
Berapa lama? Aku lupa. Kupandang Ricky, tapi dia malah mengabaikanku. Aduh! Apakah aku ini termasuk cewek tidak peka? Sampai-sampai lama pacaran sama Ricky saja aku lupa?
"Berapa lama, ya?" gumamku. Yang lebih menyerupai pertanyaan. Edo terkekeh, entahlah. Sepertinya, malam ini aku sepertinya lucu di mata mereka.
"Udah, nggak usah lo jawab. Nggak apa-apa juga. Lo nggak usah kaget, Lam... kalau kumpul ama kita-kita. Cowok itu emang gini. Rame, bikin rusuh di mana-mana. Tapi, asyik, kok! Lumayan, kan... lo ada hiburan, dari pada suntuk belajar terus di rumah. Anak kutu buku itu, nggak baik, lho."
"Kenapa nggak baik, Do?"
"Sebab... lakunya lama. Hahahaha."
"Hahahaha. Emangnya barang?" kutanya. Dia malah tertawa lepas.
"Lo lucu juga, ya..."
"Masak?"
"Iya... kayak boneka. Hahaha."
"Hahaha."
"Lo harus hati-hati ama Ricky!"
"Kenapa?"
"Karena Ricky cowok!"
"Kok?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com