webnovel

Unexpected Past

Liana yang merupakan seorang Orph dikucilkan oleh masyarakat Ellenia. Namun suatu berita menggemparkan tersebar. Sebuah sekolah ilmu magis terbesar yang bernama Tummulotary Academy membuka kesempatan bagi para Orph untuk menjadi peserta didik di sana. Sekarang Liana berjuang untuk bisa menjadi peserta didik dari Tummulotary Academy. Namun Liana juga punya cita-cita lain. Yaitu, menguak kisah masa lalunya, dan mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Dengan usaha kerasnya ini, bisakah Liana menggapai cita-citanya? akankah Liana mengungkap siapa dirinya yang sebenarnya dan bagaimana masa lalunya itu? Cover by : Audreana ivy. You can see her story : Home of Ardor

Leony_Ackerman · Fantasy
Not enough ratings
396 Chs

Masih Saja Banyak Rahasianya

"Memangnya aku tidak berfikiran kalau kau itu menyebalkan hah?!"

"HEE? KAK LYOSHA..." ujar Liana dan Lysander bersamaan.

"S-sejak kapan kau ada di sini?" tanya Lysander.

"Sejak kau bilang kalau aku itu perempuan menyebalkan, suka mengganggu, dan aneh." Lyosha ikut duduk di bangku taman.

"Sebelum itu...bisakah kau tidak memaksakan diri duduk di bangku ini?! masih banyak bangku lain yang bisa kau duduki!" seru Lysander.

Lyosha seakan menuli, tidak perduli dengan keadaan mereka bertiga yang terhimpit satu sama lain di bangku taman tersebut. Liana hanya tertawa pelan melihat kelakuan Lysander dan Lyosha. Namun tawanya memudar ketika teringat pembicaraannya dengan Lysander tadi.

"M-maaf Kak Lyosha. Aku terlalu banyak ingin tahu," ujar Liana seraya menunduk.

Lyosha mengangkat sebelah alisnya, "Hm? tidak apa-apa. Santai saja, kalau ada sesuaru tanyakan saja langsung. Jadi kau mau tahu kenapa kami terlihat seperti itu?"

"Iya Kak," jawab Liana spontan.

"Tapi sambil jalan saja. Karena ini sudah malam," timpal Lysander.

Jadi mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka, tentunya sambil menyeruput minuman hangat.

"Tapi apa iya kita terlihat seperti itu?" tanya Lysander.

"Mana ku tahu. Kenapa kau bertanya kepada ku? dasar bodoh!" seru Lyosha seraya menoyor kepala Lysander.

"Aku berfikiran seperti itu karena kadang Lysander lupa akan kelebihan Lyosha, dan begitu pula sebalikanya. Dan kebiasaan kalian yang sering berjauh-jauhan begitu." ujar Liana lalu menggembungkan pipinya.

"Sebenarnya itu hanya perasaanmu saja kok," sahut Lyosha. "Lysander tahu tentang diriku lebih dari pada diriku sendiri. Begitu juga sebaliknya."

Lysander tersenyum dia melirik Liana lalu berkata, "Sebagai gantinya apa kau mau mendengar cerita tentang kenapa kami jadi berkelana sampai ke sini?"

Liana menatap Lysander dan mengangguk, "Iya, aku mau."

Lalu Lyosha dan Lysander menceritakan tentang masa lalu mereka di bumi Kerajaan Vetus hingga berkelana sampai ke sini. Sambil berjalan ke Coil Cottage, Lysander dan Lyosha menceritakan kisah mereka.

Lyosha dan Lysander pada saat itu berumur sepuluh dan tujuh tahun. Mereka tiba-tiba saja terbangun di Kerajaan Vetus. Tanpa ada kejelasan siapa mereka sebenarnya, siapa orang tua mereka, dari mana mereka berasal, dan lain sebagainya.

Tentunya mereka kebingungan harus bagaimana, mereka mencari keberadaan orang tua mereka sepanjang hari. Mereka tak punya petunjuk apapun. Lalu mereka terpaksa harus menghidupi diri mereka sendiri tanpa ada yang membantu. Jangankan membantu, malah para masyarakat mengusir para Orph yang mendekati rumah mereka. Walaupun Orph tersebut hanyalah numpang berteduh.

Lyosha dan Lysander hanya mengikuti perasaan mereka kalau mereka berdua sebenarnya adalah saudara. Ditambah dengan visual mereka yang nampak mirip menambah keyakinan mereka berdua kalau mereka berdua sebenarnya adalah saudara.

Namun kembali pada sifat mereka yang jauh berbeda. Mereka jadi sering bertikai, mendiamkan satu sama lain. Dan setelah semakin lama mereka mulai asyik dengan dunia mereka sendiri. Karena mereka berdua pun tidak yakin pada pernyataan kalau mereka berdua adalah saudara kandung.

Mereka pun jarang menjalani waktu bersama. Bila Lyosha sedang pergi maka Lysander ada di tempat tinggal mereka. Apabila Lysander pergi maka Lyosha yang ada di tempat tinggal mereka. Lalu suatu hari mereka berdua terlibat pertikaian dengan suatu kelompok penjahat.

Sebenarnya pertikaian itu tidak berhubungan langsung, namun ada benang merah yang mengaitkan antara pertikaian Lyosha dan Lysander.

"KAU CURANG! KAU MENGGUNAKAN ALAT UNTUK MENCURANGI JALANNYA PERTARUNGAN TADI!" bentak seorang pria di hadapan Lyosha.

"ALAT? MANA ADA?! KAU LIHAT SENDIRI KAN KALAU AKU BERTARUNG DENGAN TANGAN KOSONG?! JANGAN SEMBARANGAN MENUDUH!" balas Lyosha tak kalah sengit.

Keadaan semakin memanas, semuanya telah menyudutkan Lyosha. Apa kalian tahu sedang apa dan dimana Lyosha?

Dia sedang mengikuti pertarungan yang diadakan sebuah instansi kebetulan kali ini pertarungan yang ia ikuti legal. Dia melakukan itu untuk mendapatkan uang. Ditambah kali ini nominal yang ditawarkan cukup menggiurkan. Namun ketika Lyosha sudah dipenghujung pertarungan, seseorang peserta yang telah ia kalahkan tiba-tiba berseru bahwa Lyosha menggunakan kecurangan.

"Kalau begitu buktikan kalau aku curang! apa kalian berani?!" tanya Lyosha dengan yakin.

"Baiklah!" jawab orang tersebut.

Lalu ada dua orang yang memastikan apakah Lyosha membawa alat atau tidak. Mereka berdua merogoh kantong-kantong pada pakaian Lyosha.

"INI! KAMI MENEMUKANNYA!"

Alangkah terkejutnya Lyosha, ia benar-benar tidak melakukan kecurangan dalam pertandingan ini. Dia pasti sudah dijebak, seseorang sudah meletakkan alat itu selagi dia lengah. Atau mungkin...alat itu sudah dibawa dua orang tadi sedemikian rupa untuk membuat bukti seakan-akan Lyosha memang melakukan kecurangan.

Barang bukti palsu itu terdiri dari beberapa buah jarum berisi racun yang berisi kandungan zat bius khusus yang melemahkan dan menghilangkan fungsi gerak pada otot untuk sementara waktu.

Lyosha menyernyit, dia menapis tuduhan yang dilayangkan seluruh orang dalam ruangan tanding tersebut. Lyosha tipe orang yang tempramental. Kalau dia memang benar dia tidak akan mengalah dan mengakui apa yang sebenarnya tidak ia lakukan.

Di sisi Lain, jauh dari keramaian. Lysander tengah duduk di tepi danau niger . Danau Niger adalah danau yang sepi dan menenangkan. Danau Niger airnya selalu terlihat berwarna hitam, tidak ada yang tahu dasar dari danau ini seperti apa. Namun sebenarnya air di danau ini tidak berwarna hitam. Kalau diambil, airnya jernih seperti air pada umumnya. Di sana terdapat banyak pepohonan tua yang mungkin sudah berabad-abad lamanya ada di situ. Bumi Kerajaan Vetus merupakan kerajaan yang menjunjung kebiasaan menjaga barang-barang walaupun sudah berumur tua. Jadi hampir seluruh bangunan yang ada di sana merupakan bangunan yang sudah berumur. Tak hanya dari segi bangunan, juga dari keadaan alam yang dibiarkan begitu tanpa adanya perubahan yang signifikan. Namun jangan berfikiran bahwa kerajaan tersebut merupakan kerajaan yang tertinggal. Justru kerajaan ini merupakan salah satu dari golongan kerajaan superior, yang artinya kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan yang paling besar dan kuat diantara kerajaan lainnya. Induk asli hewan-hewan magis dan Non-magis yang ada di kerajaan lain juga berasal dari sini. Jadi di sini bisa dibilang adalah tempat bagi segala keautentikan yang ada.

Beralih dari Kerajaan Vetus ke Lysander sekarang. Dengan damainya Lysander membaca buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan kerajaan. Mengisi waktu luang sambil mencari petunjuk tentang asal-usul mereka berdua. Barang kali ada sesuatu peristiwa besar yang dapat disangkut pautkan dengan fakta masa lalu mereka berdua.

"Lysander," panggil seorang gadis.

Bukan, ini bukan suara Lyosha. Suara ini lebih halus, dan lebih muda. Lysander tercekat, dihentikannya aktivitas membacanya tersebut. Dia melirik tidak suka ke arah sumber suara.

"Mau apalagi kau ke sini Nora?"

"Kenapa kau selalu menolakku? apa kurangnya diriku ini? kurang cantik? kurang seksi? kurang berada? bukankah bagus kan kalau kau bersama diriku? mengingat aku yang Non Orph bisa menaikkan derajatmu. Dan aku yakin kalau kita bersama aku yakin kita bisa menguasai sebagian besar wilayah bumi Kerajaan Vetus." Gadis itu mendekati Lysander dan memeluk Lysander dari belakang.

"Menjauh dariku wanita murahan! aku selama ini sudah menahan diri agar tidak bersikap kasar. Namun kau selalu menguji kesabaranku! sudah ku ulang berkali-kali bahwa aku tidak tertarik dengan iming-iming mu itu! aku hanya ingin hidup tenang Nora." Lysander menapis tangan gadis yang bernama Nora tersebut.

Gadis itu tersentak, namun beberapa saat kemudian ia malah tertawa terbahak-bahak kepada Lyander.

'Kalau aku menyebut kakakku gila, maka perempuan di hadapanku ini lebih dari ambang batas wajar manusia. Aku jadi merinding di dekatnya,' batin Lysander seraya menatap sinis ke Nora.

"Apa rencanamu? aku tahu kau datang ke sini bukan hanya untuk basa-basi."

"Bukankah sudah aku katakan? aku hanya ingin dirimu. Tinggalkan saja saudara anehmu itu, bergabunglah bersama ku dan kami."

"Kau apakan kakakku?!"

"Kau cermat juga rupanya, yah yang pastinya dia sekarang sedang...dalam bahaya sekarang ini. Jadi pilihannya hanya dua. Kakakmu terluka atau kau bersamaku."

"Dasar wanita keparat!"

"Terus saja mengata-ngatai ku sayang. Aku tunggu kedatanganmu nanti."

Lysander menghela nafas kasar. Dia ingat kalau kakaknya sedang mengikuti turnamen di pusat kota. Dia membereskan semua barang bawannya. Pergi ke pusat kota, memastikan kalau semuanya baik-baik saja.

*****

Bunyi langkah berderu di sepanjang jalan utama pusat kota. Lysander menatap heran, ada keributan apa di sana?

Lysander mempercepat langkahnya, di sela-sela kerumunan masyarakat Lysander sempat berpapasan dengan Nora, namun nampaknya Nora sedang terburu-buru dan panik. Banyak pertanyaan yang berlalu-lintas di fikiran Lysander.

"KEBAKARAN!"

"CEPAT PANGGIL PASUKAN KESATRIA KERAJAAN!"

"TOLONG PARA PENGGUNA KEKUATAN MAGIS AIR DIHARAPKAN MEMBANTU PROSES PEMADAMAN!"

Lysander menerobos kerumunan masyarakat. Semakin dekat dengan pusat kota suhu di udara semakin meningkat. Jantung Lysander berdegup kencang, semoga saja firasat buruknya tidak benar-benar terjadi. Sebab kakaknya sedang ada di pusat kota. Kekuatan api identik dengan kakak satu-satunya itu.

"Apa yang sedang terjadi di sini Tuan?" ujar Lysander mencegat seorang pria paruh baya.

"Ada kebakarang yang sangat besar terjadi di pusat kota. Tepatnya di lokasi turnamen yang diadakan Perusahaan Olarichi. Ya sudah, saya sedang terburu-buru. Kalau anda pengguna kekuatan magis yang berkaitan dengan air diharapkan juga ikut membantu ke sana," jawab pria tersebut.

"I-iya pak, terima kasih atas infonya. Sayangnya saya bukan pengguna kekuatan magis air. Tapi saya akan ikut membantu ke sana," balas Lysander.

Lysander segera ke lokasi turnamen tersebut. Dan yang terpampang di depan indra penglihatannya adalah kobaran api yang sangat besar, banyak orang yang terkena api dan terluka. Dan di puncak tertinggi bangunan setempat, Lyosha berdiri dengan wajah murka.

"JANGAN PERNAH MEMFITNAH AKU! AKU TIDAK PERNAH MELAKUKAN KECURANGAN! DAN JANGAN BAWA-BAWA ADIKKU! KALAU SAMPAI KALIAN MELUKAINYA, KALIAN LAH YANG AKAN KU KIRIM TERLEBIH DAHULU KE NERAKA!" teriak Lyosha dari atas sana.

Banyak orang yang berlarian menjauhi tempat tersebut. Lysander lalu merapal mantra magis dan mengambil tali .... yang ada dalam dimensi penyimpanan miliknya.

"Lyosha, turun dari sini. Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Lysander yang sedang berdiri di belakang Lyosha.

"Lysander?!" pekik Lyosha, ia langung memeluk Lysander. "Mereka bilang kalau mereka berbuat jahat padamu."

"Itu hanya tipu daya mereka. Kau ingat Nora? dia mengatakan hal yang sama tentangmu. Lebih baik kita pergi dari sini. Kerusakan yang terjadi sudah sangat besar." Lysander menarik tangan Lyosha menjauh dari tempat tersebut.

Setelah insiden tersebut Lyosha dan Lysander pergi berkelana. Menjauh dari bumi Kerajaan Vetus dan segala kebohongan dan tipu muslihat yang ada di dalamnya.

"Aku masih penasaran," ujar Liana sambil memegangi dagunya sendiri. "Apa kalian hanya menceritakan bagian-bagian tertentu saja? dan itu tidak menjawab pertanyaan ku di awal."

"Yang lainnya tidak penting. Pokoknya kalau semisalnya kami dan kau pergi ke sana, usahakan agar tidak bertemu dengan Nora dan antek-antek Perusahaan Olarichi," ujar Lyosha lalu menyeruput minumannya lagi.

"Nora ya? hm... tapi kenapa dengan Perusahaan Olarichi? bukankah perusahaan itu hanya menyelenggarakan turnamen?"

"Kami sempat sedikit menyelidiki dan mendapat bukti kalau Perusahaan Olarichi berkerja sama. Mungkin cerita ini agak terdengar rancu dan tidak jelas. Tapi rincinya akan kami ceritakan nanti setelah sampai di Coil Cottage. Astaga, apa Curch Village (desa tempat Coil Cottage berada) masih jauh?" tanya Lysander, barang bawaannya paling banyak dari pada yang lain. Lyosha sengaja membawa barang yang penting-pentingnya saja dan menyuruh Liana untuk membawa barang paling sedikit, padahal Liana sudah menawarkan diri untuk membawa barang lebih banyak.

"Sudah ku duga kalau ceritanya tidak sependek itu," sahut Liana, dia nampak cemberut karena masih penasaran pada kisah cerita Lyosha dan Lysander.

"Intinya kami berdua saling mengenal satu sama lain, bahkan sangat mengenal. Cuma...kami memang kurang akur," ujar Lyosha pada Liana.