webnovel

Sebab - Akibat!

"Sudah kenyang?" tanya Ryo santai. Duduk di sebelah Ayaka yang memiliki tubuh mungil membuatnya terlihat seperti om-om, padahal dirinya masih kuliah.

Ayaka mengangguk sopan. Meskipun ia sudah bisa sedikit percaya dengan Ryo, tetap saja dirinya masih harus waspada. Ryo memang terlihat baik, tetapi dia juga tetap seorang pria.

"Baiklah, kita akan menuju ke rumahmu!" ujarnya dengan smirk yang tertutup maskernya.

Ayaka tidak bergeming, dirinya dengan mantap mengikuti keinginan Ryo. Tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Intinya dia ingin melakukan sesuatu agar tidak semakin frustrasi karena merasa tidak berguna.

Sebuah mobil melaju kencang menuju tempat mereka berdiri. "Kita bertemu lagi, Hashimoto Ayaka!"

"Ka— mu?" Darah Ayaka berdesir. Bukankah seseorang yang sedang duduk santai di kursi penumpang itu adalah orang yang ia temui di taman ayunan. Bagaimana bisa dia kenal dengan Ryo.

"Nakamura-kun, apa maksudnya ini?" tanya Ayaka merasa dikhianati. Dirinya telah memberi tanda merah pada pria itu. Tetapi saat ini mereka malah bertemu lagi.

Ryo membuka maskernya. "Tenang saja, kita ini bersaudara. Dia kembaranku, Nakamura Kyo," terangnya penuh perhatian. "Dan kau, jangan menakutinya lagi. Apa kau tidak bisa berpikir lebih normal. Dia ini—!"

"Dia ini seorang gadis, ya ya ... aku tahu!" potong Kyo cepat.

Ups!

Hampir saja Ryo keceplosan mengenai Ayaka. Ia pun segera mendorong gadis itu masuk ke dalam mobil. Jadilah mereka bertiga duduk bersebelahan dengan Ayaka yang berada di antara dua pria tampan itu.

Ayaka sedikit terusik dengan setiap kata yang terucap dari mulut Kyo. Ia sampai enggan menatap wajah dingin pria itu yang ternyata tidak beda jauh dengan Ryo. Namun, Kyo sedikit lebih tampan karena memiliki bulu mata yang sangat lentik seperti wanita.

Kyo sendiri tidak ambil pusing dan kembali menutup mata dan memasang earphone-nya kembali.

Sementara Ryo, pria itu menyibukkan diri dengan tabletnya. Entah apa yang sedang disibukkannya. Ayaka yang tidak memiliki apapun di tangannya hanya bisa berdiam diri sambil menahan kantuk.

45 menit kemudian...

"Ayaka-chan, Ayaka-chan ... bangun," bisik Ryo lembut.

"Ck, mana bisa bangun jika sepelan itu!" kesal Kyo yang mulai merasakan pegal di pundaknya. "Oi, Ayaka ... bangun!" bentak Ryo cukup kasar. Wajahnya agak bersemu melihat tingkah Ayaka yang sangat imut saat mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Euunghh!" lenguh Ayaka menimbulkan kesan aneh pada pendengaran dua pria itu. Mereka saling menatap satu sama lain dan Ryo tersenyum smirk.

'Aku tahu maksudmu, bodoh!' batin Kyo dalam hati. Akhirnya, pundaknya merasa ringan setelah beban yang sejak tadi ditahannya telah pergi.

Kyo membuang muka saat Ayaka membuka mulutnya, menguap. Ia membuka pintu mobil dan pergi ke luar lebih dulu. Di luar sana, tepatnya di kediaman Hashimoto, cukup ramai dengan banyaknya bodyguard yang berjaga di luar rumah.

"Ada apa ini, kenapa rumahku sangat ramai?" Hati Ayaka merasa janggal. Ia buru-buru berlari memasuki rumah. Karena tidak hati-hati, dia sampai menabrak Kyo.

Kyo yang tadinya ingin marah mengurungkan niatnya karena sebentar lagi drama yang sebenarnya akan dimulai. Ia menatap kosong kepergian Ayaka yang terkesan tergesa-gesa.

"Ibu, Ayah!" teriak Ayaka mengejutkan semua orang.

Dirinya bisa melihat banyak sekali pria-pria asing bertubuh besar menatapnya garang. Ayaka pun menjadi takut, ditatap seperti itu membuatnya ingin pindah alam saja. Terlalu mengerikan baginya.

"Jangan sentuh gadis itu!" desis seseorang dari belakang.

"Kyo-san!"

Tubuh pria yang terpanggil itu sedikit menegang. "Jangan panggil aku seperti itu, sial!" desisnya merasa tidak suka dengan panggilan itu. Kedua mata elangnya kembali menatap pria-pria gagah itu tanpa rasa takut sedikitpun. "Dia anggota keluarga Hashimoto!"

Mereka, para pria menakutkan itu langsung membungkuk hingga 90°. Tanpa mengucap sepatah kata, salah satu dari mereka membentangkan tangan kanannya memberi petunjuk.

Telunjuk pria itu mengarah ke ruang tengah. Tanpa menunggu, Ayaka langsung berlari menuju ruangan itu.

BRAKK.

Ayaka membanting pintu dan semua orang yang ada di dalamnya terkejut. Berbeda dengan pria bertopeng yang hanya menoleh sebentar, lalu kembali menutup mata dan menyandarkan punggungnya senyaman mungkin di sofa.

"Ayah, Ibu, Izumi!" pekik Ayaka menghamburkan tubuhnya ke tubuh mereka yang sudah babak belur. "Apa yang terjadi?"

Izumi dengan tatapan tajam dan menusuk enggan menjawab pertanyaan polos Ayaka. Tidak ada satupun yang bersuara sampai si pria bertopeng itu kembali membuka matanya. "Jika kau sudah selesai dengan tangisanmu, tandatangani surat kontrak di belakangmu!" titah pria itu tak terbantah.

Apa maksudnya?

Tubuh Ayaka yang lemas masih harus berjuang dengan serangan tanpa ampun dari iblis bertopeng itu. Tidak bisa, dia tidak kuat lagi menahan rasa sakit hatinya. "Apa yang kau lakukan pada keluargaku, Tuan Bertopeng?"

Tangisan Ayaka yang semakin kencang membuat Izumi tidak kuat lagi menahan emosinya. "Ayaka, maafkan aku ... ini salahku, menjeretmu ke dalam masalah orang dewasa!" Izumi menghela nafas, berat. Dirinya telah melupakan rasa sakit dan perih di sekujur tubuhnya. "Semua ini adalah salahku!"

DEG.

Nafas Ayaka menjadi berat dan tidak teratur. "Apa yang kau lakukan pada pria itu hingga membuat keluarga kita begini?" Suara Ayaka terdengar parau dan penuh penderitaan.

Pria bertopeng, Ryo, dan Kyo menyaksikan secara langsung pertengkaran dua saudara di depan mereka tanpa bersuara.

"Aku menolak perjodohan dengan pria itu dan meremehkan semua peringatan keluarga Nakamura tentang perjodohan yang sudah ditetapkan sejak lahir. Karena sejak dulu, keluarga Nakamura adalah keluarga dekat Hashimoto."

"Itu adalah tradisi bagi anak pertama Nakamura dan Hashimoto, jika sampai melanggar ... maka kedua keluarga akan melakukan perang saudara!" jelas Izumi dengan wajah tertunduk sempurna.

Ayaka tidak mengerti dengan masalah yang satu ini. Mungkin karena dirinya hanyalah anak kedua, jadi tidak perlu mendapatkan pengetahuan seperti ini, pikirnya. "Lalu, kenapa kau tidak mau melakukannya?" lirihnya masih tidak percaya akan nasibnya yang malang.

"Kenapa malah membuat kekacauan dan menyusahkanku, apa kau tidak pernah berpikir—."

"Aku tidak bisa menerima tradisi konyol ini, sialan. Siapa yang mau menerima calon suami yang tidak pernah bertemu sama sekali. Aku nyaris gila menahan ini semua selama belasan tahun!" pekik Izumi tidak ingin disalahkan.

Ayaka tersenyum getir. Diusapnya air mata di pipinya seraya berkata, "Lalu, kau bebas menghancurkan masa depanku, begitu. Kenapa aku harus menanggung bebanmu?" Dirinya menangis dan tubuhnya jatuh terduduk. "Lalu, jika memang tradisi ... kenapa nama belakang ibu bukan Nakamura?"

"Itu karena keluargamu adalah keluarga yang tidak taat!" ujar pria bertopeng tersenyum sinis. "Sebenarnya keluarga kami juga sedikit tidak taat, karena itu ... jadilah masalah ini!" sambungnya terasa sangat dingin seperti ada banyak partikel es yang mengikuti setiap kata-kata yang keluar dari mulut pria itu.

"Tapi, dengan bodohnya, Izumi melanggar perjanjian dengan melakukan kesalahan fatal menjual keperawanannya pada pria lain, bodoh kuadrat!" sambung Kyo yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari pria bertopeng itu.

To be continued...