WARNING! TERDAPAT KATA KASAR!
...
Sosnovka Military Base.
Jam 12 malam, entah apa yang dipikirkan Selena saat ini. Pasukannya kalah dalam melawan para Twilight. Apa rencana selanjutnya dari Selena? Memang Selena Lelah yang setiap harinya mondar-mandir di singsana demi kabarnya dari para pasukan.
"Ratu, pasukan Twilight berhasil menggagalkan pertahanan komunikasi di berbagai tempat seperti di Georgopol dan Mylta Power. Sedangkan di Pochinki, portal telah dihancurkan. Kita tidak ada cara lain selain bertahan di basis utama." Kata seorang kepala perang Abyssal.
Selena duduk dan menggebrak bangku singsana.
"Kurang hajar! Mereka berani-beraninya menghancurkan rencanaku!" Murka sang ratu.
"Kami minta maaf, Ratu. Mereka sangat kuat, kita sulit mengalahkan mereka. Padahal kekuatan yang kita miliki telah kuat dan tidak bias terkalahkan."
"Kaliannya saja yang bodoh! Kalian tidak mengerti bagaimana cara berperang dengan baik!" Selena makin marah dengan kinerja pasukannya yang lalai.
"Tetapi ada satu cara bagaimana mengalahkan mereka."
"Apa itu, Ratu?"
"Ikuti aku malam ini." Selena berdiri dan meninggalkan tempat utamanya.
…
Selena dan dua orang penyerang berjalan menuju barat laut sekitar wilayah peternakan.
"Baiklah. Kalian berdua akan mencari Sang Ksatria Putri, Lunox. Dia adalah orang yang berpengaruh dalam setiap. Dan ditambah salah satu pemain perang, yaitu Max. Dia juga ahli dalam menembak. Misi utama kita adalah menculik Lunox saja dan bawa kemari. Aku akan menunggunya disini. Mengerti?"
"Baik, Ratu. Kami mengerti!"
"Bagus. Kerjakan sekarang juga. Aku yakin mereka sedang kelelahan malam ini. Manfaatkan keadaan ini. Mereka juga sedang beristirahat." Kedua penyerang itu pergi dan melaksanakan tugas apa yang diperintahkan Selena.
…
Di sebuah gubuk kecil, Lunox sangat nyenyak disebelah Max. Max tidak tidur malam ini. Dia hanya berjaga-jaga sepanjang malam. Max memutarkan sebuah G18 di depan api yang hangat.
"Apakah aku layak mencintai gadis dari dimensi lain? Rasanya agak aneh jika orang-orang bertanya dia berasal dari mana? Dimana aku tidak punya Flare Gun?" Kata Max dalam hati.
"Ketika dalam hatiku berkata sejak aku bertemu dia, dia benar-benar dingin padaku. Dia jarang bicara Panjang dan akhirnya, dia bisa mengatakan apa saja. Aku sungguh senang. Aku harap aku bisa bersamanya jika takdir menentukan." Max yakin kalau dia mencintai Lunox, gadis dari Twilight Kingdom yang dikenal dingin.
Tiba-tiba…
"Apa itu?" Terlihat ada pergerakan dari depan yang mengarah ke kanan lalu ke belakang. Max memantau ke depan dengan G18. Karena semakin aneh, Max mengubah posisi tidur Lunox dan berjalan ke arah belakang.
Saat berjalan ke sumber jejak, ternyata nihil. Max memastikan untuk mengecek dari kiri, kanan, depan, dan belakang.
"Sial! Apa hanya perasaanku saja?"
"Itu hanya perasaanmu saja." Kata salah satu penyerang.
Max kaget hingga telat melepaskan tembakan dan penyerang itu dengan cepat mencakar Max hingga pingsan.
Lalu, mereka memanfaatkan keadaan kelengahan Max yang membuat mereka mengangkat tubuh Lunox dan membawa kepada Sang Ratu.
…
*Prok *Prok *Prok *Prok
Lunox terbangun dari tidurnya. Dia melihat Selena yang sedang tepuk tangan di depannya. Lunox terikat hingga tubuhnya tidak bisa bergerak.
"Akhirnya kau bangun juga, Tuan Putri." Reaksi Lunox menjadi amarah.
"Cih, lepaskan aku!"
"Lepaskan? Aku tidak akan melepaskanmu."
"Dimana Max?"
"Dia, maksudmu si pemain perang itu? Dia sedang tidur panjang sekarang. Dia tidak akan terbangun dari tidurnya. Dan aku, yah… telah berhasil mendapatkanmu dan kau akan menjadi tawananku setelah kau akan membunuh Max. Hahahahahahaha….." Tertawalah Selena dengan hawa jahat.
"Kau memang tak berguna, Selena! Aku tidak segan-segan membunuhmu!" Lunox mencoba melepaskan ikatannya namun susah sekali.
"Coba saja kalau bisa. Ikatan itu sangat sulit sekali." Selena mengeluarkan mantra yang sangat kuat. Lalu dia berjalan pelan di depan Lunox.
"Kau tahu, aku dari dulu mencintaimu. Tetapi, yaa…. Kita akan bertemu di tempat yang sudah ditentukan, di wilayah Vikendi."
"Apa yang kau lakukan?!"
"Aku akan membuatmu kuat. Kau akan lupa dengan segalanya, terutama sang kekasihmu." Selena melemparkan mantranya kepada Lunox. Dan reaksinya sangat kuat hingga Lunox menjerit keras.
"AAAARRRRRGGGGHHHHHH!!!!!!! Sakit!"
"Ayolah semua, mari kita pergi dari sini. Biarlah dia merasakan apa itu menderita yang sebenarnya. Sampai jumpa. Ding Dong!"
Selena dan kedua penyerang meninggalkan wilayah peternakan itu. Selama dua menit, aura yang berada di tubuh Lunox menjadi ungu dan warna matanya berubah warna ungu.
"Heeuuuhhh…!"
…
Ketika bangun setelah pingsan...
"Ugghhh..." Max masih merasakan sakit pada badannya. Saat dia melirik ke kiri dan ke kanan, Max balik ke gubuk itu dan mendapatkan Lunox tidak ada disitu.
"Lunox?" Dia diculik.
"Lunox, kau dimana?" Dia pun memutuskan mencari di sekitar bangunan. Hasilnya nihil, tidak ada tanda keberadaan Lunox disekitar bangunan ini.
"Mereka benar-benar keterlaluan! Mereka mencoba memanfaatkan kelengahanku." Max bergegas mengambil perlengkapan perangnya.
"AH!" Bekas cakaran di wajahnya membuatnya perih sekali. "Sungguh bajingan makhluk itu!." Di dalam bungkusan perban, dia mengambil sebuah kain yang digunakan untuk membersihkan darah. Walaupun perih, dia tetap menahan rasa perihnya.
...
"Lunox, Lunox!!!" Max teriak dengan berlari. Dia merasa khawatir dengan Lunox yang entah pergi kemana.
Max berlari ke arah tenggara, sampai dia mendapatkan sesuatu ketika berlari. Sebuah gelang berwarna ungu yang mengkilap.
"Ini apa ya?" Saat ditelusuri, dia menganggap ada orang yang membawa Lunox saat tertidur. Namun ada sebuah bau yang tidak enak di gelangnya.
"Ihhhh.... kok baunya beda? Apakah ini…" Bau seorang Abyss. "Oh tidak?" Dia memeriksa semua bangunan yang ada disekitar Max. Satu persatu rumah yang dia periksa tidak ada tanda-tanda keberadaan Lunox disekitar dia berada.
"Lunox!" Dia pun terus mencarinya sampai ke bangunan sebelah di bagian timur.
"Lunox!" Bangunan pada bagian timur juga tidak ada.
"Lunox!" Disebuah gubuk pun juga tidak ada.
"Bangsat! Dimana Lunox? Aku tahu dia membuat tadi malam menyihir kelengahan kita. Dia membuat kita tidur. Persetan kau, Selena!" Max pun kembali lari.
Pada saat dia lari, disekitar Farm alias tempat peternakan, dia melihat seorang gadis yang berdiri patung di tengah-tengah Farm.
"Bukankah itu Lunox?" Saat di detail dekat kira kira 10 meter. Benar, dia adalah Lunox.
"Lunox?!" Dia pun langsung menghampirinya tanpa kewaspadaan. Lunox membalik dan sinar ungu melesat ke arah wajah Max. Walaupun Max tidak diwaspadai dengan ancaman atau serangan, Max terkena serangan sinar ungu.
"ARRRGGGHHH!!!!!!" Max menjadi terpental. Badannya merasa kesakitan akibat serangan tersebut. Saat dia membalikan wajahnya, ternyata adalah Lunox, tetapi bukan dia sesungguhnya. Memang dia Lunox namun sifatnya beda. Dia menggunakan mata yang penuh dengan warna ungu dengan sifat yang paling dingin.
"Lunox, k-kau.. kau?"
"Ada apa, kau terkejut dengan keadaanku?" Kata Lunox dengan suara yang terlihat menyeramkan.
"Lunox, apa yang kau lakukan?" Kata Max yang mundur dari Lunox.
"Aku disini... akan melenyapkanku. Aku adalah, Lunox yang sesungguhnya!" Lunox mengeuarkan sinar ungu ke jerami dengan nada amarah.
"Tidak, kau bukan Lunox. KAU DIPENGARUH SELENA, ANJING!" Balas Max.
"Oh, hahahaha... dipengaruh? Tidak bodoh! Aku yang sesungguhnya. Lihatlah tubuhku. Aku adalah Lunox, mungkin kau yang tidak percaya."
"Aku tidak percaya. Aku tidak percaya dengan omong kosongmu. Aku tahu KALAU OTAKMU TIDAK BERES! DIMANA LUNOX, ANJING!"
Langkah Max telah habis. Lunox mendekati Max dengan wajah yang sangat pucat.
"Lunox telah lenyap dan kini tubuhnya MILIKKU!" Bersiap-siap Lunox menyerang Max tapi Max menendang perut Lunox hingga terpental.
"ARRGGHHH!!!" Max bangun dan mengambil M416. Dia menembak ke arah kaki Lunox walaupun arah bidikannya ke tanah agar tidak mendekati Max.
"Bangsat! Selena meracuni otak Lunox hingga menjadi gila." Max mencari cara agar menghentikan serangan Lunox.
...
"Jika ada seorang yang ingin menyerang, walaupun itu orang yang kamu sayangi, makan gunakanlah pelindung masakan, hehehe... itu memang agak lucu, Max. Aku yakin jika kau belajar dariku, kau akan mencari jalan keluar untuk menghadapi masalah tanpa menggunakan senjata." Kata Claude, sahabat Max.
...
"Iya. Kau benar Claude. Sebuah panci!" Sebuah panci dibelakang Max diambil olehnya. Lalu Lunox melepaskan sinar ungu ke Max. Max lansung menangkis dengan panci hingga terpental ke kanan.
*TENG!
"Hahahaha....! Bagaimana?" Lunox menjadi kesal dengan gayanya Max.
"IIIIIHHHHH!!!!! AKAN KU BALAS KAU, MAX!" Kemampuan Ultimate Lunox keluar. Sinar ungu yang dikeluarkannya membuat Lunox marah. Max dengan satu tangan menepis sinar layaknya pemain PUBG memblokir kontak peluru.
"Haha! Tak kena! Tak Kena!" Max ejek Lunox dengan gaya goyang itik.
"IIIIIHHHHH!!!!!!" Lunox langsung mengeluarkan sinar yang sangat tinggi. Semakin besar dan membesar langsung dihepaskan ke Max.
"RASAKAN INI!" Max pun mempersiapkan dengan pukulan yang kuat
"HIIIYAAAAA!" Max menangkis serangan dan tangkisan itu mengenai Lunox. Kemudian, Lunox pun terpental.
Max berjalan dan melompat ke arah Lunox langsung membuat sebuah momentum yang luar biasa. Dia memutar badannya dan menampar Lunox dengan panci hingga bunyi.
*TENG!
You knocked out Lunox by pan.
Bibir Lunox penuh dengan darah dan dibagian kepala terdapat bekas memar akibat panci.
"HAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!! Bagaimana Selena. Anak PUBG tidak bisa kalah dari para penyihir. Anak PUBG itu, bukan hanya dengan senjata saja, panci pun jadi. Sekali pukul, langsung mati. Buktinya, lu malah kena K.O." Max meledek di hadapan Lunox. Tiba-tiba, amarah Lunox pun menjadi.
"Heuh! Heuh! Heuh!"
"Apa? Mau apa? Lawan? Tumbuklah, dapat duit gue!"
Energi yang dihasilkan Lunox tiba-tiba bersinar. Max terpental 3 meter dari Lunox.
"Apa?"
"Hehehehe... aku belum kalah, bodoh! Aku masih bisa melawanmu!" Lunox lari dengan cepat dan menghajar Max bertubi-tubi. Walaupun Max menggunakan Helm Level 3 merasakan sakit pada kepalanya.
"Cewek ini, memang gila!" Lunox pun tidak mau kalah dengan Max. Rasa sakit yang dirasakan Lunox memang terasa walaupun dengan memukul Max juga sama. Helm level 3 Max pecah dan tersisa wajahnya.
Lunox yang sekarang dikendalikan Selena melawan terus hingga Max tidak berdaya. Pukulan Lunox membuat Max tidak bisa menyerang cepat. Akhirnya, Max tumbang dengan wajah yang lebam dengan pukulan dahsyatnya.
You have knocked out by Lunox with fist.
"Hehehehe... sekarang giliran kau yang lemah. Selamat tinggal pada dunia, bodoh!" Lunox mengangkat kakinya ke arah wajah Max. Saat Lunox menginjak ke arah wajah Max, Max mengambil pancinya kembali dengan dua tangan dan menahan kakinya.
"Tidak akan, TIDAK AKAN!" Max mengangkat pancinya dan serangan Lunox ditepis kembali. Max menjadi murka dengan Selena.
"KAU BUKAN LUNOX! KAU DIRASUKI SELENA, ANJING!" Max mengunci leher Lunox dan menghajar habis-habisan. Lunox menjadi lemah saat Max marah besar hingga jatuh ke tanah.
"Aku tidak tega menghajar Lunox. Tetapi di dalam tubuhnya ada seorang iblis yang merasuki tubuh Lunox." Air mata Max berjatuhan melihat Lunox babak belur olehnya.
"ANJING, ANJING, ANJING!" Max terus menghajarnya lalu mencari cara untuk menenangkan Lunox.
"Aku harus menghentikan kegilaan ini. Bagaimana caranya? Aku bingung? Aku tidak mau kehilangan Lunox?" Ingatan Max muncul.
...
"Kau lihatlah, Max. Ini adalah suntikan adernalin. Fungsinya adalah untuk mengembalikan kekebalan tubuh setelah diserang dan juga sekaligus obat penenang. Gunakanlah jika dalam bahaya, termasuk orang yang kamu sayangi." Kata Claude.
...
"Kau benar, kau benar, Claude." Max mengambil sebuah suntikan di tas nya. Kemudian, dia melihat wajah Lunox dengan mata berwarna ungu tak berdaya dipangkuannya.
"Heuh? Heuh?" Walaupun Lunox masih ingin melawan dengan berusaha menggoyangkan badannya agar terlepas.
"Semoga, dengan suntikan ini, kau tidak akan kembali mendapatkan sihir sialan itu dari Selena ataupun pasukan Abyss." Max langsung memeluk Lunox dan menyuntikannya ke lengan kiri Lunox.
"HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!" Lunox menjerit keras saat suntikan itu masuk ke dalam tubuhnya dengan rasa sakit yang 4x lipat luar biasa dibandingkan suntikan biasa. Karena obat yang terkandung adalah morfin.
Setelah beberapa detik disuntik, Max melepaskan dengan pelan. Lunox langusng lemas dan pingsan di dekapan Max. Lalu, Max menangis.
"Huhuhuhuhu, Lunox. Mengapa kau seperti ini. Maafkan aku, Lunox. Aku sudah menyakitimu, hiks. Maafkan aku. Huhuhuhuhu....." Saking sakitnya melihat Lunox tersakiti olehnya, Max sudah berusaha untuk menyelamatkan Lunox. Max memeluk erat badannya dan mengeluarkan semua amarahnya dengan menangis dan menangis hingga keras.
Walaupun capek, memang capek menangis, Max pun terus menangis karena Lunox.
"Maafkan aku, Lunox."
"Tuan Putri?" Faramis bersama pasukan Twilight menghampiri Max dan Lunox, sekitar empat orang.
"Huh, kalian?"
"Ada apa dengan Tuan Putri?" Tanya salah satu pasukan Twilight.
"Ceritanya panjang. Mungkin, hiks kalian akan memahami apa yang aku maksud dengan semua kekacauan yang aku dan Lunox perbuat."
"Maksudmu, kau dan Tuan Putri berkelahi?"
"Bukan begitu ceritanya. Lebih baik, bawa dia ke Mylta. Aku akan menjelaskannya disana."
"Baiklah, aku tidak ingin Tuan Putri kenapa-kenapa."
"Kalian khawatir dengan ini? Jangan khawatir dia baik-baik saja." Max mengendong tubuh Lunox dan berjalan bersama para Twilight ke Mylta.