"Kau mau coba-coba denganku? Aku bukan pelajaran, Brengsek."
[Apo Nattawin Wattanagitipat]
***
"Ahhn. Nnh. Mmh."
"Hhh. Hhhh. Hmm."
Suara desahan mereka bersahut-sahutan. Dan diantara feromon tajam Alpha yang memenuhi ruangan, Apo bisa mengendalikan dirinya sendiri tanpa menjadi muntah.
Hei, kenapa bisa? Bukankah kalau Alpha dan Alpha bersatu terjadi gejolak di dalam tubuh mereka?
Mile ikut bingung, tapi lelaki Alpha itu lebih suka fokus menikmati persetubuhan. Dia memenuhi liang hangat Apo. Menciumnya dari kening, hidung, hingga bibir kembali. Lalu memeluknya di akhir.
Brugh!
"Hahh ... hahh ... hahhh ... hahhh ...."
Keduanya mencapai kenikmatan tertinggi. Dalam keadaan sama-sama puas, walau rasanya seperti menaiki roaller coaster.
"Ha ha. Are you okay?" tanya Mile. Dia memastikan Apo tidak robek seperti yang lelaki Alpha itu khawatirkan. Lalu duduk tegak agar tidak terus menimpanya di sofa.
"Hahhh ... enough, hhh ... aku bisa gila kalau ini diteruskan lagi," kata Apo. Menutup kedua matanya dengan lengan.
Entah kenapa, melihat dada kembang kempis Apo, rasanya senang sekali. Mile juga menikmati pemandangan tanda-tanda yang dia tinggalkan. Ada kissmark merah-merah. Ada bekas hisapannya di kedua puting kecil itu, lalu bibir Apo yang bengkak—ha ha ... ini luar biasa sekali.
Mile sampai ingin memaki seseorang karena Apo terlalu seksi.
"Aku rasa, sangat disayangkan kalau tidak bisa memilikinya secara utuh," pikir Mile tiba-tiba. Dia mendadak begitu tamak, dan tetap duduk di sebelah Apo meski sudah berpakaian lengkap.
"Hei, Apo."
"Hrrrm?" sahut Apo dengan memegangi perut mualnya. Jujur, dia merasakan sensasi agak aneh setelah menerima banyak sperma di dalam sana. Tapi, tidak buruk. Dia mungkin hanya tidak terbiasa saja.
"Sakit di suatu tempat? Aku bisa ambilkan sesuatu untukmu."
"Tidak sakit, biasa. Tapi bagus juga kalau minum air," kata Apo. Mile pun segera mencari kulkas lelaki itu. Dan begitu kembali, Apo langsung duduk untuk menerima gelas darinya. Lelaki Alpha itu tampak sedikit lemas, tapi masih sepenuhnya baik-baik saja.
"Oke, sekarang mau apa lagi?"
Apo justru tertawa mengejek. "Cih ... kenapa tiba-tiba kau bersikap jadi pacarku? Sudah cukup. Aku mau mandi sebelum tidur," katanya. Lalu meraba-raba kemejanya dari lantai. Dia sedikit membungkuk, tapi ternyata punggungnya ngilu.
Hei, apa semua Omega juga merasa begini setelah mereka disetubuhi? Apo benar-benar tidak bisa membayangkan harus begitu setiap saat karena role mereka memang di bawah.
"Heih, memang kenapa kalau aku tiba-tiba ingin jadi pacarmu? Lagipula seks kita berdua tidak ada masalah."
Apo pun tersedak di tegulan berikutnya. "UHUK!" batuknya parah sekali, bahkan dia sampai mencubit hidungnya sebelum mengeluarkan air itu dari sana. "Hah? Apa? Bercanda dengan hal-hal seperti itu aku akan mengebiri penismu, paham?!"
"Yakin mau memotongnya? Kan dia yang akan memuaskanmu terus menerus?" tanya Mile. Mendadak, dia merasa lebih segar karena bisa mendominasi seorang Alpha juga. Well, ternyata semenyenangkan ini berpasangan dengan jenis sendiri. Kau seketika merasa lebih jantan dari Alpha mana pun sekarang.
"Mile, cekik atas atau cekik bawah?" tantang Apo balik. "Aku jadi kesal kau meneruskan hal ini."
"Hei, aku serius sekali," kata Mile. "... walau bukan cinta atau apa, kita bisa menumbuhkannya perlahan-lahan. Semua bisa dimulai dari garis start. Toh kau butuh pelarian dan aku juga senang mempelajari hal baru."
"Brengsek, aku bukan pelajaran."
Mile malah melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Apo. Ah, masa bodoh. Mau melawan model macam apa dia? Toh masih dalam kondisi telanjang. Memangnya bisa pergi seenaknya tanpa berbaju?
Mile tak bisa menjamin itu.
"Tapi barusan kita sama-sama belajar," kata Mile dengan tertawa. Hilang sudah wajah dinginnya entah kemana. "Kau jadi pasanganku, dan aku jadi pasanganmu. Lagipula aku memenuhi kriteria tipe-mu. Tampan, mapan, hebat, dan seorang Alpha berpenis besar—"
"MILE!!!!"
Mile tertawa lepas kali ini. Lihat betapa percaya dirinya dia? Apo sampai mengeluarkan simpang empat di kening, tetapi dia juga tak bisa membantah. Sebab yang dikatakan Mile benar adanya, meski memang agak menyebalkan.
"Oke, tapi ...."
Mile pun memeluk pinggang Apo semakin erat. Dia tidak ragu untuk duduk di bawah sofa hanya untuk memuja lelaki Alpha menawan yang satu ini. ".... tapi masih kepikiran Kakakku? Well, aku akan berusaha keras membuatmu lupa padanya. Toh, kalau kau melihatnya mesra dengan si Omega, palingan terbakar sendiri. Bagaimana kalau kita selesaikan dengan cara seperti ini? Siapa tahu bonus keseriusan, lalu kita menikah suatu hari."
... sangat-sangat sulit dipercaya.
Apo sampai geli sekali, tapi dia juga campur aduk. Rasanya senang, sedih, tapi juga antusias. Maka meski agak merasa aneh, tetapi dia mau memeluk leher Mile untuk berciuman lagi pada tengah malam itu.
Malam yang begitu sepi. Hanya mereka berdua di sana, dan Apo memutuskan untuk menyerahkan diri.
TAMAT
***
Mini Ekstra Chapter:
Paginya, Apo meminta maaf di depan kepala bagian pemasaran atas kelalaiannya dalam bertugas. Dia membungkuk di depan Mew, yang malah bingung kuadrat karena melihat Mile ikut hadir di tempat itu.
"Kau kenapa ada di sini lagi?" tanya Mew bingung.
Bukannya canggung, Mile justru tersenyum penuh arti. "Well, ada dua alasan untukku datang," katanya. "Pertama, selamat untuk pernikahanmu dengan Kak Gulf. Kedua, aku ingin menemani pacarku izin mengundurkan diri."
"Apa?"
Apo pun memperjelasnya dengan menyerahkan surat pengunduran yang telah dia siapkan kemarin. "Umn, ya ... sebenarnya harus kuberikan kemarin. Tapi memang baru sempat hari ini."
Sambil merangkul Apo, Mile pun ikut menimpali. "Ya, begitulah. Apo akan ikut denganku ke Sydney. Bisa kakak memberi kami selamat? Setidaknya sudah berani bilang setelah bertahun-tahun ...."
"FUCK?!" pikir Apo sulit percaya. Sebab meski memang kata-kata ini direncanakan, dia masih susah menerima bagaimana Mile mengatakannya secara lancar.
"Alah, bohongi saja Kak Mew. Biar ini dianggapnya kejutan, jadi tidak terkesan aneh!" pikir Mile.
"Oh, oke," kata Mew ikut canggung dengan situasi itu. Dia pun menjabat tangan Apo, lalu tersenyum manis. "Baiklah, kalau itu adikku aku sudah percaya. Tapi tetap hati-hati selama di sana. Dan, kalau boleh ... bisa kalian datang bersama di pernikahanku? Kemari. Kuharap tidak ada yang keberatan untuk terbang lintas negara lagi meski baru sekali di sana."
Mile hanya menyahut ringan. "Hmmmm ...." katanya.
Dan begitulah kisah aneh yang Apo alami sebelum dia bertemu dengan Mile, hingga 3 tahun kemudian, pernikahan diantara mereka benar-benar terwujud di Sydney setelah Mile mendapatkan medali emasnya dalam ranah internasional untuk pertama kali.
FINISH