webnovel

BAB 3: AKU INI TIDAK MABUK!

"JAGA MULUT KOTORMU TENTANG DIRINYA!" bentak Apo tanpa berpikir. Pria Alpha itu merangsek maju untuk menjambak kerah Mile, padahal beberapa saat lalu dia sendiri yang ingin Mile tampak tampan.

Sudahi!

Persetan!!

Apo takkan peduli siapapun dia, kalau sudah menyenggol nama Mew, dia takkan segan-segan melakukan apapun untuk menghancurkan—

"WOAAAA.... WOAAAA... WOA... WOA... fuck?!" kata Mile yang lebih cepat bisa menguasai diri. Dia mengangkat kedua tangan, lalu menghindar karena nyaris ditinju lagi.

BRAKHHHH!!

Kali ini, kepalan Apo terkena dinding. Namun, dia tetap tak berhenti menyerang, bahkan menguatkan feromon tanpa kendali sampai kamar mandi itu dilingkupi aroma amarah.

Mau tak mau, Mile pun meladeni Apo. Mereka bertarung dengan gerakan cepat, meski Mile lebih seperti menahan diri. Dia sengaja membiarkan Apo memukul beberapa kali, tapi segera memberangus kedua tangannya ke atas kepala saat ada kesempatan.

BRAKHHH!!

"BRENGSEK!"

BRAKHHH!!

"BAJINGAN KAU MILE PHAKPHUM! GIGOLO RENDAH—"

Dan lebih banyak makian lainnya. Mile sampai harus menahan pergerakan Apo sekuat tenaga, lengkap membekap mulutnya saat ada beberapa pria ingin kencing di dalam sana.

Sayang, daripada lanjut kencing, mereka malah terpaku di depan pintu. Semua takut dengan aura perkelahian di dalam, bahkan ada yang memanggil sekuriti untuk memisahkan.

Tapi Alpha dan Alpha bertarung? Siapa yang bisa menghentikan kecuali salah satu ada yang mengalah. Dan percaya atau tidak, Mile mau menjadi sosok itu sebelum menyeret Apo keluar dalam posisi yang sama.

"UPPH! UPH! UPPHH!"

"Diam kau...." bisik Mile di telinga Apo. "Semuanya melihat sekarang. Apa kau mau dihentikan dari kantor ini langsung? Kita pergi dulu dan selesaikan di luar."

Bukannya di luar, Mile malah melempar Apo ke dalam mobilnya. Dia mengunci pria Alpha itu di dalam, kemudian membawanya pergi.

BRRRRRMMMMM!!

Apo tidak lagi protes. Dia menyiram api dalam dirinya sendiri, lalu mengeluarkan puntung rokok dari saku.

"Hei, dilarang mengisap nikotin di dalam sini," kata Mile yang membuang puntung malang itu dari bibir Apo.

"Tapi kau sendiri merokok!" bentak Apo yang kembali membara.

"Merokok ada aturannya, tolol," kata Mile. Dia kemudian menginjak puntung Apo, meski si pelaku tetap mengisap puntung kedua.

"Cih ...." decih Apo kesal. Benar-benar Alpha sejati. Apo takkan membiarkan seseorang mendominasi seperti itu, jika tanpa izin darinya sendiri.

Asap pun mulai mengepul di dalam mobil. Namun, bukannya merasa bersalah, Apo justru terkekeh senang. Dia menjilat bibir sambil melirik Mile, lalu menguarkan feromon yang membuat si pemilik kendaraan  melajukan roda semakin cepat.

Jujur, Apo tidak peduli akan dibawa kemana. Toh, dia bukan Omega yang selalu terancam hamil di luar rencana. Malahan, pria Alpha itu menikmati waktunya menjajah ruangan, hingga Mile sendiri tak tahan untuk tak membuka jendela.

"Soal yang tadi kau bilang, sebenarnya aku tak peduli misal akan dikeluarkan," kata Apo sambil mengetuk ujung ampas rokoknya keluar jendela. "Karena aku memang berniat mengundurkan diri hari ini."

Mile pun melirik ekspresi Apo dari ekor matanya. "Kenapa?"

"Bukankah kakakmu akan menikah? Sudah berakhir drama cinta seorang Apo pada si tampan," kata Apo dengan kekehan kecil. "Tapi, memang. Aku juga tak berharap lebih sedari awal. Lagipula Omega bernama Gulf itu cantik sekali, mereka serasi. Aku harusnya memberikan selamat daripada melarikan diri."

Bola mata Mile pun berkilat jernih. "Jadi kau sungguhan suka kakakku."

"Memang mukaku terlihat seperti orang bercanda?" kata Apo kesal.

"Bukan, hanya saja ...." Mile melirik bibir Apo sekilas. Warnanya merah, terlihat seksi. Apalagi bentuknya berisi. "....kau kan Alpha juga. Memang bayanganmu menjadi role apa?"

Apo kini menoleh padanya. "Memang menurutmu role-ku apa?" katanya, lalu melirik benda gembung di balik restleting Mile. "....aku jadi yakin bisa adu mekanik kalau hanya dengan milikmu saja."

"Ha ha, ternyata dirimu juga bermulut kotor," kata Mile dengan gelengan pelan. "....aku jadi ingin memasukkan barangku ke dalam sana." Mata pun kembali fokus ke jalan raya.

"Aku Alpha sepertimu, tentu saja senang menusuk," kata Apo. "Walau jika untuk kakakmu, tak masalah kalau kita gantian."

Mile tidak sadar mengeraskan rahangnya.

"....cih, tapi lupakan. Aku tidak bisa mewujudkan fantasiku. Sekarang bisa kau putar balik ke kantor? Niatku memberikan surat pengunduran diri jadi tertunda," kata Apo. Lalu melempar sisa puntung rokoknya ke jalan. Dia sendiri lah yang menutup jendela mobil, kemudian diam beku mirip Mile.

Mile malah terus melajukan mobilnya. "Ngomong-ngomong, apa kau pernah meniduri Omega?" tanyanya.

DEG

"Memang kenapa bertanya begitu?"

"Kalau tak dijawab juga tak masalah ...." kata Mile ringan. Walau jarinya mengetuk-ngetuk setir penasaran.

Apo pun me-notice perilaku Mile. "Pernah hampir, tapi tidak bisa kulakukan," katanya. "Lagipula, kalau tidak suka buat apa dilanjutkan? Hanya akan jadi kenangan buruk. Aku benci bokong Omega yang terus menerus becek. Geli."

Pernyataan yang di luar dugaan.

"Bagaimana dengan Beta?" tanya Mile lagi.

"Hmm, beberapa," kata Apo. "Tapi untuk di luar seks—maksudku berhubungan serius, tentu saja aku tidak suka. Beta bukan seleraku. Mereka terlalu biasa."

"...."

"Aku hanya one night stand sambil lalu," tegas Apo, yang tanpa terduga membuahkan celutukan Mile.

"Jadi status bokongmu perjaka ...."

Apo pun terkesiap beberapa detik. "Memang kenapa kalau iya? Bokongmu pasti juga perjaka," katanya, lalu melirik dudukan Mile. "Atau seseorang pernah menusuk bagian itu? Wah, aku sungguh tak menyangka kau tipe Alpha yang suka begitu jug—"

"Ck, tidak perlu berlebihan," sela Mile dengan kening yang berkedut. Keheningan lantas kembali diantara mereka berdua, hingga pria itu berkata lagi. "Ya sudah. Kuanggap masalah yang tadi selesai."

"Ya."

"Sekarang bagaimana kalau kita minum?" tawar Mile. "Aku sudah lama tidak jelajah kota kelahiran ini."

Apo pun menentukan pilihannya sebelum Mile berbelok. Dia mengatur perjalanan—aneh—mereka siang itu, lalu duduk berdua di bar.

"Tolong, Lazarine Major," kata Mile. Namun, Apo ternyata lebih bar-bar daripada yang dia bayangkan. Pria Alpha itu langsung menyeret botol bir dari meja salah satu pelanggan. Dia menjual senyum agar tidak diadili, lalu menuai jeritan para Omega sebelum duduk di sebelahnya.

"Kenapa, heran?" kata Apo senang. Dia langsung menenggak bir itu dari botolnya. "Aku ini kuat minum. Kau boleh saingan denganku kalau berani."

Mile hanya menggeleng pelan. "Aku tidak mau lepas kendali di tempat seperti ini," katanya. "Siklus rut-ku sudah dekat. Apalagi banyak Omega. Naif kalau sampai meninggalkan bayi dalam salah satu rahim mereka."

"Ha ha ha ha. Kau kan masih bisa tidur dengan Beta."

"Atau Alpha serampangan yang sekarang sedang tertawa di depan mukaku."

Apo malah mendengus saja sebelum menenggak birnya sampai tumpah ke sudut bibir. Dia terpejam untuk menikmati tiap tegukan yang mengalir dalam perut, dan para Omega yang melihat gerakan jakunnya jadi kelabakan di sekitar.

"Aaaaaaa!!"

"Aaaaaaa!!"

Mile pun balas mendengus. "Thats why I could call u a sinner," katanya. "Suka tebar pesona tapi tidak mau tanggung jawab. Seseorang pasti memaki kalau tahu kau seperti ini."

Apo merangkul Mile dan menggebuk punggungnya. "Jadi kau ingin aku tanggung jawab? Kenapa tidak serahkan bokongmu untukku malam ini?"

"Mimpi." Telunjuk Mile langsung menoyor kening Apo.

Apo pun tertawa hingga menghabiskan isi botol itu. Dia benar-benar peminum yang handal, bahkan Mile sampai dibuat heran dengan ketahanannya. Namun, tahan bukan berarti tak gerah. Apo melepasi jas luarnya lengkap dua kancing teratas. Dia kipas-kipas dengan jari sebelum menuang bir ke dalam gelas, juga tak menolak beberapa Omega yang datang mendekat.

Kanan atau kiri, Apo memeluk pinggang semuanya seperti player sejati. Dia bahkan sempat menyeringai kepada Mile, tapi pria Alpha itu tahu Apo hanya melampiaskan stress yang menggunung.

Semua tampak dalam kedua mata Apo. Bola matanya berkaca-kaca, tampak senang, padahal tengah menahan kesedihan yang dia pendam sendiri.

Bagaimana pun, Mile paham. Dia dulu pernah merasakan hal yang sama kepada beberapa Omega, tapi baru kali ini melihat kehancuran Alpha yang inginkan sesama Alpha.

Lihat dia. Amat sangat seksi, meski dalam kondisi terburuk. Apo juga mengecup bibir beberapa Omega di sekitarnya saat menggila, walau Mile jadi kasihan melihatnya muntah di tepi parkiran.

"HOOEEEEEEKKKKK!!"

"Hei, kau yakin sedang baik-baik saja?" tanya Mile sambil mengurut tengkuk Apo pelan. "Muntahmu banyak sekali. Ayo kita cari obat pereda mabuknya—"

PLAKH!

"Aku ini tidak mabuk!" Apo menyingkirkan lengan Mile.

"Cih ... itu adalah yang dikatakan semua orang mabuk di dunia!"

"Kau mau mengajakku berkelahi?" Kali ini Apo bahkan meraba-raba celana dan jas Mile seenak hati. Dia mencari kontak mobil di dalam, lalu menariknya tanpa izin. "Biar aku yang menyetir. Kau mana tahu dimana rumahku."

"Hei, jangan! Aku belum mau diajak mati!"

Apo menjambak kerah Mile karena sudah tak tahan. "Kubilang biar aku yang melakukannya," tegasnya. "Tuan Romsaithong si perenang dunia."