webnovel

Uncrowned King

Saat kekuatan manusia digolongkan menjadi 6 kelas yang terdiri dari King, Queen, Bishop, Knight, Rook dan Pawn. Seorang pemuda bernama Hiura dengan kelas pawn berhasil masuk academy. Hari-hari berat menanti Hiura, dimana dia dikenal sebagai pawn terlemah di antara yang terlemah.

Ryoichi_Shima · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

Genom

Setelah membersihan tubuhnya dan mengganti seragamnya, Hiura segera berjalan menuju kantin, dia segera memesan semangkuk ramen dengan ukuran besar. Setelah menyantap pesanannya, Hiura segera kembali ke kelasnya, di sana di melihat beberapa kelompok yang tercipta. Tidak seperti yang lainnya, Hiura tidak tertarik untuk berkelompok dengan teman-teman sekelasnya, dia justru lebih tertarik dengan Iva yang masih tidak masuk ke kelompok manapun di kelas tersebut.

Iva justru terlihat seperti sedang tertidur, kemudian bel pelajaran kembali berbunyi. Setelah menunggu beberapa saat, Luvelia yang tidak lain adalah wali kelas mereka segera memasuki kelas.

"Baik semuanya, aku harap kalian memperhatikanku untuk beberapa saat. Ini adalah informasi yang seharusnya kuberitahukan kepada kalian dari pagi tadi hanya saja aku melupakannya, karena itulah aku kembali ke sini."

Semua murid langsung memperhatikan wali kelas mereka, begitu juga dengan Iva yang entah sejak kapan sudah bangun.

"Aku harus meminta maaf kepada kalian, karena keteledoranku, aku jadi menyia-nyiakan waktu penting kalian. Baiklah, kalian harusnya sudah tahu ini, bahwa setiap tahunnya empat academy akan mengadakan turnamen. Tentunya tiga turnamen yang sudah terkenal pasti kalian ketahui."

Suasana di sana menjadi sedikit riuh, bahkan Hiura tidak bisa menyembunyikan ekspresi tidak nyamannya.

"Semuanya harap tenang! Saya mengerti kalian senang dan juga khawatir, hanya saja kalian masih punya cukup banyak waktu. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku akan menunggu daftar murid-murid di sini yang akan mengikuti seleksi turnamen Vega dan Rigel. Selain itu aku juga ingin mengucapkan selamat berjuang kepada kalian semua untuk seleksi turnamen Orion."

Setelah itu Luvelia keluar dari kelas itu, murid-murid kembali riuh, mereka segera mencari teman-teman mereka untuk menjadikannya rekannya.

Hiura sendiri masih merasa pusing dengan kenyataan turnamen yang tidak bisa dihindari olehnya itu.

Semua orang tahu tiga turnamen besar yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya, setiap turnamen itu selalu mempertemukan perwakilan terbaik dari setiap academy.

Di acara bergengsi itu, setiap turnamennya memiliki aturan tersendiri. Turnamen Orion, adalah turnamen yang diselenggarakan dengan peserta tunggal, bisa dikatakan bahwa turnamen ini mencari persona yang paling unggul. Pada aturannya, setiap academy akan mengirimkan empat kandidat terkuat mereka dan memperebutkan posisi puncak.

Turnamen Vega adalah turnamen yang diselenggarakan dengan jumlah dua orang di setiap timnya, sama seperti turnamen Orion, setiap academy akan mengirimkan empat kandidat tim.

Untuk turnamen yang terakhir adalah turnamen Rigel, turnamen ini adalah pertarungan antar tim yang berjumlahkan lima orang. Biasanya tiga tim akan dipilih oleh academy masing-masing dan satu tim yang tersisa adalah pilihan dari dewan siswa setiap sekolahnya.

Setiap turnamennya memiliki nama besar masing-masing, mereka berhasil mencapai partai puncak akan menjadi sangat populer dan memiliki kehormatan yang tinggi. Hiura sendiri tidak ingin terlihat mencolok, jadi dia tidak berniat untuk mengikuti turnamen Vega atau Rigel, dia bahkan tidak berniat juga pada turnamen Orion.

Iva tiba-tiba berdiri dari kursinya dan mulai mendekati Hiura, Hiura yang tahu hal itu langsung merasakan firasat buruk yang akan menimpanya.

"Jadilah partnerku di turnamen Vega, Hiura," ucap Iva sesaat setelah dia mendekati Hiura.

"Kamu bercanda, 'kan?"

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Turnamen Vega itu terdiri dari dua persona yang saling menutupi kelemahan masing-masing partnernya, lebih masuk akal jika kau yang kuat itu mencari partner yang sama kuatnya dengamu, bukan yang lemah sepertiku," jawab Hiura berusaha menolak.

"Apa-apaan dengan alasan konyolmu itu? lemah? kau lemah? jangan bercanda denganku! Tidak pernah ada sosok lemah yang bisa mengimbangiku atau mengalahkanku!" Nada bicara Iva menjadi semakin naik di setiap waktunya, dan hal itu menarik perhatian teman-teman sekelas mereka.

"Aku tidak beralasan, kau harusnya tahu fakta bahwa tingkat rals-ku hanyalah 50. Pawn terlemah sekalipun jauh lebih kuat dari mereka manusia biasa, tapi aku tidak jauh berbeda dari mereka. Dengan kata lain, aku bahkan tidak sebanding dengan pawn terlemah."

"Jangan harap bahwa aku akan menyerah setelah mendengar alasanmu itu, aku lebih tahu kekuatanmu itu daripada mereka yang meremehkanmu."

"Ayolah ... aku sudah sering bilang padamu, bahwa kemenangan itu tidak hanya di dapatkan dari kekuatan fisikmu saja."

"Tepat! Kau sudah bilang seperti itu beberapa kali, jadi kita akan memperlihatkan pada dunia perpaduan sempurna antara kekuatanku dan strategimu yang kelak akan menjadi kunci kemenangan kita."

"Aku yakin kau tidak memperhatikan apa maksud dan keinginanku."

"Tak apa! Nanti aku pasti akan mengerti maksudmu secara perlahan."

"Dia benar-benar tidak mengerti aku," gumam Hiura.

"Aku sudah bosan dengan keluhanmu itu, jika kau terus menolak, makan hanya ada satu cara penyelesaian masalah ini," ucap Hiura agak kesal.

Iva langsung menarik tangan Hiura dan meninggalkan kelas tersebut, tujuan Iva sudah jelas adalah arena sedangkan Hiura sudah menyadari apa yang akan dilakukan mereka.

Di academy terdapat beberapa jenis arena, satu arena tingkat rendah adalah arena yang membatasi penggunaan rals peserta di dalamnya. Peserta sendiri bebas untuk menggunakan senjata biasa atau soul weapon mereka.

Kedua adalah arena tingkat menengah, di dalam arena, peserta bisa menggunakan tujuh puluh lima persen kekuatannya dan peserta wajib menggunakan soul weapon-nya.

Ketiga adalah arena tingkat pertama, di dalam arena itu peserta bisa menggunakan kekuatan penuhnya dan juga diwajibkan menggunakan soul weapon.

Untuk yang terakhir adalah arena khusus, di mana kekkai akan diaktifkan jika dibutuhkan, peserta juga bisa menggunakan kekuatan penuh atau tidak, semua tergantung dari pengaturannya. Satu hal yang berbeda adalah, tingkat kekkai yang jauh melebihi kekuatan kekkai arena tingkat satu.

Setelah berjalan beberapa waktu, Hiura dan Iva sampai di sebuah arena tingkat menengah. Hiura segera di dorong ke dalam arena, saat Iva masuk ke dalam juga, kekkai langsung aktif begitu saja.

"Baiklah, kita akan mulai sebentar lagi, cepat panggil 'itu' karena aku akan segera memulai aba-abanya."

"Bisakah kita pindah tempat? Aku rasa ini sedikit berlebihan ...."

"Tentu saja tidak, aku dengan sengaja memilih arena ini, kau tidak akan bisa lagi menyembunyikan kekuatanmu," jawab Iva mulai bersemangat.

"Jangan coba mendorong keberuntunganmu, Iva."

Hiura merasa kesal, selama ini dia tidak pernah menggunakan soul weapon-nya selama berada di academy tingkat satu atau pun dua, baru kali ini dia dipaksa untuk menggunakannya.

"Genom."

Sebuah retakan muncul di udara, Hiura segera menarik senjatanya dari retakan tersebut, sesaat setelahnya, sebuah pedang hitam dengan bermotif biru cerah di sisi tajam pedang itu.

"Ho, bukankah itu terlihat lebih baik daripada tanto yang selama ini kau gunakan."

"Bukan urusanmu, aku memiliki alasan tersendiri untuk semua ini," jawab Hiura ketus.

Setelah itu, Iva juga memanggil soul weapon miliknya dan bersiap-siap.

"Baiklah, kita sudah siap," ucap Iva.

Kekkai actived, 3 ... 2 ... 1 ... battle start.

Sebuah suara mekanik terdengar di sekitar arena, baik Iva maupun Hiura sudah bersiap dengan posisi bertarung mereka masing-masing.