webnovel

Unbreakable Love's

Kehilangan kekasihnya membuat Kaihan menjadi, gila. Kaihan rela melakukan apa pun demi menghidupkan kekasihnya termasuk mengambil roh seseorang yang berwajah mirip dengan kekasihnya. Ratusan tahun Kaihan menunggu, tidak ada satu pun arwah yang cocok dengan kekasihnya. Hingga suatu hari, orangtua kekasihnya memaksa Kaihan untuk menikah dengan wanita yang memiliki wajah serupa dengan kekasihnya. Wanita itu bernama Reyfana Jaya Winata, wanita cantik yang tengah berbadan dua. Namun, kekasihnya enggan bertanggung jawab atas perbuatannya. Akankah Kaihan mengorbankan Reyfana demi Natasha atau justru Kaihan yang terperangkap dalam pesona Reyfana? Penasaran dengan kisahnya? yuk baca. Saksikan terus sampai habis ya.

Natasha_Reyfana · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Emosi Membawa Petaka

Seketika Kaihan mematung, dadanya terasa sangat sesak setelah membaca surat terakhir yang Natasha berikan.

Dia benar-benar tidak menyangka jika kekasihnya telah memimpikan kematian yang akan menimpanya. Pantas saja, bebeberapa hari terakhir, Natasha selalu bertingkah manja dan tidak ingin jauh darinya.

"Natasha, aku tidak akan mencintai wanita lain, selain dirimu. Aku berjanji akan selalu mengingatmu dan menjaga hatiku," ucap Kaihan.

Kaihan mengalihkan pandangannya pada wajah cantik yang berada di hadapannya, sungguh hatinya begitu perih melihat Natasha yang mati dalam kondisi mengenaskan.

Anak panah masih menancap di tubuhnya, bahkan darah masih mengalir, seperti air.

"Maafkan aku, sayang. Aku telah gagal menjagamu, tapi aku bersumpah ... Tidak ada satu pun wanita yang dapat menggantikan posisi kamu dan hanya kamulah yang bertakhta di hatiku." Kaihan mendekatkan wajahnya, lalu mencium kening Natasha sebagai tanda perpisahan.

"Sampai jumpa kembali, Natasha. Aku akan selalu menunggumu," bisik Kaihan sambil tersenyum.

Kaihan menghembuskan napasnya, lalu pergi meninggalkan tubuh Natasha di tempat itu karena ia harus membantu Zixuan dan Zihan untuk mengalahkan adik tirinya.

Tidak ada ampun bagi Jian dan dia harus merasakan sakit yang Natasha rasakan sebelum tiada.

Sesampainya di tempat pertempuran antara Jian dengan Zihan, Kaihan langsung menebas punggung Jian menggunakan senjata yang ia miliki.

Seketika Jian terjatuh dengan tubuh yang bersimbah darah. Namun, Jian masih bisa bertahan hidup karena kekuatan gelap yang dimilikinya.

"Kaihan?" tanya Jian seolah tidak percaya jika orang yang menyerang dirinya adalah Kaihan.

"Kamu ingin melukai adikmu sendiri?" Jian kembali bertanya, tapi Kaihan malah mengabaikannya karena tubuhnya telah dikendalikan oleh amarah.

"Kakak macam apa kamu ini? Seorang kakak seharusnya melindungi adiknya, bukan menyakitinya ..." ucap Jian dengan perasaan tidak bersalah.

"Lalu, adik macam apa kamu ini? Tidak ada adik yang merusak kebahagiaan kakaknya, seorang adik seharusnya menghormati kakaknya. Bukan berusaha membunuhnya!" balas Kaihan dengan tegas.

Kaihan terus melangkah mendekati Jian yang mulai melemah, sedangkan Jian berusaha untuk menjauh dari Kaihan karena ia tidak ingin mati ditangan kakak tirinya.

"Jangan mendekat!" ancam Jian sambil menodongkan senjata tajam kepada Kaihan.

"Kamu tidak akan bisa membunuhku, akulah yang akan membunuhmu!" sahut Kaihan.

Kaihan berdiri di hadapan Jian, lalu menginjak kakinya membuat Jian merintih kesakitan. Akan tetapi, Kaihan tidak peduli karena dia harus membalaskan dendam Natasha.

"Aku mohon jangan sakiti aku, Kak. Apa kakak tega menyakiti aku hanya karena Natasha?" tanya Jian dengan nada memelas.

"Rasa sakitmu tidak sebanding dengan rasa sakit yang Natasha alami!" balas Kaihan membuat Jian terdiam seribu bahasa.

Jian menundukkan kepala, ia menyadari akan perbuatan jahatnya pada Natasha.

"Maafkan aku, Kak. Aku melakukan ini karena aku tidak ingin kamu menikah dengan Natasha, aku masih mencintainya dan aku tidak rela jika dia dimiliki oleh pria lain," ucap Jian.

Jian memelas di hadapan Kaihan agar Kaihan memaafkan kesalahannya dan tidak melenyapkannya. Namun, tiba-tiba Zixuan datang dan membantah semua ucapan Jian.

"Jangan percaya! Jian tidak pernah mencintai Natasha dengan tulus, kamu jangan terpengaruh oleh dia!" ucap Zixuan sambil menunjuk Jian.

"Kamu tenang saja aku tidak akan terpengaruh oleh dia," balas Kaihan.

Kaihan memutarkan senjatanya dan hendak membunuh Jian. Namun, tiba-tiba ada sebuah perisai yang melindunginya membuat tombak milik Kaihan terbelah dua.

Kaihan melihat ke arah sekitar dan ternyata perisai itu mengelilingi mereka membuat kekuatan Kaihan menjadi, melemah.

"Kekuatan apa ini?" tanya Kaihan.

"Tidak tahu, sepertinya ini jebakan," balas Zixuan.

Zixuan menatap sinis Jian, sedangkan Jian hanya tertunduk lesuh, seperti tidak berdaya.

"Kalian sudah terjebak dalam perangkap aku!" Jian langsung mendongakkan kepalanya, lalu membalas tatapan Zixuan sambil tersenyum licik.

"Benar dugaan aku, dia tidak mungkin menyesali perbuatannya." Zixuan mengalihkan pandangannya pada Kaihan karena tadi Kaihan sempat mempercayai ucapan Jian.

"Hahaha, kalian memang bodoh!" cemooh Jian.

Kaihan tetap terdiam. Namun, tiba-tiba ada asap hitam yang masuk ke dalam tubuhnya dan mata Kaihan menyala, seperti api.

"Akh!" Kaihan berteriak dengan sangat kencang membuat Zixuan, Zihan dan Jian yang mendengarnya langsung menutup telinga mereka.

"Apa yang terjadi pada Kaihan?" tanya Zixuan kepada Zihan.

"Sepertinya dia akan berubah menjadi, rubah yang mengerikan ..." balas Zihan.

Zihan menatap ke arah langit dan ternyata malam ini adalah malam bulan purnama, malam yang cukup berbahaya bagi siluman rubah, seperti mereka.

Seketika mata Zihan menyala, seperti Kaihan. Namun, dengan cepat Zihan menutup matanya agar tidak melihat bulan yang bisa membuatnya kehilangan kendali.

"Ada apa?" tanya Zixuan.

"Malam ini adalah malam bulan purnama, Kaihan kehilangan kendali karena kemarahannya pada Jian," balas Zihan sambil berbisik.

"Pantas saja tubuhku terasa panas," sahut Zixuan.

Ketika malam bulan purnama tiba tubuh mereka, seperti terbakar. Selain itu, emosi mereka juga sulit untuk dikendalikan. Jika rubah pada umumnya akan membunuh seseorang untuk memuaskan hasratnya, Kaihan dan teman-temannya memilih untuk mengurung diri agar tidak melukai orang lain.

Namun, bulan purnama malam ini, Kaihan akan membunuh seseorang yang tak lain adalah adik tirinya sendiri. Ia tidak akan membiarkan orang yang membunuh kekasihnya hidup tenang karena melenyapkan nyawa seseorang adalah perbuatan keji yang tidak bisa dimaafkan.

Kaihan melayangkan pedangnya pada Jian, tetapi Jian mampu mengelaknya dan membalas serangan Kaihan.

Mereka terlibat pertikaian hebat, bahkan darah sama-sama mengalir dengan cukup deras.

"Kamu tidak akan bisa melarikan diri dariku! Sampai kapan pun aku akan terus mengejarmu," sumpah Kaihan.

"Kita lihat saja siapa yang akan mati malam ini, aku berharap kamulah yang akan mati ditanganku." Jian semakin menantang Kaihan membuat Kaihan menjadi, semakin arogan.

"Aku benar-benar akan membunuhmu, Jian!!" jerit Kaihan.

Kaihan menebaskan pedangnya ke seluruh sisi perisai yang dibuat oleh Jian, sedangkan Jian malah terdiam sambil tersenyum licik.

Jian sudah menyiapkan satu rencana untuk menghancurkan hidup Kaihan, membunuh Natasha bukanlah rencana licik terakhir Jian.

Pembunuhan Natasha adalah rencana awal yang Jian rancang, sedangkan rencana akhirnya tengah ia persiapkan secara matang.

"Tenangkan dirimu, Kaihan ..." ujar Zixuan sambil memegang erat tangan Kaihan agar Kaihan berhenti melakukan tindakan cerobohnya.

"Lepaskan aku!" Kaihan menepis kasar tangan Zixuan dan tanpa sengaja Kaihan menebaskan senjata tajam itu pada Zixuan.

Seketika tubuh Zixuan terhempas dan darah mengalir dari salah satu tangannya yang terputus.

"Zixuan!" teriak histerius Zihan saat melihat salah satu dari tangan Zixuan terputus karena terkena tebasan senjata tajam milik Kaihan.

Zihan berlari menghampiri Zixuan dan betapa terkejutnya ia saat melihat kondisi Zixuan yang tidak jauh tragis, seperti Natasha.

"Zixuan, bangunlah!" Zihan mencoba membangunkan Zixuan. Namun, Tuhan berkata lain. Jantung Zixuan sudah tidak berdetak dan Zihan kembali kehilangan adiknya, sekarang hanya ialah yang tersisa. Kedua saudara yang dahulu bersamanya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.