webnovel

Tycoon's Lover

Saat berusia 8 tahun, Lin Xiang kehilangan orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pemakaman orang tuanya, dia bertemu dengan Gu Changdi yang baru saja kehilangan ayahnya dan sama-sama tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Lin Xiang tidak pernah tahu, pertemuannya dengan Gu Changdi kala itu akan membuat mereka terhubung di masa depan. Melalui Gu Changdi, Lin Xiang mengetahui fakta tentang identitas mendiang ayahnya. Perlahan Lin Xiang pun menemukan identitas jati dirinya. Gu Changdi, seorang taipan muda yang terkenal arogan, kejam, dan tidak punya hati. Namun, mereka tidak tahu bahwa Gu Changdi hanya akan berlaku kejam pada orang-orang yang mengusik kehidupannya, termasuk kehidupan bidadari hatinya, Lin Xiang. Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, apapun akan Gu Changdi lakukan untuk melindungi Lin Xiang dan orang-orang terdekatnya. Mulai dari mengusut dalang pembunuhan ayahnya, hingga mengungkap jati diri Lin Xiang.

cloverqua · Urban
Not enough ratings
54 Chs

Terbongkar

Sepeninggalan Tan Guxian, suasana di kamar Gu Changdi berangsur tenang. Lin Xiang sudah berhenti menangis meskipun gadis itu masih berada dalam pelukan Gu Changdi. Tampaknya dia sangat menikmati sentuhan tangan Gu Changdi yang terus membelai wajah dan juga punggungnya.

Gu Jinglei dan Su Rongyuan saling melirik, lantas terkekeh pelan. Mereka merasa seperti nyamuk yang sedang mengganggu pasangan di depan mereka.

Hampir saja Lin Xiang tertidur jika saja suara aneh tidak keluar dan sukses membuat ketiga orang di sekitarnya menoleh kaget.

"Tadi itu suara apa?" tanya Gu Jinglei bingung.

Lin Xiang menunduk malu sembari memegangi perutnya. Tanpa mengatakan apapun, semua orang langsung tahu situasi yang terjadi melalui gesture tangannya.

Gu Jinglei tidak mampu lagi menahan tawanya. Sama halnya Su Rongyuan yang ikut tertawa sembari menutup mulutnya dengan tangan.

Tak tahu harus berbuat apa, Lin Xiang memilih menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Gu Changdi. Sejujurnya Gu Changdi sendiri gemas dengan tingkah polos Lin Xiang, tetapi ia harus menahan diri karena terkejut mendapat pelukan dari gadis itu.

Momen yang langka di mana Lin Xiang memeluknya lebih dulu.

"Calon cucu menantuku ini imut sekali," goda Gu Jinglei dan segera mendapat pelototan tajam milik Gu Changdi.

"Berhenti menggodanya!" Gu Changdi hendak membalas, tapi lebih dulu teringat hal lainnya yang jauh lebih penting, "Ngomong-ngomong, kenapa Kakek mencuri start dariku?!"

Mata Gu Jinglei berkedip polos. "Mencuri start? Apa maksudmu, Gu Changdi? Kakek tidak mengerti," jawabnya sembari memasang ekspresi wajah tanpa dosa.

"Kakek sama sekali tidak pantas dengan ekspresi wajah seperti itu," balas Gu Changdi sengit yang membuat Gu Jinglei melotot sadis.

"Dasar cucu kurang ajar! Beraninya kau berkata seperti itu pada kakekmu sendiri?!"

"Siapa suruh Kakek mencuri start dariku?! Aku bisa melamar Lin Xiang sendiri, tapi kenapa Kakek justru melamarnya untukku lebih dulu?!"

Perdebatan konyol itu terhenti berkat tawa keras milik Su Rongyuan. Ia yang semula tidak paham maksud ucapan Gu Changdi akhirnya gagal menahan tawa usai mendengar penjelasan pria itu.

"Astaga, Ayah melamar Lin Xiang untuk Gu Changdi?" Su Rongyuan kembali tertawa, "Kenapa Ayah tidak berubah sama sekali? Dulu Ayah juga mengatakan hal yang sama sebelum Jiangzen melamarku."

"Salahkan putra dan juga cucuku yang terlalu lamban." Gu Jinglei memutar bola matanya jengah. "Aku gemas sekali melihat Gu Changdi tak kunjung melamar Lin Xiang. Jelas-jelas dia sudah mengawasi Lin Xiang selama 11 tahun."

"KAKEK!"

Gu Jinglei berlagak polos ketika Gu Changdi menghadiahi deathglare kepadanya. Ia melirik Lin Xiang yang sedari tadi diam dengan ekspresi wajah kebingungan. Sementara Su Rongyuan kembali tertawa kecil melihat sikap ayah mertuanya yang dinilai sengaja memancing Gu Changdi untuk mengakui semuanya pada Lin Xiang.

"Sudah waktunya Lin Xiang tahu, Changdi." Su Rongyuan berucap sembari mengedipkan mata, kemudian menarik lengan Gu Jinglei agar mereka keluar dari kamar. Memberi waktu pada pasangan itu untuk berbicara secara pribadi.

"Selesaikan urusan kalian, setelah itu turun untuk makan malam bersama."

Ucapan Gu Jinglei membuat Lin Xiang menoleh pada Gu Changdi. Ia mendapati pria itu tengah mengusap wajahnya dengan kasar.

"Apa maksud ucapan Kakek? Aku tidak mengerti," kata Lin Xiang penuh rasa ingin tahu. "Saat masih di rumah sakit, ibumu pernah bercerita bahwa kau sudah memperhatikanku sejak aku berusia 8 tahun. Benarkah itu?"

"Ibu berkata seperti itu?"

Lin Xiang mengangguk, membuat wajah Gu Changdi terlihat kian frustasi.

"Mereka benar-benar ...." Gu Changdi sampai kehilangan kata-kata karena Lin Xiang terus menatapnya dengan sorot mata memohon. "Kurasa aku memang tidak punya pilihan lain."

Lin Xiang memekik kaget ketika Gu Changdi tiba-tiba membopong tubuhnya. Ia refleks mengalungkan kedua tangannya pada leher pria itu.

"Ka-Kau mau membawaku ke mana?" Lin Xiang semakin panik ketika mereka berjalan keluar dari kamar.

Gu Changdi tersenyum penuh arti, "Aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Diam dan turuti saja apa kataku, Cantik."

Pipi Lin Xiang seketika merona. Walau begitu, gadis ini menahan kesal karena ekspresi wajah Gu Changdi yang terlihat senang sekali usai menggodanya. Lin Xiang pun mendaratkan cubitan manis di pinggang Gu Changdi yang berujung teriakan kesakitan pria itu.

***

Keduanya masih saling berdebat satu sama lain, tidak peduli dengan tatapan heran beberapa pelayan yang berpapasan dengan mereka.

Gu Changdi dengan wajah tenang terus saja membawa Lin Xiang menuju salah satu ruangan. Tidak dengan Lin Xiang yang beberapa kali mencoba menyembunyikan wajah lantaran malu menjadi pusat perhatian.

"Cepat turunkan aku!"

"Nanti kalau sudah sampai," tolak Gu Changdi cuek.

"Memangnya kau mau membawaku ke mana?" tanya Lin Xiang bingung sekaligus panik. Seketika isi kepalanya dipenuhi hal-hal aneh yang membuat wajahnya berubah ketakutan.

Perubahan ekspresi wajah Lin Xiang berhasil tertangkap oleh Gu Changdi. Sontak saja pria itu tertawa geli melihatnya.

"Apa yang kau pikirkan, hm?" goda Gu Changdi sembari menggesekkan hidungnya pada Lin Xiang. Lagi-lagi sukses membuat wajah Lin Xiang merah padam.

"Ck, kau menyebalkan!"

Gu Changdi kembali tertawa, dan wajahnya terlihat semakin cerah. "Kita sudah sampai," ucapnya sembari menurunkan Lin Xiang pada salah satu sofa yang ada di sudut ruangan.

Lin Xiang mengernyitkan dahi, memandangi sekeliling dengan wajah kebingungan.

"Ini di mana?"

"Ruang kerjaku," Gu Changdi menjawab tanpa melirik Lin Xiang sedikit pun. Ia terus berjalan mendekati meja kerjanya, membuka laci untuk mengambil sesuatu dari sana.

Sebuah album foto.

Lin Xiang menunggu dengan gugup, menyimpan semua pertanyaan dalam benaknya, dan fokus mengamati gelagat Gu Changdi. Sampai pria itu duduk di sebelahnya usai menyodorkan album foto padanya.

"Bukalah." Gu Changdi kembali memperlihatkan senyuman terbaiknya. "Kau akan tahu siapa aku."

Didorong rasa penasaran yang begitu besar, dengan penuh semangat Lin Xiang membuka album foto tersebut. Reaksi pertama yang diperlihatkan Lin Xiang adalah wajah kaget yang sudah diperkirakan Gu Changdi.

"Ini ...." Lin Xiang kehilangan kata-kata usai menemukan fotonya saat masih berusia 8 tahun. "Dari mana kau mendapatkannya?"

Gu Changdi tidak menjawab. Ia hanya memberi isyarat pada Lin Xiang untuk melihat isi album foto tersebut secara keseluruhan.

Benar saja, Gu Changdi kembali mendapati wajah kebingungan Lin Xiang yang semakin kentara.

Mata rusa gadis itu menatap tak percaya pada setiap lembar album foto, di mana memperlihatkan potret kehidupan dirinya. Mulai dari usia 8 tahun hingga sekarang, tepatnya saat dia bekerja di kafe milik Zhang Yiyi.

"Siapa kau sebenarnya?" selidik Lin Xiang dengan nada menuntut. Ia pandangi wajah Gu Changdi.

"Kenapa kau mengawasiku sejak aku berusia 8 tahun? Apa motifmu?"

TO BE CONTINUED