webnovel

Tycoon's Lover

Saat berusia 8 tahun, Lin Xiang kehilangan orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pemakaman orang tuanya, dia bertemu dengan Gu Changdi yang baru saja kehilangan ayahnya dan sama-sama tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Lin Xiang tidak pernah tahu, pertemuannya dengan Gu Changdi kala itu akan membuat mereka terhubung di masa depan. Melalui Gu Changdi, Lin Xiang mengetahui fakta tentang identitas mendiang ayahnya. Perlahan Lin Xiang pun menemukan identitas jati dirinya. Gu Changdi, seorang taipan muda yang terkenal arogan, kejam, dan tidak punya hati. Namun, mereka tidak tahu bahwa Gu Changdi hanya akan berlaku kejam pada orang-orang yang mengusik kehidupannya, termasuk kehidupan bidadari hatinya, Lin Xiang. Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, apapun akan Gu Changdi lakukan untuk melindungi Lin Xiang dan orang-orang terdekatnya. Mulai dari mengusut dalang pembunuhan ayahnya, hingga mengungkap jati diri Lin Xiang.

cloverqua · Urban
Not enough ratings
54 Chs

Penjagaan Ketat Mansion Gu

Hanya dalam hitungan menit, berita rencana pernikahan Gu Changdi dan Lin Xiang menjadi pembicaraan hangat di kalangan publik.

Penjagaan di sekitar mansion keluarga Gu semakin diperketat setelah para wartawan mulai berdatangan untuk meliput suasana di sana. Mereka bermaksud menemui Gu Changdi maupun kerabat terdekat guna mencari tahu kebenaran kabar rencana pernikahannya dengan Lin Xiang.

"Situasi di luar semakin tidak terkendali," cicit Shen Wanwan memperhatikan pagar mansion dari balik jendela kamar Lin Xiang. Ada banyak pengawal yang berjaga dan berlalu lalang untuk memantau kondisi di sekitar mansion. "Untung saja kita sudah sampai di sini sebelum mereka datang."

Feng Yan mengangguki ucapan Shen Wanwan. Ia pun bernapas lega karena berhasil membawa Lin Xiang pulang ke mansion keluarga Gu dengan selamat. Bahkan sebelum kedatangan para wartawan.

Tatapan mata Feng Yan beralih pada Lin Xiang yang sudah berbaring di ranjang, dengan Su Rongyuan yang duduk di sampingnya. Wanita itu tampak menarik selimut hingga sebatas dada Lin Xiang.

"Beristirahatlah," tutur Su Rongyuan seraya mengusap kening Lin Xiang. Gadis itu mengangguk kecil dan segera memejamkan matanya.

Su Rongyuan lantas melirik Feng Yan dan Shen Wanwan, memberi isyarat pada keduanya untuk meninggalkan kamar Lin Xiang.

Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Su Rongyuan terkait berita yang beredar tentang gadis itu dengan putranya. Semula dia berniat menanyakan hal tersebut, tetapi urung dilakukan setelah melihat kondisi Lin Xiang setelah sampai di mansion.

Su Rongyuan tidak tega meihat bagaimana raut lelah bercampur ketakutan begitu kentara di wajah Lin Xiang. Sudah pasti gadis itu sedikit terguncang atas pemberitaan mengenai rencana pernikahannya bersama Gu Changdi.

"Saat aku menelepon Changdi, kupikir dia sedang bersama Lin Xiang." Su Rongyuan menghela napas panjang. "Di mana kalian ketika berita itu keluar?"

Feng Yan berniat menjawab, tapi Shen Wanwan menyela lebih dulu.

"Selesai dari rumah sakit, kami pergi ke kedai es krim atas permintaan Lin Xiang, Bibi." Shen Wanwan kembali melirik Feng Yan. "Saat itulah, kami melihat berita tentang rencana pernikahan Gu Changdi dan Lin Xiang. Lalu ...."

Mata Su Rongyuan sedikit memicing melihat perubahan ekspresi wajah Shen Wanwan. Keraguan tergambar jelas dari sorot mata gadis itu. "Apa yang terjadi?" desaknya mulai tak sabar.

"Pengunjung yang lain menyadari keberadaan Lin Xiang di sana. Saat melihat kondisi Lin Xiang yang duduk di atas kursi roda, mereka langsung mencibir dan mengatai Lin Xiang gadis cacat. Tidak pantas untuk seorang Gu Changdi yang sempurna," jelas Shen Wanwan terpaksa berkata jujur.

"Ya Tuhan ...," Su Rongyuan menutup mulutnya, terkejut bukan main atas penjelasan yang diberikan Shen Wanwan. "Lalu di mana Gu Changdi sekarang? Aku sudah mencoba menghubungi ayah mertuaku tapi tidak ada respon."

Tak ada satu pun yang menjawab pertanyaan Su Rongyuan. Shen Wanwan hanya menggeleng lemah, sementara Feng Yan rupanya tengah sibuk berbicara dengan seseorang lewat ponsel.

Melihat raut serius di wajah Feng Yan, Su Rongyuan pun penasaran, siapa gerangan yang menjadi lawan bicara pria itu.

"Feng Yan?" panggil Su Rongyuan. Sedikit kesal karena pria itu mengabaikan pertanyaannya. Buru-buru Feng Yan mengakhiri obrolan dengan lawan bicaranya dan meminta maaf pada Su Rongyuan seraya membungkuk.

"Gu Changdi yang baru saja meneleponmu?" tebak Su Rongyuan tanpa ragu.

"Iya, Nyonya."

"Di mana dia sekarang?" tanya Su Rongyuan mulai cemas dan tidak sabar.

"Beliau sedang dalam perjalanan ke sini dan hampir sampai, Nyonya. Saya sudah memberi pesan agar beliau berhati-hati terhadap wartawan yang menunggu di luar mansion. Saya juga memberitahu Tuan kalau Nona Lin Xiang sudah sampai di sini dengan selamat," lanjut Feng Yan menjelaskan.

Su Rongyuan mengangguk-angguk. "Bagus. Kurasa hanya dia yang bisa membuat Lin Xiang merasa jauh lebih baik. Ah, aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran ayah mertuaku. Kenapa dia bisa mengeluarkan berita itu tanpa diskusi dengan kami terlebih dahulu?"

Feng Yan dan Shen Wanwan saling memandang. Keduanya pun sependapat dengan keLin Xiang yang disampaikan Su Rongyuan. Alasan apa di balik alasan Gu Jinglei mengeluarkan berita rencana pernikahan Gu Changdi dan Lin Xiang kepada kalangan publik.

***

"Bisakah kau lebih cepat sedikit?!"

Teriakan frustasi Gu Changdi membuat sopir pribadinya bergidik ngeri. Ia hanya bisa memacu mobil yang mereka naiki dengan kecepatan maksimal.

Tak dapat dipungkiri jika jalan menuju mansion keluarga Gu mengalami kemacetan. Kemungkinan besar para wartawan sudah berkumpul di sana untuk mencari tahu kebenaran berita rencana pernikahan Gu Changdi dan Lin Xiang.

Gu Changdi kembali mencoba menghubungi Feng Yan. "Di mana Lin Xiang? Kalian sudah berada di tempat yang aman 'kan?!" tanyanya begitu mendengar suara yang menjawab di seberang sana.

Pria berkulit pucat itu menghela napas lega mendengar jawaban Feng Yan. Ia melirik sekilas ke arah luar jendela kaca mobil. Beberapa mobil dari media setempat sudah terparkir rapi di sepanjang jalan menuju mansionnya.

"Sebentar lagi kami sampai. Siapkan penjagaan di depan gerbang mansion." Gu Changdi mendesah pelan, "Berhati-hatilah. Mereka akan merapat ke mobil ini."

"Baik, Tuan."

Seperti yang diucapkan Gu Changdi, para wartawan yang semula berdiri di depan gerbang mansion langsung menyerbu mobil yang dia naiki. Beruntung Feng Yan yang tiba di mansion lebih dulu sudah menyiapkan penjagaan ketat selama mobil yang dinaiki Gu Changdi masuk ke dalam mansion.

Gu Changdi memijat pelipisnya kala mendengar teriakan para wartawan juga blitz dari kamera yang terus mengarah padanya saat turun dari mobil. Kepalanya serasa mau pecah, Gu Changdi benar-benar benci situasi seperti ini.

Usai memastikan pintu gerbang kembali tertutup rapat, Gu Changdi melangkah cepat memasuki bangunan mansion. Kedatangannya disambut oleh Su Rongyuan, Feng Yan, dan Shen Wanwan yang sudah menunggu di ruang tengah.

"Di mana Lin Xiang?" tanyanya dengan wajah penuh kepanikan. Ia terus mengedarkan pandangan ke sekeliling, berusaha menemukan keberadaan gadisnya.

Su Rongyuan mendekat lantas mengusap lembut lengan Gu Changdi. "Tenanglah, Changdi. Lin Xiang sedang beristirahat di kamarnya," ia menjawab dengan senyuman tipis.

Melihat sorot mata sendu ibunya, kepala Gu Changdi kembali dipenuhi pikiran negatif tentang Lin Xiang. "Apa terjadi sesuatu padanya, Bu?"

Helaan napas pendek keluar dari bibir Su Rongyuan. Ia melirik Shen Wanwan yang berdiri di belakangnya, memberi isyarat pada gadis itu untuk menjawab pertanyaan Gu Changdi.

"Aku rasa Lin Xiang sedikit tertekan atas reaksi publik," kata Shen Wanwan.

Dahi Gu Changdi mengerut tajam, "Apa maksudmu?" tanyanya bingung.

"Kami sedang berada di kedai es krim ketika berita itu keluar. Pengunjung yang lain mulai menyadari keberadaan Lin Xiang bersama kami, lalu mereka mencibir kondisi Lin Xiang yang sedang memakai kursi roda. Mereka beranggapan Lin Xiang adalah gadis yang cacat dan—"

"Cukup!" Gu Changdi memotong ucapan Shen Wanwan karena sudah bisa menebak apa jawaban selanjutnya.

Gu Changdi menyayangkan sikap Gu Jinglei yang dinilai mengambil keputusan seenaknya hingga berakibat cukup fatal pada Lin Xiang.

Gu Changdi sama sekali tidak peduli dengan reaksi publik, tapi akan berbeda jika dia berada dalam posisi Lin Xiang. Sudah pasti gadis itu mengalami syok luar biasa sekaligus tertekan akan reaksi publik.

"Aku akan melihat keadaan Lin Xiang," ujar Gu Changdi. "Ibu tolong hubungi Kak Guxian untuk datang ke sini. Aku khawatir kondisi Lin Xiang akan kembali menurun."

"Ibu mengerti." Su Rongyuan tersenyum kemudian mengusap wajah putranya. "Temui Lin Xiang dan tenangkan dia."

Gu Changdi mengangguk dan bergegas menaiki tangga menuju kamar Lin Xiang.

"Bibi, sebaiknya aku pulang sekarang," ucap Shen Wanwan. Ia merasa urusannya dengan Lin Xiang sudah selesai dan bisa bernapas lega melihat sahabatnya berada di tempat yang aman.

Su Rongyuan menoleh kaget. "Kau yakin ingin pulang sekarang? Situasi di luar sedang tidak aman," tanyanya memastikan.

Wajah Shen Wanwan meragu. Ia sendiri tidak yakin dirinya bisa keluar melewati kerumunan wartawana di luar mansion dengan selamat.

"Biar saya yang mengantar Shen Wanwan pulang, Nyonya."

Jawaban Feng Yan membuat kedua perempuan berbeda usia itu saling memandang. Jika Su Rongyuan tampak masih menimang usulan Feng Yan, lain dengan Shen Wanwan yang hanya menunduk untuk menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Aku rasa itu bukan ide yang buruk. Berjanjilah padaku, kau harus mengantar Shen Wanwan ke rumahnya dengan selamat," titah Su Rongyuan dan disambut anggukan penuh keyakinan oleh Feng Yan.

"Nyonya tidak perlu khawatir. Saya akan melindungi Shen Wanwan dengan segenap jiwa raga saya," jawab Feng Yan di luar dugaan dan sedikit berlebihan. Sukses membuat Su Rongyuan melongo, sementara Shen Wanwan tampak malu dengan wajahnya yang merah padam.

"Bibi, aku pamit," kata Shen Wanwan dengan cepat. Ia memeluk Su Rongyuan sekilas lantas segera pergi menuju pintu utama mansion.

Feng Yan yang melihat gelagat Shen Wanwan terkekeh geli. Pria itu membungkuk sopan pada Su Rongyuan sebelum menyusul Shen Wanwan. Saat berdiri di samping Shen Wanwan, gadis itu sedikit mendorongnya untuk menjaga jarak, lalu berlari meninggalkannya.

Interaksi keduanya tak pelak mengundang tawa Su Rongyuan. "Jadi bukan hanya Gu Changdi dan Lin Xiang saja? Mereka juga? Astaga ... dasar anak muda zaman sekarang."

TO BE CONTINUED