webnovel

Tycoon's Lover

Saat berusia 8 tahun, Lin Xiang kehilangan orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pemakaman orang tuanya, dia bertemu dengan Gu Changdi yang baru saja kehilangan ayahnya dan sama-sama tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Lin Xiang tidak pernah tahu, pertemuannya dengan Gu Changdi kala itu akan membuat mereka terhubung di masa depan. Melalui Gu Changdi, Lin Xiang mengetahui fakta tentang identitas mendiang ayahnya. Perlahan Lin Xiang pun menemukan identitas jati dirinya. Gu Changdi, seorang taipan muda yang terkenal arogan, kejam, dan tidak punya hati. Namun, mereka tidak tahu bahwa Gu Changdi hanya akan berlaku kejam pada orang-orang yang mengusik kehidupannya, termasuk kehidupan bidadari hatinya, Lin Xiang. Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, apapun akan Gu Changdi lakukan untuk melindungi Lin Xiang dan orang-orang terdekatnya. Mulai dari mengusut dalang pembunuhan ayahnya, hingga mengungkap jati diri Lin Xiang.

cloverqua · Urban
Not enough ratings
54 Chs

Kemarahan Gu Changdi

Kegiatan tidur Lin Xiang mulai terusik setelah mendengar suara deru mesin mobil dari luar rumah. Ia refleks terbangun, lalu matanya sedikit menyipit untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela kamar.

Lin Xiang meraih cardigan yang tergantung di pintu, lalu berjalan keluar untuk melihat siapa yang datang.

Baru saja Lin Xiang menutup pintu kamar, pintu rumah sudah terbuka lebar, memunculkan Dong Liwen dan Mu Tiansu yang tengah berangkulan mesra.

Awalnya Lin Xiang senang melihat kepulangan paman dan bibinya. Namun, ekspresinya seketika kebingungan karena mendapati penampilan pasangan suami-istri itu yang tampak berbeda.

"Kau?!"

Lamunan Lin Xiang buyar ketika mendengar seruan kaget dari Dong Liwen dan Mu Tiansu. Ia langsung menghampiri keduanya sambil tersenyum lebar.

"Paman dan Bibi sudah pulang?"

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mu Tiansu sarkastik.

Lin Xiang semakin bingung. "Kenapa Bibi bertanya seperti itu? Tentu saja aku di sini karena ini tempat tinggalku. Maaf, aku baru pulang, Bibi."

"Kau pulang ke sini? Yang benar saja?" Mu Tiansu tertawa mengejek. "Apa mereka tidak melayanimu dengan baik? Sehingga kau bosan dan memutuskan untuk pulang ke sini?"

"Apa maksud ucapan Bibi? Aku tidak mengerti."

Lin Xiang kembali memperhatikan penampilan Dong Liwen dan Mu Tiansu, juga banyaknya kantung belanja yang diletakkan di lantai.

Hanya melihat sekilas, Lin Xiang tahu jika barang-barang itu mewah dan berkelas. "Kalian dari mana?"

"Kau tidak perlu tahu," kali ini giliran Dong Liwen yang menjawab. "Seharusnya kau tidak pulang ke sini. Ini bukan tempat tinggalmu lagi."

Wajah Lin Xiang langsung memucat. "Apa maksudmu, Paman?"

"Karena kami sudah tidak membutuhkanmu lagi," Mu Tiansu tersenyum lebar. "Kami sudah mendapatkan uang setelah menyerahkanmu pada Gu Changdi."

DEG!

"Uang?" Lin Xiang menatap tidak percaya. "Apa ... maksud kalian?"

Mu Tiansu memutar bola matanya malas. "Kami menjualmu kepada Gu Changdi."

"APA?!"

Mu Tiansu mendesah kesal. "Suamiku, aku benar-benar tidak tahan. Suruh dia pergi. Lama-lama mataku bisa iritasi karena terus-menerus melihatnya"

Dong Liwen mengangguki ucapan Mu Tiansu dan langsung menyeret Lin Xiang keluar dari rumah. Gadis itu meronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Dong Liwen yang begitu kuat. Ia bahkan menahan sakit ketika Dong Liwen menampar telak wajahnya.

Sekuat tenaga Lin Xiang melawan hingga berhasil terlepas dari Dong Liwen. Ia berlutut di hadapan Mu Tiansu.

"Bibi, kumohon. Aku ingin tinggal di sini bersama kalian. Hanya kalian keluarga yang aku miliki," pinta Lin Xiang dengan mata berkaca-kaca, "Apa salahku sehingga kau tega mengusirku pergi?"

"Kau benar-benar ingin tahu apa kesalahanmu?" Mu Tiansu yang semula membelakangi Lin Xiang mulai berbalik. Matanya memancarkan kilatan api kemarahan dan membuat tubuh Lin Xiang bergetar ketakutan.

Seumur-umur, baru pertama kali ini Lin Xiang melihat ekspresi kemarahan Mu Tiansu yang tampak berbeda dari biasanya.

"KAU ITU ANAK HARAM DAN PEMBAWA SIAL!"

Bagai tersambar petir di siang bolong, tubuh Lin Xiang menegang seketika. Sungguh, kata-kata yang dikeluarkan Mu Tiansu terdengar sangat kejam. Air mata itu kembali turun dramatis, disusul isakan kecil yang mulai keluar dari bibir Lin Xiang yang bergetar hebat.

"Setelah orang tuamu meninggal, kami pikir dengan membesarkanmu kami bisa mendapatkan apa yang kami inginkan. Tapi ternyata ayahmu sudah menipu kami. Kakakku tidak pernah mendapatkan haknya sebagai menantu dari keluarga ayahmu." Mu Tiansu mendesis dingin pada Lin Xiang. "Kalau saja bukan karena Gu Changdi, sudah sejak lama kami mendepakmu keluar dari rumah ini. Atau mengirimmu ke panti asuhan."

"Apa maksud ucapan Bibi?"

Tawa Mu Tiansu terdengar menakutkan. "Kau benar-benar naif, Lin Xiang. Dan itu membuatku semakin muak padamu!"

BUGH!

"Akh!" Lin Xiang tidak tahu kapan Mu Tiansu mengambil balok kayu yang langsung digunakan untuk memukul kakinya. Gadis itu jatuh tersungkur, kemudian meringkuk ketika Mu Tiansu secara brutal menghadiahi pukulan bertubi-tubi di tubuhnya.

"Hentikan ..."

Tangisan pilu mulai terdengar, Lin Xiang terus berteriak memohon agar Mu Tiansu menghentikan aksinya.

Lin Xiang merasakan tubuhnya remuk redam. Pukulan yang Mu Tiansu berikan kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya. Lin Xiang bahkan sampai terbatuk hingga mengeluarkan cairan kental berwarna merah dari mulutnya.

Napas Lin Xiang terputus-putus dan tidak beraturan. Kesadarannya perlahan berkurang, disusul dengan matanya yang mulai terpejam.

"Tiansu, berhenti!" Dong Liwen langsung menarik tubuh sang istri menjauhi Lin Xiang. "Kau bisa membunuhnya!"

"Aku memang ingin membunuhnya!" Mu Tiansu mengabaikan peringatan sang suami dan terus memukuli Lin Xiang tanpa henti.

"MU TIANSU!"

BRAK!

Pasangan suami-istri itu menoleh kaget ketika pintu rumah mereka didobrak paksa oleh seorang pria berperawakan jangkung. Kedatangannya bersama beberapa pria berbadan kekar membuat Dong Liwen dan Mu Tiansu dilanda kepanikan.

Pasangan suami istri itu mencoba bersikap tenang, tetapi gagal. Sebab, mereka kembali dikejutkan dengan kemunculan Gu Changdi yang langsung menyeruak masuk ke dalam rumah.

Wajah Gu Changdi yang semula tenang seketika berubah murka. Ia mendapati Lin Xiang terkulai lemah di lantai dengan kondisi mengenaskan.

Gu Changdi menatap tajam pada Mu Tiansu yang kedapatan baru saja membuang balok kayu ke sembarang tempat. Segera saja dia merangsek maju dan mencekik leher Mu Tiansu. Sorot matanya memancarkan kobaran api kemarahan.

"Berani-beraninya kau melukai gadisku!"

Mu Tiansu merasa pasokan oksigen di sekitarnya menipis, sulit baginya untuk bernapas dan tenggorokannya kian terasa perih. Ia berusaha melepaskan tangan Gu Changdi, tapi tak kunjung berhasil.

"Sua-Suamiku ...."

"LEPASKAN ISTRIKU!" Dong Liwen melangkah maju untuk menyelamatkan Mu Tiansu dari amukan Gu Changdi, tetapi langkahnya lebih dulu dihentikan oleh orang-orang yang datang bersama Gu Changdi. Ia pun semakin meronta, berteriak memanggil Mu Tiansu juga memaki Gu Changdi yang berniat membunuh istrinya.

"GU CHANGDI HENTIKAN!"

Hanya teriakan Su Huangli yang berhasil menyadarkan Gu Changdi dari api kemarahannya. Cengkeraman tangan pria itu mengendur, lalu terlepas hingga Mu Tiansu terduduk lemas di lantai.

Belum sempat Mu Tiansu menghirup napas sebanyak-banyaknya, dua orang pria langsung memaksanya untuk berdiri.

Bahu Gu Changdi terlihat naik-turun, kentara sekali pria itu tengah berjuang keras mengendalikan emosinya.

Gu Changdi menatap nyalang pada Dong Liwen dan Mu Tiansu yang tidak lagi memberikan perlawanan, sebelum akhirnya beralih pada sosok pria yang terdiam di belakang Su Huangli.

"Kau urus mereka dan bawa ke kantor polisi."

Pria bertelinga peri itu tersenyum. "Baik."

Setelah membereskan Dong Liwen dan Mu Tiansu, Gu Changdi berbalik menghampiri Lin Xiang yang tak sadarkan diri.

Tangan Gu Changdi gemetar ketika hendak meraih tubuh Lin Xiang ke dalam dekapannya. Gu Changdi tak kuasa lagi menahan air matanya yang turun membasahi wajahnya. Hatinya teriris melihat bagaimana wajah Lin Xiang penuh memar, bahkan ada jejak aliran darah yang keluar melalui sudut bibir.

"Lin Xiang ...."

Gu Changdi menciumi setiap jengkal wajah Lin Xiang. Ia membopong tubuh gadis itu dan berlari menuju mobilnya, diikuti Su Huangli yang tak kalah cemas melihat kondisi Lin Xiang.

"Jalan!" titah Su Huangli pada sopir. Ia memberanikan diri untuk melihat Gu Changdi dan Lin Xiang. Rasanya dia ingin ikut menangis melihat Gu Changdi tampak terpukul atas apa yang dialami Lin Xiang.

"Lin Xiang ...." Gu Changdi mengeratkan pelukannya dan kembali mencium wajah Lin Xiang. "Kumohon bertahanlah, Sayang ...."

Su Huangli mengalihkan pandangan ke depan begitu menangkap wajah penuh murka dari Gu Changdi. Menggantikan raut kesedihan yang sempat menghiasi wajah Gu Changdi sebelumnya.

Su Huangli berani jamin, kali ini Dong Liwen dan Mu Tiansu tidak akan selamat dari tuntutan yang akan dilayangkan Gu Changdi nanti.

'Mereka yang sudah berani melukai gadisku, akan mendapatkan balasannya.'

TO BE CONTINUED