webnovel

Tycoon's Lover

Saat berusia 8 tahun, Lin Xiang kehilangan orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pemakaman orang tuanya, dia bertemu dengan Gu Changdi yang baru saja kehilangan ayahnya dan sama-sama tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Lin Xiang tidak pernah tahu, pertemuannya dengan Gu Changdi kala itu akan membuat mereka terhubung di masa depan. Melalui Gu Changdi, Lin Xiang mengetahui fakta tentang identitas mendiang ayahnya. Perlahan Lin Xiang pun menemukan identitas jati dirinya. Gu Changdi, seorang taipan muda yang terkenal arogan, kejam, dan tidak punya hati. Namun, mereka tidak tahu bahwa Gu Changdi hanya akan berlaku kejam pada orang-orang yang mengusik kehidupannya, termasuk kehidupan bidadari hatinya, Lin Xiang. Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, apapun akan Gu Changdi lakukan untuk melindungi Lin Xiang dan orang-orang terdekatnya. Mulai dari mengusut dalang pembunuhan ayahnya, hingga mengungkap jati diri Lin Xiang.

cloverqua · Urban
Not enough ratings
54 Chs

Gagal Melarikan Diri

Lin Xiang merasa hari ini adalah hari keberuntungannya. Pagi tadi setelah menyiapkan air mandi untuknya, Meimei memberitahu bahwa hari ini bertepatan dengan akhir bulan, di mana semua orang akan sibuk membersihkan mansion. Termasuk Su Rongyuan dan Gu Jinglei yang ikut mengawasi.

Jelang jam makan siang, Lin Xiang berniat melanjutkan rencananya untuk kabur dari mansion Gu. Ia berjalan mengendap-endap menyisiri setiap sudut mansion. Setiap kali berpapasan dengan salah satu pekerja, sebisa mungkin Lin Xiang bersikap tenang sambil memberikan senyuman terbaiknya.

Sekali lagi, Lin Xiang memastikan keberadaan Su Rongyuan dan Gu Jinglei. Ia tersenyum lega setelah mengetahui Su Rongyuan berada di dapur, sementara Gu Jinglei berada di kebun belakang mansion.

Pandangan Lin Xiang mengedar ke sekeliling. Sekarang dia sudah berada di ruang tengah. Lin Xiang mendapati beberapa pelayan terlihat sibuk membersihkan perabotan mewah yang terpajang di salah satu sudut ruangan.

Menyadari kesempatan yang ada, kaki Lin Xiang melangkah mundur. Secepat kilat dia memutar tubuhnya lalu berlari menuju pintu utama mansion. Sesekali Lin Xiang mengawasi sekitar, memastikan tidak ada pekerja lain yang menangkap gerak-geriknya.

Rasanya Lin Xiang ingin berteriak kencang begitu mengetahui tidak ada pengawal yang berjaga di area depan mansion. Tak ingin menunda lagi, Lin Xiang langsung mengerahkan langkah kaki seribu menuju gerbang mansion.

Namun baru setengah jalan, Lin Xiang melihat pintu gerbang perlahan terbuka memunculkan sebuah mobil sedan warna hitam. Tubuh Lin Xiang menegang ketika mobil itu tiba-tiba berhenti, disusul sopir yang keluar dan membukakan pintu mobil bagian belakang.

Gu Changdi keluar dari mobil dengan mata memicing tajam ke arah Lin Xiang. Dengan langkah tegap, pria itu berjalan mendekati Lin Xiang yang sudah mematung di tempatnya.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Gu Changdi tanpa basa-basi. Nada suara yang begitu dingin membuat bulu kuduk Lin Xiang meremang. Gadis itu refleks menundukkan kepala dengan kedua tangan tertaut di depan dada.

"Aku—"

"NONA!"

Lin Xiang mendesis pelan mendengar teriakan dari belakang. Ia menggigit bibir bawahnya, kemudian menatap gelisah pada Gu Changdi yang terlihat mengerutkan dahi.

"Kenapa kalian berlari?"

Lima pria berpakaian serba hitam itu membungkuk sopan. Salah satu dari mereka segera menjawab, "Barusan kami mencari keberadaan Nona Lin Xiang di dalam mansion. Syukurlah kami berhasil menemukan Nona dan kebetulan bersama Anda. Hampir saja Nona lepas dari pengawasan kami. Maafkan atas keteledoran kami, Tuan."

Mata elang Gu Changdi menatap tajam pada Lin Xiang. "Kau mencoba kabur lagi?"

Bukan tanpa alasan Gu Changdi menuding Lin Xiang kembali melakukan aksi kabur. Ia kerap menerima laporan dari pengawal-pengawalnya yang sengaja ditempatkan di sekitar mansion, perihal sikap Lin Xiang yang beberapa kali tertangkap basah ingin keluar meninggalkan mansion.

"Ti-tidak, aku hanya ingin jalan-jalan di sekitar mansion saja," jawab Lin Xiang cepat. Ia menghindari tatapan mata tajam Gu Changdi yang begitu menakutkan. Jelas saja gelagatnya itu membuat Gu Changdi dapat mencium aroma kebohongan dari Lin Xiang.

Hup!

Lin Xiang tidak tahu kapan tubuhnya sudah terangkat ringan dan berada di bahu kanan Gu Changdi. Otaknya masih mencerna apa yang terjadi, hingga teriakan panik itu melolong keluar dari bibirnya.

"Turunkan aku!" Lin Xiang meronta hingga kakinya bergoyang-goyang kecil.

Gu Changdi terus membawa Lin Xiang masuk dengan posisi membopong gadis itu layaknya karung beras. Mengabaikan ekspresi bengong dari kelima pengawal yang semula mencari keberadaan Lin Xiang.

"GU CHANGDIIIII!"

Dan teriakan Lin Xiang yang terakhir sama sekali diabaikan oleh Gu Changdi, hingga terdengar berbagai umpatan kesal gadis itu lantaran gagal melarikan diri untuk kesekian kali.

***

Setelah memergoki sendiri tindakan Lin Xiang yang berniat kabur dari mansion, Gu Changdi terus dilanda kekhawatiran. Ia tidak bisa membayangkan rencana apa lagi yang akan dilakukan Lin Xiang agar bisa pergi meninggalkan mansion.

Rapat sudah berlangsung selama hampir 30 menit. Meski demikian, konsentrasi Gu Changdi tak serta merta fokus pada jalannya rapat. Ia terus memikirkan keadaan mansion, lebih tepatnya memikirkan isi otak Lin Xiang. Ia yakin gadis itu sedang merencanakan sesuatu untuk melarikan diri lagi.

"Presdir?"

Suara lembut Su Huangli sedikit mengalihkan perhatian Gu Changdi.

"Anda baik-baik saja?"

Hanya anggukan kecil yang diberikan Gu Changdi pada Su Huangli. Pria itu sama sekali tak berniat mengeluarkan suaranya.

Di tengah jalannya rapat, mendadak ponsel Gu Changdi berdering. Semua mata tertuju pada pria itu, tak terkecuali karyawan yang sedang melakukan presentasi. Ia mengangguk kecil ketika Gu Changdi memberi isyarat melalui gerakan tangan, meminta izin untuk menjawab panggilan yang masuk di ponselnya.

"Ada apa?"

Suara Gu Changdi yang terdengar dingin sukses mengubah suasana di ruang rapat sedikit tegang. Pasalnya, orang-orang mulai menangkap perubahan ekspresi wajah Gu Changdi yang sangat kentara. Semula tenang berubah menjadi dingin, dan terkesan menahan amarah.

"Pastikan dia tidak pergi ke manapun. Aku akan pulang sekarang."

Su Huangli yang lebih dulu menyadari gerakan Gu Changdi saat pria itu tiba-tiba berdiri dari kursi. Dengan sigap dia ikut berdiri, diikuti oleh karyawan lainnya yang kompak melempar pandangan bertanya kepada Gu Changdi.

"Maaf, saya harus pergi. Sekretaris Su yang akan memimpin rapat." Gu Changdi tersenyum tipis pada Su Huangli. Memberi isyarat dengan anggukan singkat, tanpa memberi kesempatan kakak sepupunya itu untuk menjawab. Toh, pada akhirnya Su Huangli memang tidak akan bisa menolak permintaan Gu Changdi.

Semua orang membungkuk hormat, mengantar kepergian Gu Changdi yang berjalan keluar ruangan. Su Huangli menarik napas panjang, menggelengkan kepalanya sebentar lalu kembali fokus pada pria yang berdiri di podium.

"Lanjutkan presentasi."

Rapat kembali dilanjutkan di bawah pengawasan Su Huangli. Suasana kembali kondusif, namun tak serta merta membuat pikiran Su Huangli tenang. Tanpa bertanya pun dia sudah bisa menebaknya.

Apalagi yang dilakukan Lin Xiang kali ini?

***

Lengkap sudah ekspresi wajah Lin Xiang yang sedang merajuk lantaran kembali gagal melarikan diri. Tangan bersedekap di depan dada, bibir mencebil imut sambil mengeluarkan beberapa kali dengusan kencang.

Mata rusa itu berkaca-kaca, terlihat ingin menangis. Sebenarnya bukan karena rencananya yang gagal, melainkan mati-matian menahan perih ketika cairan antiseptik menyentuh permukaan kulitnya yang terluka.

Meimei sedang mengobati luka lecet di tangan dan kaki Lin Xiang. Di dekat jendela kamar, berdiri tiga pria yang berstatus sebagai pengawal di sekitar mansion. Lin Xiang bersumpah akan menghabisi mereka sekuat tenaga andai dia mampu.

Sebab, ketiga pria itulah yang sudah menggagalkan aksinya ketika mencoba melompati pagar belakang mansion.

Awalnya Lin Xiang sudah berhasil memanjat sampai ke atas pagar. Namun, teriakan keras dari tiga pria itu membuat Lin Xiang kaget bukan main hingga kehilangan keseimbangan. Alhasil, tangan dan kaki Lin Xiang tergores kawat berduri yang di sekitar pagar belakang mansion.

Terdengar suara langkah kaki dari luar kamar, disusul suara bantingan pintu yang sangat keras. Aura gelap seketika memenuhi kamar Lin Xiang bersamaan dengan kemunculan Gu Changdi dari balik pintu. Meimei dan tiga pria lainnya membungkuk hormat. Tidak dengan Lin Xiang yang langsung beringsut ketakutan di atas ranjang.

"Apa yang terjadi?" tanya Gu Changdi pada Meimei. Matanya menatap tajam pada kotak obat yang ada di atas nakas. Sebelum beralih pada tangan dan kaki Lin Xiang yang terluka.

Meimei terlalu terkejut mendengar nada bicara Gu Changdi yang super dingin. Ia sampai kesulitan meneguk ludahnya ketika hendak menjawab. Salahkan tatapan sang majikan yang tajam menusuk layaknya tatapan burung elang yang siap menerkam mangsanya.

"Ngg ... tangan dan kaki Nona tergores kawat berduri, Tuan," jawab Meimei jujur. Ia ingin segera kabur setelah sempat menangkap ekspresi kemarahan di wajah Gu Changdi.

Pandangan Gu Changdi beralih pada tiga pria yang masih berdiri di dekat jendela. Mereka spontan menunduk, sadar telah berbuat kesalahan meskipun berhasil menghentikan aksi melarikan diri yang dilakukan Lin Xiang.

Pada akhirnya, mereka gagal menjaga calon istri majikannya agar tidak terluka sedikit pun.

TO BE CONTINUED