webnovel

Tycoon's Lover

Saat berusia 8 tahun, Lin Xiang kehilangan orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pemakaman orang tuanya, dia bertemu dengan Gu Changdi yang baru saja kehilangan ayahnya dan sama-sama tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Lin Xiang tidak pernah tahu, pertemuannya dengan Gu Changdi kala itu akan membuat mereka terhubung di masa depan. Melalui Gu Changdi, Lin Xiang mengetahui fakta tentang identitas mendiang ayahnya. Perlahan Lin Xiang pun menemukan identitas jati dirinya. Gu Changdi, seorang taipan muda yang terkenal arogan, kejam, dan tidak punya hati. Namun, mereka tidak tahu bahwa Gu Changdi hanya akan berlaku kejam pada orang-orang yang mengusik kehidupannya, termasuk kehidupan bidadari hatinya, Lin Xiang. Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, apapun akan Gu Changdi lakukan untuk melindungi Lin Xiang dan orang-orang terdekatnya. Mulai dari mengusut dalang pembunuhan ayahnya, hingga mengungkap jati diri Lin Xiang.

cloverqua · Urban
Not enough ratings
54 Chs

Dunia Serasa Milik Berdua

Selesai makan siang, Lin Xiang masih bertahan di ruangan Gu Changdi atas permintaan pria itu. Mereka kini tengah duduk saling berpelukan di sofa. Gu Changdi berulang kali memainkan helaian rambut Lin Xiang dan mengecup kepala gadis itu.

"Kau sudah dengar soal jadwal fitting busana pengantin kita?"

Lin Xiang menautkan kedua alisnya, "Busana pengantin? Untuk apa, Gu Changdi?"

"Tentu saja menikah, Sayang." Gu Changdi tergelak sambil menyentil gemas hidung Lin Xiang. "Kita akan menikah bulan ini."

"Menikah bulan ini?" ulang Lin Xiang dengan mata mengerjap kaget.

"Benar." Gu Changdi menjawab dengan penuh keyakinan. Pria itu bahkan tersenyum lebar di hadapan Lin Xiang yang justru terlihat ragu.

"Apa tidak terlalu cepat?" tanya Lin Xiang sedikit menunduk. "Aku memang sudah mengakui perasaanku padamu, tapi aku masih membutuhkan waktu untuk mengenalmu lebih jauh lagi. Apa tidak sebaiknya kita menunda pernikahan?"

"Menunda pernikahan?" Gu Changdi mendengus tidak setuju. "Aku tidak mau. Kau tahu, setelah kemunculanmu di hadapan publik, banyak pria di luar sana yang menaruh perhatian padamu. Siapa yang tahu, di antara mereka nanti ada yang berpotensi merebutmu dariku. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Karena itu—"

Lin Xiang terkesiap ketika Gu Changdi memeluk pinggangnya dengan erat.

"Aku ingin mengikatmu secara resmi. Agar mereka tahu siapa pemilik sah dari Lin Xiang." Gu Changdi mengecup bibir Lin Xiang. "Orang itu adalah Gu Changdi yang tampan ini."

"Kau narsis sekali. Siapa bilang kau tampan?" ejek Lin Xiang dan sukses membuat wajah Gu Changdi cemberut.

"Sudah berani mengejek calon suamimu, hm?" Gu Changdi balas menggelitiki Lin Xiang yang disambut tawa kegelian gadis itu. Bukannya berhenti, Gu Changdi justru terus melakukannya. Ia suka mendengar nada merdu dari tawa Lin Xiang yang selalu menyenangkan hati.

"Gu Changdi, berhenti!"

Pria itu terkekeh lantas menarik kedua tangannya yang baru saja puas menggelitiki Lin Xiang. Kini Gu Changdi beralih memeluk pinggang Lin Xiang, mengatur posisi mereka untuk saling berhadapan satu sama lain.

Dipandangi Gu Changdi sedemikian rupa—intens—Lin Xiang tidak dapat menyembunyikan rona merah di pipi. Napasnya menderu, bukan hanya efek terlalu banyak tertawa, tetapi karena hawa panas yang seketika mendominasi ruangan Gu Changdi.

"Aku bahagia sekali," bibir tipis Gu Changdi melengkung sempurna. "Sebentar lagi, keinginanku untuk memilikimu seutuhnya akan segera terwujud."

Lin Xiang ikut tersenyum mendengar penuturan Gu Changdi. Akhir-akhir ini, tubuhnya selalu lebih cepat menanggapi setiap sentuhan dari Gu Changdi—mulai terbiasa dengan interaksi intim yang kerap dilakukan pria itu di manapun mereka berada. Kedua tangan Lin Xiang refleks mengalung di leher Gu Changdi.

"Aku juga bahagia." Lin Xiang menunduk sejenak. "Terima kasih sudah memberikan cintamu padaku."

"Terima kasih sudah membalas cintaku, Lin Xiang."

Perlahan jarak antar wajah keduanya tereliminasi. Dalam sepersekian detik, Gu Changdi mencium bibir ranum Lin Xiang—membuat polesan lip balm sedikit terhapus. Seperti biasa, rasanya manis dan membuat Gu Changdi benar-benar kecanduan dengan bibir gadis itu.

CKLEK!

Seseorang mendadak masuk ke ruangan Gu Changdi tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Oknum itu berdiri mematung di dekat pintu, menyaksikan pemandangan Gu Changdi dan Lin Xiang yang tengah berciuman panas di atas sofa.

"Astaga, mata suciku ...." Meski terucap lirih, nyatanya suara pria itu berhasil didengar oleh Lin Xiang. Secepat kilat, dia membuka mata dan terkejut melihat orang yang baru datang di ruangan Gu Changdi. Refleks, Lin Xiang mendorong tubuh Gu Changdi agar ciuman mereka terhenti. Ekspresi penuh protes yang dipancarkan Gu Changdi diabaikan Lin Xiang.

"Kenapa kau—"

"Kak Huangli?"

Mendengar nama yang disebut Lin Xiang, Gu Changdi menoleh ke belakang. Raut tidak bersahabat terukir di wajahnya saat mendapati cengiran polos Su Huangli—oknum yang dianggap mengganggu kesenangannya bersama Lin Xiang.

"Apa yang baru saja kau lakukan, Kak? Masuk ke ruangan orang tanpa mengetuk pintu lebih dulu, huh?!"

Su Huangli menggaruk tengkuknya, "Maaf, aku tidak tahu kau sedang bersama Lin Xiang." Benar, Su Huangli memang baru saja kembali dari kantor cabang usai mengantarkan berkas sesuai perintah Gu Changdi. Dia berburu waktu untuk secepatnya kembali ke kantor pusat karena ada meeting penting setelah jam makan siang.

Namun, sesampainya di ruang pertemuan, Su Huangli justru tak menemukan keberadaan Gu Changdi di sana. Inilah yang membuat Su Huangli bergegas ke ruangan Gu Changdi karena semua orang sudah menunggu pria itu. Lantaran terburu-buru, Su Huangli membuka pintu ruangan Gu Changdi tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Siapa yang menduga ada Lin Xiang di ruangan Gu Changdi?

Sepertinya Su Huangli juga tidak menyadari keberadaan Feng Yan, Wu Yifeng maupun Huang Chuan di lobi. Jika dia melihat mereka, Su Huangli tak akan bertindak seperti ini.

"Aku benar-benar minta maaf," ucap Su Huangli penuh sesal. "Tadi aku terburu-buru ke sini karena tidak menemukanmu di ruang pertemuan."

Mata Gu Changdi mengerjap polos. "Memangnya ada meeting, ya?"

Kalau tidak ingat posisi Gu Changdi sebagai atasannya di kantor, Su Huangli pasti akan memukul kepala Gu Changdi. Memang jika sudah bersama pujaan hati, Gu Changdi akan lupa dengan segalanya. Termasuk urusan penting yang berkaitan dengan pekerjaan.

"Semua sudah menunggumu," lanjut Su Huangli.

Embusan napas panjang lolos dari bibir Gu Changdi. Ia melirik Lin Xiang yang kini tersenyum padanya. Lin Xiang tahu apa yang dipikirkan Gu Changdi. Gadis itu mengerti bahwa Gu Changdi masih ingin menikmati waktu dengannya.

"Berapa lama?"

Gu Changdi melirik Su Huangli, memberi isyarat agar pria itu yang menjawab pertanyaan Lin Xiang.

"Kurang lebih sekitar satu jam, Lin Xiang," jawab Su Huangli.

Lin Xiang membelai lembut pipi Gu Changdi. "Lanjutkan pekerjaanmu, Changdi. Aku akan menunggumu," ucapnya memberi semangat.

"Kita pulang bersama?" pinta Gu Changdi.

Gadis itu terkekeh, lalu mengangguk kecil. "Baik, kita pulang bersama."

Senyum Gu Changdi mengembang. Sebelum pergi, pria itu menyempatkan diri untuk mencium bibir Lin Xiang. Wajah calon istrinya itu kembali memerah. Gu Changdi memang tidak kenal tempat dan juga situasi. Selalu seenaknya mencuri kesempatan di tempat umum.

Su Huangli terkekeh melihat interaksi kedua orang itu. Mengikuti Gu Changdi yang berjalan lebih dulu keluar ruangan, ia melambaikan tangannya kepada Lin Xiang, sebelum menutup pintu ruangan.

"Kak?"

Su Huangli menoleh. "Ada apa?"

"Bagaimana kemajuanmu dengan Kak Yiyi?"

Seketika pipi Su Huangli sedikit merona. Ia berdeham sambil melempar tatapan sok dingin pada Gu Changdi. "Ke-Kenapa kau bertanya soal itu?"

Gu Changdi mengeluarkan seringaiannya. "Kau pikir aku tidak tahu dengan hubungan kalian?"

Su Huangli tidak membalas. "Fokus saja pekerjaan, Gu Changdi," katanya menyudahi obrolan secara paksa. Disusul tawa Gu Changdi penuh kemenangan karena berhasil membalas Su Huangli.

TO BE CONTINUED