webnovel

Tycoon's Lover

Saat berusia 8 tahun, Lin Xiang kehilangan orang tuanya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Saat pemakaman orang tuanya, dia bertemu dengan Gu Changdi yang baru saja kehilangan ayahnya dan sama-sama tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Lin Xiang tidak pernah tahu, pertemuannya dengan Gu Changdi kala itu akan membuat mereka terhubung di masa depan. Melalui Gu Changdi, Lin Xiang mengetahui fakta tentang identitas mendiang ayahnya. Perlahan Lin Xiang pun menemukan identitas jati dirinya. Gu Changdi, seorang taipan muda yang terkenal arogan, kejam, dan tidak punya hati. Namun, mereka tidak tahu bahwa Gu Changdi hanya akan berlaku kejam pada orang-orang yang mengusik kehidupannya, termasuk kehidupan bidadari hatinya, Lin Xiang. Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, apapun akan Gu Changdi lakukan untuk melindungi Lin Xiang dan orang-orang terdekatnya. Mulai dari mengusut dalang pembunuhan ayahnya, hingga mengungkap jati diri Lin Xiang.

cloverqua · Urban
Not enough ratings
54 Chs

Calon Nyonya Gu

Lin Xiang terbangun dari tidurnya. Ia merasa gerah, sedikit tidak nyaman karena tubuhnya yang berkeringat dan lengket. Sejenak Lin Xiang meletakkan tangan di kening. Ia bersyukur setelah menyadari kondisinya sedikit membaik dibandingkan sebelumnya.

Dengan hati-hati, Lin Xiang mencoba bangun dari posisi berbaring, menyandarkan punggung pada headboard ranjang.

CKLEK!

Perhatian Lin Xiang beralih pada sosok gadis berseragam pelayan yang baru masuk ke kamar. Ia mengangguk canggung ketika gadis itu membungkuk sopan di hadapannya.

"Perkenalkan, nama saya Meimei. Saya ditugaskan Tuan Gu Changdi untuk menjadi pelayan pribadi Anda, Nona."

Alis Lin Xiang tertaut sempurna. "Pelayan pribadi?"

Meimei mengangguk. "Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanyanya kemudian.

Lin Xiang masih berusaha mencerna ucapan Meimei yang mengaku sebagai pelayan pribadinya. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Meimei mengangguk lagi, lalu berjalan mendekati ranjang ketika Lin Xiang memberi isyarat untuk mendekat.

"Sebenarnya ... siapa Gu Changdi?"

Kali ini giliran Meimei yang mengerutkan dahi. "Bukankah Tuan Gu Changdi calon suami Anda, Nona?" tanyanya dengan mata berkedip polos.

Lin Xiang tersenyum miris, kemudian membenamkan wajahnya pada bantal agar suara umpatannya teredam. Ia mengabaikan Meimei yang masih tampak kebingungan di tepian ranjang.

"Dari mana kau tahu kalau dia adalah calon suamiku?"

"Tadi sebelum Tuan Gu Changdi pergi, beliau mengumpulkan para pekerja di rumah ini dan memberitahu kami semua bahwa Anda adalah calon istri beliau. Kami harus melayani Anda sebaik mungkin. Beliau kemudian menunjuk saya untuk menjadi pelayan pribadi Anda, Nona," jelas Meimei jujur. "Lalu—"

"Cukup." Lin Xiang memotong ucapan Meimei. Tidak siap mendengar penjelasan lain yang membuat otaknya pusing 7 keliling. Batinnya terus mengutuk Gu Changdi, kesal lantaran sudah seenaknya menyebarkan statusnya yang diklaim sebagai calon istri pria itu. Dasar gila!

"Aku ingin mandi. Bisakah kau membantuku?"

"Baik, Nona. Saya akan menyiapkan airnya terlebih dahulu. Mohon tunggu sebentar." Meimei membungkuk sopan, lalu melesat pergi menuju kamar mandi. Meninggalkan Lin Xiang yang masih terbengong, terkejut akan reaksinya yang begitu gesit.

"Hah ... seperti inikah rasanya menjadi orang kaya?" Lin Xiang tersenyum lemah, "Hidup mereka enak sekali. Dilayani semua orang dan apapun yang mereka inginkan bisa diperoleh dengan mudah."

Lin Xiang merenung dalam diam. Matanya kembali berkaca-kaca tiap kali mengingat kenangan saat orang tuanya masih ada.

Kalau boleh sedikit bercerita, hidup Lin Xiang sebelumnya sangat membahagiakan. Kontras dengan keadaan sekarang di mana dia harus bekerja keras. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan berfoya-foya Dong Liwen dan Mu Tiansu.

"Nona, airnya sudah siap."

Lin Xiang tersenyum dan membiarkan Meimei memapahnya ke kamar mandi. Ekspresi wajah Meimei yang sedang dalam konsentrasi penuh membuat Lin Xiang ingin tertawa. Ia menduga, gadis itu takut melakukan kesalahan yang nantinya akan mendapat hukuman dari Gu Changdi.

Selesai mandi, Lin Xiang meminta Meimei untuk menemaninya jalan-jalan berkeliling mansion.

Awalnya Meimei ragu mengingat kondisi Lin Xiang baru saja pulih. Namun, Lin Xiang terus memaksa karena bosan jika berada di kamar, membuat Meimei tak punya pilihan untuk menuruti kemauan gadis itu.

Lin Xiang dibuat takjub dengan mansion keluarga Gu yang luas. Mansion dengan gaya Eropa itu benar-benar mewah, membuktikan bahwa pemiliknya sangat kaya raya.

Beberapa kali Lin Xiang tersenyum canggung ketika berpapasan dengan pelayan lain. Mereka spontan membungkuk sopan kepada Lin Xiang, membuatnya merasa tidak nyaman atas sikap mereka yang dinilai berlebihan.

Saat dia menyampaikan keluhannya atas sikap para pelayan, jawaban Meimei justru membuatnya ingin sekali menguliti Gu Changdi hidup-hidup.

"Tuan Gu Changdi akan memecat kami jika tidak bersikap hormat pada Anda, Nona."

Jika sudah begitu, Lin Xiang tidak bisa berbuat banyak. Merasa iba atas nasib pelayan di rumah ini yang harus bekerja pada orang arogan seperti Gu Changdi.

Langkah Lin Xiang mendadak terhenti ketika mereka melewati sebuah kebun bunga yang ada di belakang mansion. Matanya berbinar-binar setelah melihat ada beberapa kupu-kupu beterbangan.

"Nona ingin ke sana?" tanya Meimei setelah menyadari arah pandangan Lin Xiang.

"Bolehkah?" tanya Lin Xiang dengan mata berkedip polos.

Meimei terdiam. Dalam hati sedikit bingung dengan sikap nona barunya ini. Meski begitu, ia menyukai kepribadian Lin Xiang yang menurutnya sopan, ramah, dan terkadang memperlihatkan sisi seperti anak-anak. Manja dan polos.

"Tentu saja boleh."

Lin Xiang segera berlari menuju kebun bunga dengan wajah ceria. Meimei tidak mampu berhenti tersenyum saat melihat Lin Xiang berlarian layaknya rusa kecil yang sangat lincah. Gadis itu mencoba menangkap kupu-kupu namun tak kunjung berhasil.

"Selera Tuan Gu Changdi benar-benar bagus. Nona Lin Xiang sangat cocok menjadi pendamping hidup Tuan Gu Changdi," gumam Meimei.

"Menurutmu begitu?"

Meimei berjengkit setelah mengetahui Gu Changdi sudah berada di sampingnya. Meimei tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya melihat pria itu. Ia segera membungkuk untuk menyampaikan permintaan maaf.

"Apa yang dia lakukan di sini?" tanya Gu Changdi dengan pandangan terus tertuju pada Lin Xiang. Ia tertawa melihat kegembiraan Lin Xiang yang sedang berlarian di kebun bunga belakang mansion mereka.

Giliran mulut Meimei yang menganga lebar, takjub karena baru pertama kali melihat Gu Changdi tertawa lepas.

"Meimei, kau tidak mendengarkan ucapanku?"

"Ma-maafkan saya." Meimei membungkuk lagi, "Nona Lin Xiang meminta saya untuk menemani jalan-jalan berkeliling mansion. Ketika kami sampai di kebun bunga, Nona langsung berlarian seperti rusa kecil yang lincah."

Selanjutnya Meimei kembali menyampaikan permintaan maaf karena sudah menyebut Lin Xiang sebagai rusa kecil. Untungnya, Gu Changdi tidak memperlihatkan reaksi marah. Sebaliknya, pria itu kembali mengulum senyum.

"Kau benar, dia memang seperti rusa kecil." Gu Changdi memperhatikan Lin Xiang, "Rusa kecil yang sangat manis."

Mata Meimei berkedip-kedip. Sekali lagi dibuat terpesona atas ekspresi wajah Gu Changdi yang belum pernah dilihatnya.

"Masuklah. Bantu yang lainnya menyiapkan makan malam. Biar aku yang menemani Lin Xiang di sini," titah Gu Changdi.

"Baik."

Meimei undur diri dari hadapan Gu Changdi, meninggalkan area kebun bunga untuk melanjutkan tugasnya di dalam. Sementara Gu Changdi masih memperhatikan Lin Xiang dari kejauhan. Kini gadis itu tengah memetik bunga mawar.

"Jarimu akan terkena duri jika kau memetiknya tanpa menggunakan sarung tangan."

Lin Xiang nyaris terpeleset karena seruan Gu Changdi yang cukup keras. Gadis itu menoleh lalu menatap tajam kepada Gu Changdi yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah aku menyuruhmu beristirahat?" tanya Gu Changdi sambil melipat tangan di depan dada.

Lin Xiang mencebilkan bibirnya kesal. Ia tidak sadar tindakannya itu telah berhasil membuat Gu Changdi kesulitan meneguk ludahnya. Demi Tuhan, ekspresi Lin Xiang yang sedang merajuk benar-benar menggemaskan.

"Aku bosan. Apa aku harus berada di kamar seharian sampai kau memberi izin untuk keluar?"

"Iya."

"Kau tidak bisa mengurungku!" Lin Xiang kembali melanjutkan kegiatannya memetik beberapa tangkai bunga mawar.

"Aku tidak mengurungmu, hanya—"

"Akh!"

Kalimat Gu Changdi terhenti bersamaan teriakan Lin Xiang. Pria itu bergegas menghampiri Lin Xiang dan seketika matanya membulat sempurna kala melihat cairan merah di ujung jari Lin Xiang.

Ah, jari tangan gadis itu baru saja tertusuk duri.

"Ini akibatnya kalau kau tidak mau mendengarkan kata-kataku!"

Lin Xiang terkesiap ketika tangannya ditarik Gu Changdi. Matanya melotot kala Gu Changdi mengulum ujung jari telunjuknya yang baru saja tertusuk duri. Mencoba menghentikan darah yang keluar.

Wajah Lin Xiang merona hebat. Ada sensasi menggelitik dalam perutnya setelah apa yang dilakukan Gu Changdi barusan. Ditambah dengan hawa panas di sekitar wajah yang membuat Lin Xiang kehilangan fokus.

Sret!

Lin Xiang menarik tangannya. Ia mendongak hingga matanya bertemu dengan mata elang Gu Changdi yang tengah menatapnya secara intens.

Rasanya Lin Xiang sulit sekali untuk menghindar. Seolah terperangkap dalam sorot mata Gu Changdi yang begitu menenangkan.

Sadar atas perasaan aneh yang menghinggapinya, Lin Xiang buru-buru memalingkan wajah. Ia berbalik, berniat masuk ke dalam mansion agar bisa secepatnya pergi dari hadapan Gu Changdi.

Grep!

Pekikan kaget keluar dari bibir Lin Xiang setelah tangan kekar Gu Changdi melingkar di sekitar pinggangnya yang ramping.

Mata Lin Xiang terpejam kala merasakan hembusan napas Gu Changdi di bagian tengkuknya. Ia berusaha melepaskan diri, tetapi gerakannya terkunci. Pria itu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Lin Xiang.

Dalam satu kedipan mata, Lin Xiang merasakan tubuhnya seperti melayang di udara. Hal pertama yang dilihat Lin Xiang adalah wajah Gu Changdi yang begitu dekat dengan wajahnya. Nyaris tak ada jarak hingga hidung mereka bersentuhan.

Jantung Lin Xiang berdetak semakin liar, mendorongnya untuk segera memalingkan wajah. Ia baru menyadari bahwa dirinya sudah berada dalam gendongan Gu Changdi.

TO BE CONTINUED