1 Bab 1 - Pertemuan Dengan Seorang Chef Handal

Denting suara piring gelas untuk makan siang sudah dipersiapkan untuk Flair dan Fayre. Menunya didatangkan khusus dari dietary catering terkenal. Tiap menu sudah dihitung semua kalorinya dengan sempurna, selama ini mereka banyak dipercaya menangani menu artis dan model terkenal yang butuh menjaga berat badan demi menunjang profesionalitas mereka dalam pekerjaannya.

Kedua model kembar itu duduk di tempat yang sudah dipersiapkan oleh tim dan memulai makan siang mereka. Mereka mengambil tissue lalu mengelap sendok dan garpu mereka, lalu mengambil tissue kedua untuk piring mereka dan tissue ketiga untuk gelas mereka. Itu mereka lakukan bersama-sama kompak seperti sebuah upacara rutin yang mereka lakukan setiap sebelum makan.

Dari jauh seorang pria yang juga merupakaan COO stasiun televisi tempat mereka bekerja saat ini, sedang mengamati dengan seksama sembari tersenyum manis.

"Hello dear, santap siang yang menyenangkan." sapa sang COO itu dengan senyum tampan.

"Hadley, mengapa tidak bergabung dengan kami? Ayolah selera makanku meningkat jika makan bersamamu!" ajak Flair sambil meraih tangan Hadley dan menuntun pria itu duduk di sebelahnya.

"Okay, as you like my dearly." jawab Hadley mengiyakan.

Sesi makan siang pun terlewatkan dengan ceria penuh santai, dengan lelucon hangat yang disampaikan Hadley. Dan diakhiri dengan dua buah undangan yang dikeluarkan Hadley dari kantong dalam jasnya dan ia berikan pada Flair dan Fayre.

"Dress code hitam-hitam sayang, semua sudah dipersiapkan untuk kalian, dua hari lagi akan diantar kerumah kalian oleh aku sendiri." jelas Hadley.

"Wow, spectaculer!!!! IDLINA!" tutur Flair dengan mata berbinar, "Sungguh, baju-baju mereka sangat fantastis, terima kasih Hadley!" balas Flair dengan antusias sambil membaca nama desainer terkenal itu di atas undangan.

"Ku jemput kalian berdua satu jam sebelum acara. Pastikan kalian tampil sempurna. Akan ku kenalkan kalian dengan beberapa orang di sana." tambah Hadley.

Pembicaraan berakhir dan kedua dara kembar ini mulai mempersiapkan diri untuk melanjutkan pemotretan sebelumnya. Fayre terlihat gelisah memandangi undangan itu sambil memegangi bibirnya. Flair segera menghampiri kembarnya itu sambil menyentuh di tengah dua alis Fayre.

"Fay, what's on your mind? sampai mengkerut begitu alisnya? " tanya Flair. Pandangan Fayre tercekat pada tulisan "Come with a coupel" yang ada di undangan. Kemudian Fayre menghindar malu pada Flair.

"Kita menginginkan bisa berbagi cerita tentang pasangan masing-masing, menikah pada tanggal yang sama, bahkan jika bisa melahirkan pada tanggal yang sama! Tapi sampai sekarang itu masih sulit! How could it be if I didn't have anyone who could accompany me at the invitation? Yang jelas kau pasti akan datang bersama Hadley. nah aku?" jelas Fayre kesal.

Flair menggaruk kepalanya mendengar gerutu kembarnya itu.

"Maka dari itu carilah. Bukankah banyak yang mendekati kita. Coba mulai rasakan keberadaan mereka dan telitilah mereka satu per satu." jawab Flair.

"Entahlah aku belum tertarik sama sekali dengan mereka. Ah, gak bisa dijelaskan, Flair." lanjut Fayre.

Flair mengusapkan puff powder ke pipinya mulai bersiap sembari berkata, "Sudah jangan dipikirkan. Nanti kita ajak asisten kita jika kamu masih bingung. Rory pasti tidak akan menolak." kata Flair mencoba menenangkan.

♡♡♡

Setelah sesi pemotretan usai, kegiatan si kembar hari ini adalah mengikuti kelas memasak. Mereka hobi sekali mengikuti kelas-kelas les untuk menambah pengetahuan mereka. Kelas Memasak, kelas mode, kelas crafty, kelas dancing, kelas berenang, setiap hari jadwal mereka penuh dengan les-les itu. Mereka berdua sangat menikmatinya, mereka lebih memilih kegiatan itu dan hanya hangout bersama teman-teman mereka saat weekend.

Tibalah mereka di club memasak DELICIO yang satu minggu sekali dilaksanakan di meeting room di Townsend Hotel. Ada sekitar empat puluhan orang yang tiba di ruangan itu untuk mengikuti kelas tersebut. Terasa handphone Fayre bergetar dan berdering lirih mengalihkan konsentrasinya pada isi dalam tasnya yang mengganggu itu.

"Flair tolong siapkan mejaku" pinta Fayre. Flair menjawab dengan isyarat OK dengan tangannya dan berlalu ke meja yang dilihatnya. Fayre segera mengangkat teleponnya, dan ia pun menelpom seseorang,

"Hallo, Rory!!! Pick us up at 8 pm. Don't forget, vitamin kami menipis, kamu bisa ke apotek sebelum datang ke rumah malam ini. Hubungi tukang pijat yang biasa, I want a massage tonight. Please prepare!" Fayre terdiam mendengarkan jawaban Rory di sana.

"Okay, thanks, i will....!!!!" belum usai kalimat Fayre kemudian suara ponsel itu menumbuk di ayas lantai dengan keras menggugah perhatian seorang pemuda yang lewat tak jauh dari gadis itu. Ponsel Fayre jatuh terbentur ke lantai, terpelanting berkali-kali. Tangan Fayre yang fokus memegang ponsel tersenggol keras oleh bahu kekar pemuda berbadan tinggi dan tegap, yang lewat di sampingnya.

Fayre memandang kesal kepada pemuda tanpa ekspresi itu. Dengan acuh pemuda itu melepas kacamata hitamnya, sehingga wajahnya sangat tampan itu terungkap dan sudah tau raut muka Fayre benar-benar tidak bisa mentoleransi apa yang baru saja terjadi. Fayre hanya sekilas memandang wajah pria itu dan fokus memandangi ponselnya yang jatuh. Gadis itu memastikan ponsel itu tidak terinjak kaki orang-orang yang lewat di sekitarnya.

Fayre menghampiri ponselnya yang terlempar di lantai itu, membungkuk dan mengambilnya. Membalik ponselnya dan memastikan ponselnya baik-baik saja. Tiba-tiba pemuda berkaca mata itu merebut ponselnya dan menyalakan tombol on di ponsel tersebut. Benar masih memang masih bisaa menyala, "No need to blubbering, it's just one I can replace it easily." tukasnya singkat.

Fayre merebut ponselnya kembali dan menatap kesal dan tajam ke arah pemuda itu. Berbalik arah dan berlalu pergi. Meninggalkan pemuda itu dengan gerutunya yang tegas, "aku benci pria arogan!".

Fayre masuk lagi ke ruang pertemuan dan matanya mencari-cari saudara kembarnya yang selalu lincah dan ceria itu. "Fay!!!!!" Flair melambai ke arahnya, langkah kaki Fayre menuju ke arah Flair berdiri di belakang meja memasaknya.

"What took you so long?" tanya Flair.

"Ponselku jatuh terlempar oleh orang gila di depan tadi!!!" Fayre masih menggerutu jengkel.

"Terus???" sahut Flair ingin tahu.

"Untungnya masih baik-baik saja". jawab Fayre.

Sesi pembukaan acara berlangsung seperti biasa oleh pembawa acara. Dan setelah satu jam pembahasan tentang membuat kue dijelaskan oleh seorang chef dengan sempurna dan apik. Tibalah hari ini ternyata akan diadakan pertandingan membuat kue dengan resep yang akan diundi kepada setiap tim. Seperti biasa satu tim terdiri dari dua orang yang berada dalam meja yang sama, dan Flair dan Fayre berada dalam satu tim.

"Pemenang hari ini luar biasa karena resep yang menang hari ini akan digunakan oleh seorang chef sebagai menu di resto besar yang baru dibukanya. Chef satu ini yang akan hadir sebentar lagi, dia adalah chef terbaik kami yang sudah berhasil membuka beberapa resto eatary besar di negara kita. Memang sudah tiga bulan tidak hadir di kelas ini karena mengurus bisnisnya di luar negeri. Jika kalian yang sudah pasti paham siapa chef piawai yang saya maksud" jelas pembawa acara sambil menyeriangai lebar.

"Kenrick Alder!" seru salah satu peserta wanita berwajah mungil berbaju ungu.

"Iya benar sekali! Kenrick Brinata Alder!! Silahkan masuk Tuan Alder." Pembawa acara mempersilahkan Pria berkacamata bening untuk masuk ke ruang acara.

"Selamat malam semua, saya Kenrick senang sekali bisa hadir kembali." sambut Kenrick saat microphone disodorkan oleh pembawa acara kepadanya.

"Bagaimana kesan setelah meninggalkan kami semua?" tanya MC.

"Semua telah menjadi lebih baik selama aku tinggalkan."jawab Kenrick tetap dengan senyum dingin dan matanya yang tajam di balik kaca matanya.

"Lihat saja gayanya yang angkuh itu" gumam Fayre. Mendengar saudaranya bergumam Flair keheranan dan baru kali ini Ia melihat Fayre berasumsi tentang laki-laki walaupun dengan pandangan yang mencibir

"Hulala Fay, kamu kenal dia?" tanya Flair sambil melambaikan kelima jarinya di depan mata Fayre.

"Eh, tidak," jawab Fayre.

"Lalu? Semenarik apa hingga kamu bisa mengeluarkan komentar untuk dia?" goda Flair.

"Ah, Flair dialah yang menjatuhkan ponselku tadi. Dia sama sekali tidak minta maaf ataupun merasa bersalah" Jelas Fayre.

"oouwww" Flair mengangguk paham.

*) Follow Ig : myazra_tyas

avataravatar
Next chapter