webnovel

TWIN’S PET

The Twins’ Pet (HIATUS) G: Fantasi Dark Romance. Dilarang mengcopy paste tulisan ini dalam bentuk apa pun!!! Tindakan plagiatan akan saya proses secara hukum. SINOPSIS: ========== Vol 1. Crescent Moon Perasaan yang dalam. Ikatan yang kuat. Cinta yang manis. Pengorbanan yang tulus. Membuat ketiganya bisa mengatasi tiap rintangan dalam kehidupan yang tidak masuk diakal ini. Saat gairah cinta yang menggebu melilit penuh harmoni bersamaan dengan nafsu yang membuncah. Kekuatan itu hadir, memenuhi jiwa, memenuhi tiap-tiap pembuluh darah dengan ledakkan adrenalin. “My soul will rise in your embrance,” ucap Sadewa saat memandang iris mata Liffi dengan penuh hasrat. “Sadewa,” lirih Liffi. “For I’m yours, and you’re mine!!” bisik Nakula penuh gairah, desah napas terasa hangat pada daun telinga Liffi. “Nakula,” desah Liffi. Black and White. Fresia and Hibicus Musk and Vanilla Fresh and Sweet “Mana yang kau pilih, Liffi?” Ikatan cinta yang kuat membuat Liffi enggan untuk memilih salah satu di antara keduanya. Lantas siapakah yang Liffi pilih? Nakula yang garang, liar, dan penuh kekuatan? Atau ... Sadewa yang pintar, dingin, dan penuh wibawa? Hanya sebuah kisah cinta biasa, namun bisa membuatmu merasa luar biasa.—BELLEAME. This cover novel is not mine. If the artist want to remove it, please DM, I’ll remove it. Terima kasih. Selamat membaca, Belle Ame.

BELLEAME · Fantasy
Not enough ratings
389 Chs

CRAZY FOR YOU

Berbeda dari Liffi yang begitu ingin menghindari Nakula. Nakula justru sangat berharap untuk bertemu dengan Liffi. Sudah satu minggu berlalu semenjak pertemuan terakhirnya dengan Liffi. Nakula begitu gelisah, ia hampir mati karena rasa rindunya kepada gadis itu.

Telephon yang Anda tuju sedang tid— tut—

Nakula membanting ponsenya. Geram karena sampai detik ini ia tak bisa menghubungi ponsel Liffi. Selalu saja mesin penjawab yang menjawab panggilannya.

Di mana Liffi sekarang?? Ponselnya tak pernah aktif, apartemennya telah kosong. Pikir Nakula kalud.

Beberapa kali Nakula mencari keberadaan Liffi di apartemen, namun hanya angin dan ruang kosong yang menyambutnya.

Nakula juga mencari Liffi di kampus. Pusat pendidikan tingkat akhir itu juga terlihat sepi. Liburan musim dingin telah berjalan. Hanya sekelumit mahasiswa yang masih aktif. Memperbaiki nilai atau menyusun tugas remidial.

Nakula merasa hampir gila, ia terus mencari dan mencari Liffi tanpa henti. Siang malam pagi sore! Terus menerus tanpa henti, tanpa mengenal lelah. Ia terus mengitari kota, mulai dari hari yang panas sampai derasnya hujan.

LIFFI!!! jerit Nakula dalam hatinya.

"Dimana kau, girl?? Kenapa kau pergi dariku??" Nakula mengusap kasar wajahnya. Di tengah-tengah guyuran air hujan Nakula berjalan menyelusuri terotoar pertokoan.

Para pejalan kaki keherannya, Nakula berjalan gontai di tengah hujan dalam cuaca sedingin ini? Mereka bertanya-tanya, apa orang ini sudah gila?

Lelah yang berbalut rindu. Mengukung Nakula dalam rasa sesak yang menghimpit.

Satu minggu telah berlalu, Nakula meringkuk di atas ranjangnya sambil mencabik-cabik dadanya sendiri. Luka terus mengangga, lalu menutup kembali karena kelebihannya sebagai bangsa werewolf. namun tak seperti lukanya yang segera menutup. Hati Nakula terus merasa sakit, gelisah, sesak, dan juga bingung. Semua rasa itu bercampur baur di dalam dada, membuat gemuruh kencang yang menekan sampai ke ulu hati. Nakula tak tahu bagaimana cara menyalurkan rasa itu selain menyakiti dirinya sendiri. Nakula juga tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya selain dengan menyalahkan diri sendiri.

"LIFFII!!!" Erang Nakula kesakitan.

Kenapa??

Ya, pertanyaan itulah yang terus mengiang-iang dalam benaknya yang mulai kosong. Kenapa tiba-tiba gadis itu pergi?

Kenapa tiba-tiba gadis itu meninggalkannya? Kenapa tiba-tiba gadis itu mengacuhkannya?

Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada kabar dan masalah apapun. Tiba-tiba saja Liffi menghilang.

Perlahan-lahan rasa rindu yang membuncah menyeret jiwa Nakula semakin hancur. Perlahan-lahan, Nakula mulai gila. Ia tak bisa menghentikan bayangan wajah cantik Liffi yang menari dalam otaknya. Ia tak bisa berhenti merapalkan nama indah kekasihnya barang semenit pun. Bahkan dalam tiap tidurnya, Nakula selalu memanggil Liffi. Berharap gadis itu mau menemuinya.

kau tak tahu betapa tersiksanya aku tanpa dirimu, Liffi!! Aku merindukanmu!! Aku gila karenamu!!

ooooOoooo

"Apa yang kau lakukan padaku, Jane?! Dan apa yang kau lakukan pada Liffi??" Nakula mencengkram leher Jane dengan sekuat tenaga. Wanita itu sampai terangkat tinggi.

"Ohok ...! Hok!! Le ... pas, Black!! Aku tak bisa bernapas!!" Jane meronta-ronta dalam cekikkan Nakula.

"Black! Hentikan!! Apa yang kau lakukan?! Jangan bertengkar di barku!! Mereka bisa kabur bila kau dan Jane berubah!" Red menahan emosi Black.

Malam ini, saat Nakula terlalu gelisah, ia memutuskan untuk mencari Jane. Gadis itu adalah sumber permasalahannya. Seminggu lalu Nakula terbangun dengan Jane tersenyum di sisinya. Jane bilang ia adalah mete Nakula, Jane punya aroma yang khas dengan milik Liffi. Tapi Nakula tidak juga berubah, bahkan secuil kekuatan pun tidak. Jane membohonginya, trick apa yang ia pakai?!

"Black, berhenti!! Jane sudah memucat!!" Grey mencoba menghentikan amarah sahabatnya, namun Nakula mendorong Grey agar tidak ikut campur masalahnya. Grey terdorong sampai membentur lemari penuh botol minuman keras.

PYAR!! Semua botol jatuh pecah. Beruntung suara music DJ di luar ruang VIP Begitu keras, menyamarkan suara pertikaian di dalamnya.

"Kau gila, Black!! Cepat lepaskan Jane!! Dia bisa mati." Red ikut membenarkan ucapan Grey, dia maju dengan takut-takut, aura membunuh Nakula terasa menyeramkan.

"Apa yang kau lakukan pada Liffi, Jane?!!" Nakula tak mengindahkan ucapan Red dan Grey, ia terus mendesak Jane mengakui kesalahannya.

"Su—dah ku... katakan ber... kali-kali, B—lack!! Liffi hanya pet, dia bu...kan matemu!! Dia tak bisa merubah wujudmu menjadi serigala sejati." Jane terbata-bata karena Nakula mencekiknya.

"Diam!! Liffi mateku!!" Nakula tak percaya dengan ucapan Jane.

"Lalu di ... mana Liffi se—karang?? Kau tahu ka ... lau mate tak terpisahkan. Sekarang ia meninggalkan ... mu!! Dia bu—kan matemu!!!" Jane menyeringai licik, darah mulai keluar dari lehernya yang tercengkram kuku Nakula.

"Jaga mulutmu, Jane!! Kau ingin aku menyobek mulutmu??" Nakula mengancam Jane, mata Jane langsung membulat ketakutan saat melihat emosi yang terpancar pada mata Nakula yang bersemu kemerahan.

"Tenanglah, Black. Mungkin Liffi bersama Sadewa saat ini." Grey bangkit, ia mencoba menghentikan amarah Nakula.

"Sadewa??" Nakula terperangah, apa hubungan kembarannya dengan keberadaan Liffi?

"Saat aku mengantarnya pulang dulu, aku melihat Sadewa juga sedang menantinya di depan apartemen. Coba kau tanyakan pada Sadewa, Black. Mungkin dia tahu sesuatu." Grey teringat, dulu saat ia mengantarkan pulang Liffi, Sadewa terlihat bercakap dengan gadis itu. Bahkan Liffi memeluknya, menangis di depan Sadewa. Grey melihatanya dari kaca spion mobil.

"Brengsek!!" Nakula melemparkan tubuh Jane, gadis itu membentur dinding sampai retak. Kemudian terjatuh.

"Ohok ... ohok ...!" Jane terbatuk.

"Kau tidak apa-apa, Jane?!" Grey menghampiri Jane.

Tanpa kata, tanpa permintaan maaf, hanya wajah yang memerah dan rahang yang menegas. Nakula pergi meninggalkan Red wolf bar and lounge. Ia hendak bergegas mencari keberadaan Liffi. Apa benar semua ini ada hubungannya dengan Sadewa? Apa Liffi juga terhubung dengan Sadewa sama sepertinya?

"Sadewa sudah memiliki mate." Nakula menutup matanya menahan amarah. "Jangan katakan bahwa kau adalah mate kakakku, Liffi!!"

Hujan masih turun dengan deras. Pukul 12 malam kala itu. Nakula kehilangan arah, ia berjalan gontai seperti orang mabuk. Menabrak siapa pun yang kebetulan lewat di depannya. Beberapa orang mengumpat dan ada pula yang mendorong bahu Nakula.

Nakula bahkan tak bergeming saat beberapa preman menghajar tubuhnya bak sandsack. Bukannya luka berarti yang di dapat Nakula, justru preman-preman itu yang kelelahan dan memilih untuk pergi. Mereka bahkan tak berhasil memperoleh apapun, Nakula tak membawa dompet dan ponselnya telah hancur karena emosinya sendiri.

"Sialan!! Ayo kita pergi." Mereka meninggalkan Nakula yang teronggok begitu saja di jalanan. Tubuh babak belur Nakula perlahan-lahan sembuh dengan sendirinya.

Tidak!! Aku tidak percaya!! Aku tak akan percaya sampai mendengar dari mulutmu sendiri, Liffi. Nakula menangis di tengah jalan, menjadi bahan tontonan segelintir manusia yang masih aktif di malam hari.

oooooOooooo

Please vote and comment!!

Jangan lupa follow IG othor @dee.Meliana

Love you gada!! 💋💋💋💋💋