webnovel

Bab 30

Risa memulai hidup barunya sebagai calon istri Richard. Meski tak mudah namun Risa menikmati setiap prosesnya. Ia tak sedikit pun mengeluh saat di minta mempelajari banyak hal di mulai dari keuangan, seni, musik klasik, kpribadian, Dan banyak lainnya. Favoritnya adalah kelah memasak, Risa bisa menghabiskan waktu lebih lama di kelas masak.

Risa duduk di sofa yang ada di taman belakang, Ia merebahkan tubuhnya yang terasa cukup kaku. Ia mengambil ponselnya dan tersenyum senang melihat banyaknya pesan yang datang dari Richard. Risa pun memutuskan untuk menghubungi Richard.

"Hai...Apa aku mengganggu?"

*Tidak sama sekali, bagaimana keadaan mu?*

"Euhm, baik. Aku tidak kesepian paling tidak. Adele juga di sini menemani ku."

*syukurlah, aku rindu sekali dengan mu. Kamu lagi apa?*

"Duduk, aku baru saja menyelesaikan kelas merangkai bunga ku. Ternyata sulit ya"

*Jangan memaksakan dirimu.. Apa mommy memaksa mu?*

"Tidak sama sekali, aku tidak memaksakan diri dan mommy tidak begitu. Mommy tuh care banget sama aku tau. Dia selalu ke kamar ku untuk mendengarkan cerita ku hari ini sebelum aku tidur..aku benar-benar merasa punya sahabat"

*Baiklah..baiklah. Aku iri sekali dengan mommy.*

"Cepat nikahi aku makannya..jadi aku bisa tinggal dan menemani mu di sana"

*hmm..pasti. Tunggu sebentar lagi ya*

"Sure..yaudah aku tutup dulu ya. Mommy udah pulang aku mau ajak mommy pergi"

*ehmm.. Jaga kesehata ya sayang. I love you*

"Love you much.."

Risa menutup telfonnya dan dengan cepat setengah berlari menghampiri Ibu Richard.

"Mommy..mommy" panggil Risa dan menyusul calon ibu mertuanya itu.

"Kamu nih, jangan lari-lari. Ada apa?" Tanya Ibu Richard

Risa tersenyum senang, "aku bosan di rumah. Kita pergi yuk mom"

"Pergi?"

Risa mengangguk mantap, Ia bahkan merangkul lengan Ibu Richard.

"Ya mom..please"

"Adele kemana memang?"

"Sudah aku suruh pulang, aku ingin Q time sama mommy.. Ya mom.. " ucap Risa manja dan mengedipkan matanya gemas.

"Kemana?"

"Salon? Spa?"

Ibu Richard tersenyum menatap Risa. Ia menganggukan kepalanya. Jujur saja Ia memang sangat amat lelah.

"Yeay.. Yaudah kalau gitu risa siap-siap dulu. Mommy tunggu ya 5 menit" ucap Risa yang berlari begitu saja.

"Jangan lari Rissa.." Ucap Ibu Richard mencoba mengingatkan Risa.

***

Risa benar-benar menghabiskan waktunya bersama sang calon ibu mertua. Ibu Richard yang semula sangat pendiam dan nampak tak tersentuh itu pun menjadi sosok yang berbeda. Ia bercerita banyak hal,terutama tentang bagaimana saat ia mengandung Richard juga William dulu. Risa sendiri pun nampak antusias mendengarkan cerita Ibu Richard.

Sedangkan di lain tempat Richard hanya tersenyum melihat status-status Risa Yang sangat bahagia itu.

"Daddy tidak segan-segan memecat mu kalau kinerja mu menurun karna sibuk bermain ponsel"

"Aku benar-benar penasaran apa yang Risa lakukan sampai membuat Mommy luluh" ucap Richard

Mahendra mengangguk setuju, "me too..Ibumu bahkan sudah mempersiapkan pernikahan kalian"

Richard menoleh kaget pada ayahnya. "Daddy serius?"

Mahendra menganggukan kepalanya, "kamu sudah melamar Risa?"

Richard menggeleng,

"Cepatlah, atau kamu akan keduluan mommy mu dan kehilangan moment romantis mu itu"

"Ck..mommy tuh. Selalu saja deh"

"Bagaimana dengan keluarga Risa?"

Richard terdiam sesaat, Ia memang sudah menyelidiki keluarga Risa.

"Hanya tinggal adik Risa.. Hubungan mereka pun tidak baik. Aku sudah mencoba menemuinya namun dia menolak kenal dengan Risa. Aku tidak ingin Risa menjadi sedih mendengar ini" ucap Richard.

Mahendra menekan bahu Richard dan tanpa bicara hanya menepuknya lalu meninggalkan Richard.

...

...

Karna terlalu asik bersama membuat Ibu Richard dan Risa pun baru kembali ke rumah pukul sepuluh malam.

"Kalian abis dari mana sih?" Tanya William yang mencegat keduanya saat memasuki ruang tengah. William melipat tangannya di depan dada.

"Pergi keluar" ucap Risa

"Kamu kan lagi hamil, harusnya jangan keluar-keluar. Apalagi sampai malem! Memangnya ini rumah mu bisa keluar masuk seenaknya! Udah masuk kamar sana" ucap William galak tanpa jeda lalu lebih dulu meninggalkan Risa juga Ibunya.

Risa dan Ibu Richard saling menatap bingung. Lalu kemudian tertawa bersamaan.

"Anak itu memang begitu, itu artinya dia khawatir dengan mu" ucap Ibu Richard.

Risa tersenyum Dan menganggukan kepalanya.

"Benar- benar menggemaskan ya mom.."

"Heum.. Sampai sebesar itu dia masih menjadi hiburan untuk ku. Terimakasih untuk hari ini Risa, istirahatlah"

"Mommy juga.. Good night mom.."

"Night Risa.." Ucap Ibu Richard

***

Tepat pukul tiga pagi Risa terbangun dari tidurnya. Ia merasa mual sekaligus lapar dalam waktu yang bersamaan. Setelah memuntahkan isi perutnya terlebih dahulu, Risa pun duduk di kursi kerja yang ada di ruangan itu. Ia memainkan ponselnya, semula Ia akan menghubungi Richard. Namun mengingat Ia Dan Richard telfonan sampai malam sekali Risa pun mengurungkan niatnya.

Ia mengusap perutnya, "sabar ya.. Papah pulang sebentar lagi. Kita harus kuat.. "

Tiba-tiba saja Risa menginginkan sesuatu.

"Ah.. Adek.. Jangan jam segini dong. Papah kan lagi ngga ada" ucap Risa

"Kita tidur aja ya.. " ucap Risa Dan kembali ke kasurnya. Ia mencoba kembali tidur namun sia-sia saja. Ia tak tahan lagi Ia mendadak menginginkan es susu kedelai.

Risa memakai jaketnya lalu keluar dari kamar.

"Willy" ucap Risa kaget saat mendapati. William Yang duduk bersandar di tembok kamar dekat pintunya.

William Yang di panggil namanya pun dengan cepat berdiri, meletakan laptop dam melepaskan bed covernya.

"Kamu mau kemana? " Tanya William

"Ohh.. Mau cari angin, aku merasa pengap di dalam. Kamu ngapain disini?"

William menggarukan kepalanya malu, "euhmm.. Barangkali kamu membutuhkan sesuatu. Kamar ku kan jauh"

"Aku kan bisa menelfon mu.."

"Ya..tapi kan kamu seperti ini nih. Kalau aku ngga disini kamu pasti keluar sendiri"

Risa sungguh berusaha menahan senyumnya.

"Kenapa liat-liat..ayo kalau mau keluar aku temani"

"Sebenarnya aku mau es susu kedelai"

William nampak berfikir kemudia memetikan jarinya.

"Aku tau..beli dimana. Kamu mau ikut?" Ajak William.

Risa tersenyum dan mengangguk.

...

...

Risa nampak senang Dan menghabiskan es susunya.

"Kamu mau apa lagi? "

"Ini cukup" ucap Risa. William tersenyum senang ia pun membuka marshmallow nya Dan memakannya. Entah sudah berapa bungkus sejak tadi.

"Kamu suka marshmallow?"

William menggaruk pelipisnya kali ini lalu mengangguk. "Aku suka semua makanan dan minuman warna pink. Ini rahasia ya"

"Kenapa harus rahasia?"

"Ya..ya aku kan cowok. Malu lah kalau ada yang tau"

Risa menganggukan kepalanya "baiklah aku akan tutup mulut"

"Thanks.."

"Kamu benar-benar menggemaskan Willy.." Ucap Risa dan mengacak-acak rambut William.

Willy tersentak kaget, namun kemudian Ia mendekatkan kepalanya lagi.

"Lagi dong kak"

Risa menatap William tak percaya namun Ia tetap melakukan lagi.

"Wah.. Jadi seperti ini rasanya.." Ucap William

"Rasa apa?" Tanya Risa

William menggeleng, "aku suka sekali kamu datang di keluarga ku"

"Oh ya? Bukannya kamu sempat membenci ku?"

"Iyasih.. Ngga tau kenapa ya dulu setiap liat ka Risa tuh benci banget bawaanya." Ucap William

"Apa kamu tidak bisa berbohong sedikit saja?"

William meringis lalu menggeleng, "hah.. Sejak ka Risa ada di keluarga kita. Aku merasa ke adaan rumah lebih hangat, lebih ceria. Kamu tau kak dulu rumah itu persis seperti lemari pendingin mayat. Dingin, sepi juga mencekam" keluh William

"Oh ya?"

"Iya.. Mommy,Daddy, Oma, Opa, Ka Richard nyaris tidak pernah bicara kecuali penting. Mengerikan pokoknya"

Risa menganggukan kepalanya lagi, "lalu dimana oma dan opa?"

"Opa sudah tidak ada, oma tinggal dengan aunty ku di singapore. Kaka harus meluluhkan hati oma juga ya"

"Percaya dengan ku kan?"

William tersenyum dan menganggukan kepalanya. Ia pun memakan marshmalloewnya lagi.

"Jadi sejak kapan kamu menjaga di depan kamar ku?"

"Sejak ka Risa pindah"

"Dan kamu tidak tidur?" Tanya Risa

"Sesekali aku ketiduran" jawab William

"Terimakasih ya uncle Willy sudah jagain aku selama aku di perut mama"

William nampak sangat senang, di panggil seperti itu. Ia menganggukan kepalanya dan hampir saja menangis haru.

"Aku akan menjadi uncle terbaik di dunia"

"You did" ucap Risa

"Apa aku boleh ikut memberikannya nama? "

Risa semakin tersenyum lebar , Ia Dan Richard bahkan belum memikirkan hal itu.

"Sudah mencarinya?"

William mengangguk mantap, "sudah.. Ada beberapa dan aku masih bingung"

"Memangnya sudah tau bayinya laki-laki atau perempuan?"

"Belum, tapi aku sudah cari dua-duanya. Ah.. Laki-laki ataupun perempuan semoga dia lebih mirip dengan mu. Jangan seperti kaRichard"

"Ya! Dia ayahnya"

"Iya, tapi jangan mirip dia deh. Dingin kaku menyebalkan"

Risa tertawa kecil dan mengangguk setuju kali ini.

"Tapi dia tampan"

William menghela napasnya, "ya. Kalau itu aku tidak bisa mengelak. Dia memang tampan. Hah..mengesalkan"

"Kenapa? Banyak wanita yang lebih memilih kakak mu ya?"

"Yes..dari yang paling baik sampai yang paling brengsek. Semua suka Richard" keluh William

"Menyebalkan ya.."

"Ah tau apa kamu.. Kamu kan cantik pasti selalu jadi yang utama"

"Aku jauh lebih tau dari mu, permasalahan iri dan terabaikan aku pakarnya"

William menoleh sejenak pada Risa, mencoba memastikan bahwa Risa tidak berbohong. Sungguh Risa nampak sempurna apa lagi yang kurang darinya hingga terabaikan.

"Tapi kamu ngga pernah kan di manfaatin cuma agar orang bisa deket sama saudara kamu itu?"

"Tidak sih"

"Nah..! Aku sering di manfaatin kaya gitu"

"Tidak di manfaatin seperti itu sih, tapi aku sering di manfaatkan"

William menaikan satu alisnya, Ia penasaran. "Seperti apa misalnya?"

"Hmm.. Seperti kamu hanya di temani untuk jadi batu loncatan teman mu agar naik pangkat. Atau di jadikan kambing hitam oleh sahabat mu sendiri demi melindungi kekasihnya. Ya hal-hal seperti itulah"

"Wah.. Orang secantik kamu? Sudah gila pasti dia. "

Risa tak menyaut lagi Ia hanya menatap ke jalan Raya. Benar, bahkan dengan menjadi cantik saat Ia menceritakan penderitaanya orang-orang akan mendukungnya. Sungguh luar biasa sekali memiliki wajah cantik.

***