webnovel

Rencana yang Gagal

Setelah mengetahui fakta tentang garis keturunannya, Tama kembali ke kota dengan perasaan lega. Sekarang terjawab sudah alasan kenapa dia selalu di kaitkan dengan Shinici yang ternyata adalah kakek kandungnya yang ternyata berasal dari Jepang. Dia tidak tahu apa jadinya kalau sampai Raflina tahu tentang hal ini. apakah gadis psikopat itu akan membunuhnya juga?

Rasa rindu tiba-tiba menyusup ke dalam hatinya. Iya, dia sangat rindu dengan gadis psikopat itu. Kadang rasa sayang itu tidak bisa memilih kemana harus berlabuh, termasuk hati Tama yang sudha terpatri dengan Raflina. Tama sangat benci untuk mengakui hal ini.

Akhirnya, Tama memutuskan pergi ke syahbandar. Dia memarkirkan mobil di pinggir jalan dan berjalan menuju pos penjaga.

"Permisi Pak, mau tanya apakah pemandu wisata yang bernama Raflina bekerja hari ini." tanyanya setelah sampai di pos penjaga.

"kalau boleh tahu Mas ini siapanya ya?"

"Saya temannya Raflina Pak." sahutnya berbohong.

"Oh, kebetulan Raflina baru saja keluar Mas bersama dengan rombongan tamu dari jepang."

Mata Tama terbelalak. Perasaan tidak enak berkecamuk di dalam dadanya. Apalagi menyangkut dengan ras itu. Sudah ketebak, apa yang akan di lakukan Raflina kepada para tamu itu.

"Mohon Maaf sebelumnya, boleh saya bertemu dengan atasannya Raflina?"

"Emangnya ada keperluan apa ya Mas?" tanya petugas itu keheranan.

"Saya mohon dengan sangat Pak. ini demi keselamatan banyak orang." ujar Tama yang mulai panik. Walaubagaimanapun dia bertekad ingin menghentikan insting sesatnya Raflina.

"Maksud bapak apa ya? Saya tidak faham?"

"Tolong pertemukan saya dengan beliau sekarang Pak! Bapak mau nyawa para turis jepang itu melayang!" pekik Tama bersikeras. Dengan sangat terpaksa, Petugas itu langsung menelfon seseorang melalui pesawat telefon yang ada didepannya. Terjadi perbincangan antar keduanya. Selang beberapa saat si petugas meminta kartu identitas tama dan menukarnya dengan kartu pengunjung.

"Sekarang Mas langsung saja jalan ke kantor. Nanti bilang saja sama resepsionis mau bertemu dengan Pak Endro, supervisor pemandu wisata."

Tidak menunggu waktu lebih lama lagi, Tama bergegas pergi ke kantor untuk menemui atasan Raflina. Setelah sampai disana Pak Endro terkejut dengan fakta yang diungkap oleh Tama.

Sementara di tempat lain, terlihat Raflina bersama dengan para turis jepang yang sudah selesai mengelilingi tempat bersejarah di kota itu. Bangunan peninggalan zaman dahulu yang syarat akan penjajahan yang sangat keji. Mereka tampak kagum dengan arsitek bangunan itu sekaligus sejarah yang tertuang disana, tidak jarang beberapa diantaranya mengabadikan dengan foto. Raflina hanya tersenyum kecut melihat mereka. Baginya, Mereka adalah keturunan penjajah yang harus membayar penderitaan yang dialami para jugun ianfu dulu.

"Sekarang, Mari kita minum jamu. Minuman khas dari indonesia yang berasal dari tanaman berkhasiat. Rasanya enak sekali." tutur Raflina dalam bahasa jepang. Para turis itu pun lantas berkerumun mendekati gadis itu dengan antuias. Sepertinya mereka penasaran dengan minuman yang disiapkan oleh Raflina.

Gadis itu tersenyum saat melihat satu persatu gelas berisi ramuannya itu diambil oleh para turis. Insting sesatnya memuncak. Dia tidak sabar ingin melihat mereka mati dalam keadaan yang tidak berdaya. Saat semua turis bersiap untuk meminumnya tiba-tiba terdengar suara yang memanggil

"Tunggu jangan jangan diminum!" Terlihat Endro dan Tama yang sedang berlari dengan tergopoh-gopoh ke arah mereka, sehingga mereka tidak jadi minum malah menoleh ke arah dua pria itu. Terlihat Raut wajah Raflina kesal saat melihat Tama bersama dengan atasannya.

"Jangan diminum! Ini kadaluarsa!" begitu pekik Endro yang seharusnya dia bilang minuman itu beracun dan menggantinya dengan Kadaluarsa supaya para turis itu tidak curiga. Mendengar hal itu, lantas para turis langsung meletakan gelas itu lagi ke tempat asalnya dengan raut wajah yang kecewa. Padahal mereka sangat penasaran dengan ramuan yang diberikan Raflina itu.

Raflina terbelalak, dia tidak menyangka kalau atasanya berkata seperti itu. sekilas Gadis itu menatap tajam ke arah Tama. Begitupun sebaliknya.

"Lebih baik sekarang tuan-tuan dan nyonya-nyonya kembali ke bus sekarang. sebagai komplementary, kami akan mengganti minuman jamu tadi dengan yang baru." ujar Endro dalam bahasa jepang yang sopan. Para turis itu lantas menuruti apa perkataan Endro dan kembali ke Bus yang membawa mereka tadi.

Setelah memastikan para turis sudah berada di bus, Raut wajah Endro berubah penuh amarah kepada Raflina.

"Minuman apa yang kau berikan kepada para tamu hah!" tanya Endro dengan nada suara yang tinggi. Sebagai seorang atasan, dia harus memastikan keselamatan para turis selama berwisata. Begitu mendapat laporan dari Tama, Mereka pun lantas pergi ke sini.

"Itu hanya jamu biasa, apakah aku salah memberikan minuman khas negara kita kepada mereka?" sahutnya santai seolah tidak ada beban sama sekali atas minuman itu. Dia benar-benar psikopat.

"Kalau memang itu jamu biasa, sekarang kamu minum jamu itu sendiri." kali ini Tama yang berbicara. Endro menganggukkan kepalanya tanda menyetujui. Sementara raut wajah Raflina terlihat panik sesaat. Tapi kemudian, mendadak raut wajahnya berubah menjadi tenang kembali.

"Baik, saya akan meminumnya." Ucapnya tenang, lalu dia mengambil gelas yang berisi minuman itu dan menyodorkan ke arah Endro dan Tama, seakan menyakinkan mereka bahwa dia akan benar-benar meminum ramuan itu. Kini, Tama yang khawatir. Dia takut kalau terjadi apa-apa dengan Raflina gara-gara meminum ramuannya sendiri, hanya untuk membuktikan sesuatu.

Tenggorokan gadis itu bergerak, menandakan ramuan itu telah masuk dan mengalir sampai ke perutnya. Dan tidak ada reaksi apa-apa.

"Lihat 'kan, tidak terjadi apa –apa denganku." Raflina membuka kedua tangannya sembari tersenyum seakan menujukan bahwa dia baik-baik saja meminum ramuan itu.

Endro yang terheran lantas melihat ke arah Tama seakan meminta pertanggung jawaban atas tuduhan Tama tadi bahwa ramuan itu beracun. Sementara Tama hanya menunduk.

"Kenapa anda menfitnah Raflina hah?" kata Endro yang geram karena terlalu mempercayai omongan Tama, orang asing yang tiba-tiba datang ke kantornya dan menuduh Raflina macam-macam.

Sekali lagi Tama hanya terdiam sambil menunduk. Raflina terkekeh melihat tunangannya mati kutu karena tidak berhasil mengungkap kejahatannya. Tunangan? Mungkin lebih pantas disebut dengan mantan tunangan. Lagian mana ada tunangan yang menusuk pasangannya sendiri dari belakang. hal itu lah yang dilakukan Tama terhadap dirinya.

Tama hanya terdiam. Raut wajahnya sedih, bukan karena dia tidak mampu mengungkap akan sejatinya Raflina melainkan gadis itu sendiri yang telah berbuat nekad dengan meminum racunnya sendiri. Awalnya dia berniat untuk menghentikan insting sesat gadis itu, tetapi malah berujung dengan pembuktian dengan meminum ramuan itu sendiri. Sungguh dia tidak mampu membayangkan kalau sampai Raflina kenapa-napa. Diluar dari insting gilanya, dia sangat mencintai gadis itu sepenuh hati.

Next chapter